Seorang peneliti asal Jepang Hisanori Kato, seorang profesor dari Chuo University pernah mendengar langsung humor Gus Dur saat bertemu di sebuah hotel, di masa-masa berakhirnya kekuasaan Orde Baru.
Alkisah, di sebuah negara yang luas dan berpenduduk ratusan juta, dipimpin seorang presiden yang koruptor. Ia berkuasa selama puluhan tahun. Rakyat sebetulnya sudah tidak menghendakinya, tapi ia terlalu kuat untuk digulingkan.
Hasil koruptor sang presiden dinikmati keluarga dan kroni-kroninya. Tentu saja anak-anaknya juga.
Pada suatu ketika, beberapa anak presiden naik pada sebuah pesawat. Mereka duduk di dekat pilot. Entah bagaimana mulanya, anak-anak presiden itu kemudian berlomba untuk menyenangkan rakyat negara yang dipimpin ayahnya tersebut.
“Apa yang membuat rakyat senang,” tanya satu anak presiden kepada pilot.
“Uang. Ya, rakyat diberi uang,” jawab pilot.
Kemudian anak-anak presiden itu berlomba menghamburkan uang dari atas pesawat tersebut. Siapa yang terbanyak, dia yang menang.
Satu anak presiden melemparkan uangnya sebanyak lima koper di atas sebuah kota. Lalu rakyat berebutan uang itu dengan bersuka cita. Senang mereka.
Anak presiden yang satu lagi tak mau kalah. Ia melemparkan uang dua kali lipat dari saudaranya di atas kota lain. Sama persis, rakyat bersuka cita dan mengucapkan terima kasih.
Kemudian entah kenapa, tiba-tiba pilot melempar anak-anak presiden itu di sebuah kota. Dan ternyata, rakyat lebih senang.