Hukum Berdzikir dengan Tasbih

Hukum Berdzikir dengan Tasbih

Kita sering berdzikir menggunakan alat-alat tertentu. Salah satunya dengan tasbih. Lalu bagaimana hukumnya?

Hukum Berdzikir dengan Tasbih

Selain dengan jari, berdzikir dengan tasbih dan sejenisnya juga banyak dilakukan orang. Bahkan hal itu dirasa lebih mudah dan efektif apalagi jika dzikir yang dibaca mencapai ribuan. Nah, apakah dzikir seperti ini bertentangan dengan sunnah Nabi dan para sahabatnya jika dari keterangan hadis-hadis di atas Nabi memerintahkan para wanita untuk berdzikir dengan jari-jari karena kelak di akhirat dapat berbicara, dan bahkan beliau sendiri melakukannya. Dalam hal ini, Sa’ad bin Abi Waqqash bercerita:

وَعَنْ سَعْدٍ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّهُ دَخَلَ مَعَ رسُولِ الله صلى الله عليه وسلم عَلَى امْرأةٍ وَبَيْنَ يَدَيْهَا نَوىً أَوْ حَصَىً تُسَبِّحُ بِهِ فَقَالَ: أَلا أُخْبِرُكِ بما هُوَ أيْسَرُ عَلَيْكِ مِنْ هَذَا أَوْ أفْضَلُ. فَقَالَ: سُبْحَانَ الله عَدَدَ مَا خَلَقَ في السَّمَاءِ، وسُبْحَانَ الله عَدَدَ مَا خَلَقَ في الأرْضِ، وسُبْحَانَ الله عَدَدَ مَا بَيْنَ ذَلِكَ، وسُبحَانَ الله عَدَدَ مَا هو خَالِقٌ، واللهُ أكْبَرُ مِثْلَ ذَلِكَ، والحَمْدُ للهِ مِثْلَ ذَلِكَ، وَلا إلَهَ إِلا اللهُ مِثْلَ ذَلِكَ، وَلا حَولَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللهِ مِثْلَ ذَلِكَ. رواه الترمذي، وقال: حَدِيثٌ حَسَنٌ

“Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. bahwasanya ia bersama Rasulullah SAW. masuk ke rumah seorang perempuan yang sedang menghitung bacaantasbih dengan biji-bijian atau kerikil. Beliau kemduian bersabda,“Aku beritahu kamu cara yang lebih mudah atau lebih utama dari ini. Bacalah ‘Subhanallah ‘adada makhalaqa fis-sama’, subhanallah ‘adada makhalaqa fil-ardl, subhanallah ‘adada mabaina dzalika, subhanallah ‘adada mahuwa khaliq, wallahu Akbar mitsla dzalik, walhamdulillah mitsla dzalika, wa la ilaha illallah mitsla dzalika, walahaula wala quwwata illa billah mitsla dzalika (Maha suci Allah sebanyakmakhluk yang Dia ciptakan di langit, Maha suci Allah sebanyak makhlukyang Dia ciptakan di bumi, Maha suci Allah sebanyak makhluk yang Dia ciptakan di antara langit dan bumi, Maha suci Allah sebanyak semua makhluk yang Dia ciptakan.” (HR. Al-Turmidzi. Ia berkata, “hadis ini hasan”).

 

 وَعَنْ صَفِيَّةَ قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَبَيْنَ يَدَيَّ أَرْبَعَةُ آلَافِ نَوَاةٍ أُسَبِّحُ بِهَا، فَقَالَ: لَقَدْ سَبَّحْتِ بِهَذَا أَلَا أُعَلِّمُكِ بِأَكْثَرَ مِمَّا سَبَّحْتِ بِهِ؟ فَقَالَتْ: عَلِّمْنِي فَقَالَ: قُولِي : سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ

Dari Shafiyyah ra., ia berkata, “Suatu ketika, RasulullahSAW.datang menemuiku dan saat itu di hadapanku ada empat ribu biji-bijian yang aku gunakan untuk bertasbih kepada Allah. Kemudian beliau bersabda,‘Engkau bertasbih dengan biji-bijian ini?. Maukah aku ajari yang lebih banyak dari ini?.’ Shafiyyah menjawab, ‘Ajarkanlah kepadaku.’ Rasulullah bersabda, ’Bacalah “Subhânallâh ‘adada khalqihi.’” (HR. al-Tirmidzi)

Ibnu Allan mengutip pernyataan dalam al-Mirqat wa Suluku Thariq al-Shawab dalam menjelaskan hadis Sa’d ibn Abi Waqqash di atas sebagai berikut:

Hadis ini adalah dalil yang sahih untuk memperbolehkan penggunaan tasbih melalui taqrir (ketetapan) Nabi SAW. di atas, karena tasbih itu semakna dengan biji-bijian dan kerikil. Tidak ada perbedaan antara yang teruntai dengan yang terpencar-pencar (tidak teruntai); semuanya adalah alat untuk menghitung bacaan-bacaan dzikir.

Ibnu Allan juga mengatakan bahwa menggunakan tasbih untuk menghitung dzikir yang jumlahnya banyak, yang jika seseorang sibuk dengan jumlah bilangan dzikir tersebut bisa berkonsentrasi dalam berdzikir, maka lebih utama daripada menghitung dzikir dengan jari-jari atau yang sejenisnya. Sebaliknya, jika seseorang berdzikir dengan jar-jari tangannya tidak mengganggu konsentrasinya, lebih-lebih dzikir usai shalat dan semacamnya, maka hal itu lebih utama (daripada menghitung dzikir dengan tasbih).

Sementara Qadhi Iyadh al-Maliki berkata:

Aku mendengar Abu Ishaq al-Habbal berkata, “Aku mendengar Abu al-Hasan bin al-Murtafiq al-Shufi berkata, ‘Aku mendengar Abu Amr bin Alwan sementaradi tangannya memegangtasbih, lalu aku berkata kepadanya, ‘Guru, dengan keagungan isyaratmu dan tingginya tutur katamu, engkau masih juga menggunakan tasbih?.’ Lantas beliau berkata kepadaku, ‘Demikianlah aku melihat guruku, al-Junaid bin Muhammad dan di tangannya ada tasbih. Lalu aku bertanya kepada beliau seperti yang engkau tanyakan kepadaku. Beliau berkata kepadaku, ‘Begitulah aku melihat guruku, Bisyr bin al-Harits dan di tangannya ada tasbih. Lalu Lalu aku bertanya kepada beliau seperti yang engkau tanyakan kepadaku. Beliau berkata kepadaku, ‘Begitulah aku melihat Amir bin Syu’aib dan di tangannya ada tasbih. Lalu aku bertanya kepada beliau seperti yang engkau tanyakan kepadaku. Beliau berkata kepadaku, ‘Begitulah aku melihat al-Hasan bin Abi al-Hasan al-Bashri dan di tangannya ada tasbih. Lalu aku bertanya kepada beliau seperti yang engkau tanyakan kepadaku, maka beliau berkata kepadaku, ‘Anakku, ini (tasbih) kami gunakan pada saat kami memulai (mujahadah) dan kami tidak akan meninggalkannya meskipun kami sudah sampai pada puncak (mujahadah). Aku ingin berdzikir kepada Allah SWT. dengan hati, tangan dan lisanku.’”

 

 

Sumber:

Al-Futuhat al-Rabbaniyyah ‘ala al-Adzkar al-Nawawiyyah karya Muhammad bin ‘Allan Al-Shadiqi

Al-Ghunyah Fishrisit Syuyukh al-Qadhi Iyadh karya al-Qadhi Iyadh al-Maliki