Hukum Bunuh Diri

Hukum Bunuh Diri

Bagaimana hukum bunuh diri dalam islam? Ini jawabannya.

Hukum Bunuh Diri

Larangan membunuh dalam Islam tidak hanya ditujukan untuk membunuh orang lain, tapi membunuh diri sendiri pun tidak boleh. Itu menunjukan betapa mulia dan berharganya nyawa manusia. Ancaman buat pelaku bunuh diri pun tidak ringan, mereka kelak disiksa seberat-beratnya di akhirat.

Terkait hukum bagi mereka, al-Syaukani dalam Nailul Authar mengutip sabda Nabi, “Dulu ada seseorang yang menderita luka parah. Dia tidak tahan menahan luka tersebut. Akhirnya dia menikam dirinya dengan sebilah pisau; darahnya bercururan sampai dia meninggal. Tuhan berkata, ‘Hamba-Ku telah bunuh diri, maka Aku haramkan surga atasnya’”.

Pelaku bunuh diri diharamkan masuk surga dan mereka abadi di neraka berdasarkan hadis di atas. Bunuh diri ternyata tidak membuat orang terhindar dari masalah, malah menjatuhkan dirinya pada masalah baru. Karena hidup tidak hanya sekali, tapi juga terdapat kehidupan lain yang pasti ditempuh oleh siapapun setelah menjalani kehidupan di dunia. Itulah mengapa bunuh diri dilarang dalam Islam.

Bagaimana kehidupan pelaku bunuh diri akhirat? Potret kehidupan mereka diilustrasikan secara jelas di dalam hadis-hadis Nabi. Rasulullah bersabda, “Barang siapa bunuh diri dengan pisau, maka ia akan menikam perutnya dengan pisau tersebut selama-lamanya di dalam neraka; siapa yang bunuh diri dengan minum racun, maka kelak di neraka dia akan minum racun itu terus-menerus; siapa yang bunuh diri dengan melompat dari puncak bukit, maka di neraka jahanam kelak ia akan terus menjatuhkan dirinya (dari puncak bukit) untuk selama-lamanya” (HR: Muslim).

Pelaku bunuh diri dihukum sesuai dengan cara mereka bunuh diri. Mereka terus-menerus menikam dirinya sendiri, minum racun dan melompat dari puncak bukit berulang-kali. Tidak dapat dibayangkan betapa sakit, sulit, dan beratnya siksaan mereka di akhirat nanti. Maka dari itu, janganlah sekali-kali mencoba untuk bunuh diri.            

Sepahit apapun musibah yang dihadapi dan seberat apapun ujian yang dijalani, tetaplah sabar dan tabah menjalaninya. Terkadang Allah menguji hambanya melalui musibah dan penderitaan. Seperti yang dialami Nabi Ayyub, beliau hidup dengan penuh penyakit dan diasingkan dari komunitasnya. Tubuhnya pun hampir hancur lantaran penyakit yang dideritanya. Tapi penyakit tersebut tak mampu mengalahkan kesabaran dan keimananya pada Allah. Penyakit yang diterimanya memberikan keberkahan kepadanya dan derajat keimanannya pun semangkin meningkat.

Sudah dapat dipastikan tidak ada kehidupan yang terbebas dari kesusahan, musibah, masalah, dan derita. Setiap orang memiliki masalah dan penderitaannya masing-masing, ukuran dan bentuknya berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. Hadapilah setiap masalah itu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Jangan sampai bunuh diri lantaran tidak mampu menyelesaikan persoalan hidup.

Percayalah di setiap masalah pasti ada solusi; setiap kesulitas pasti ada kelapangan; setiap penderitaan pasti suatu saat akan ada kesenangan. Karena Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS: al-Baqarah: 286). []

Hengky Ferdiansyah adalah Peneliti Hadis di el-Bukhari Institute, Redaktur NU Online, dan Pimred Bincang Syariah.com