Astaghfirullah, tujuh kontainer surat suara Pemilu yang didatangkan dari Cina sudah tercoblos untuk pasangan calon nomor 01. MasyaAllah, ternyata itu hoax belaka. Tapikan itu kata akun pak ustaz di twitter yang memiliki pengikut @UstadzTengkuZul. Yaudah deh, innalillah.
Belum seminggu pergantian tahun Masehi berlalu, kita sudah dikejutkan dengan kabar bohong. Ada pula yang hendak mencitra-burukan salah satu Paslon dengan mencatut nama sebuah industri media maintream, kompas TV. Padahal pada saat yang sama, banyak umat islam yang diprovokasi secara ramai-ramai dan mempropagandakan agar tidak mempercayai media mainstream. Begitulah kira-kira ironi di dalam ironi.
Terus terang saya gagal paham apa cuitan yang bisa begitu enteng berkicau tentang “kontainer dari Cina” itu. Apakah narasi itu memang sengaja dibuat untuk melemahkan Paslon yang tidak didukungnya? Ah, gamungkin. Masak iya, harusnya seorang ustaz paham agama dong, toh bisa dilihat dari cara pakaiannya yang sangat islami itu, masak iya akan menyebarkan kabar bohong.
Atau, mungkin saja ia adalah korban dari pesebaran kabar bohong yang kebetulan ia terima dari grup WA. Tapi, tetap saja ini juga gamungkin. Masak sekaliber ustaz MUI itu akan begitu saja termakan berita bohong.
Lagian, jangankan hoax recehan kayak gitu, mereka yang berlabel Ustadz tentu juga pasti sangat mengerti betul metode verifikasi Hadis untuk mengidentifikasi Sabda palsu yang mencatut nama Nabi tanpa Nabi sendiri sempat mengklarifikasi. Beda dengan kompas TV yang berada di peradaban media sosial.
Lalu, kenapa akun @UstadTengkuZul bisa berkicau sedemikian heroik di twitter, dan sialnya justru ketahuan kalau itu kabar bohong? Anehnya lagi, dulu, beramai-ramai disebarkan khalayak?
Saya kira, satu-satunya kemungkinan yang paling masuk akal adalah agama akunnya sedang dibajak. Persoalannya, oleh siapa? Tentu oleh setan. Dan sangat mungkin setannya juga masih sama dengan yang kebetulan lewat lalu berbisik di telinga sang ratu hoax beberapa bulan di tahun lalu.
Memang, 2019 adalah kulminasi tahun politik. Pertengahan tahun ini segenap warga negara muslim Indonesia akan melangsungkan pemilihan Presiden. Apakah akan ganti atau tidak, kita pun sama-sama tidak tahu. Yang jelas, bahkan sebelum sumbu kembang api 2019 disulut sekalipun kita sudah merayakan tahun politik.
Kebayang kan gerahnya Pilkada rasa Pilpres? Kebayang juga kan bagaimana agama dipolitisasi untuk mengeruk suara?
Dan, kali ini nyaris tidak jauh beda. Elite yang bertarung toh nyatanya itu-itu saja. Ulama dan ustaz yang rajin “bertakbir” pun juga masih sama. Kendati yang dulu rajin memonopoli ayat tapi kali ini malah kena batunya, jelas itu soal lain.
Lalu, buat apa lagi kita harus menguras emosi dengan adu mulut atau jari kalau Tuhan menciptakan tangan dan lutut buat baku hantam? Apakah jika kita membela salah satu Paslon kemudian taraf keimanan dan keislaman kita akan auto-kaffah? Kan enggak juga.
https://twitter.com/ustadtengkuzul/status/1080690355073298432
Percayalah, Islam akan sangat sempit jika sebatas urusan Pilpres dan bela-belaan. Jadi sudahlah, kalau ada politisi kok ndalil, jangan percaya. Demikian sebaliknya, jangan percayai kalau ada yang ngaku agamawan lalu sok-sokan ngomongin persoalan politik remeh temeh kayak pak ustaz yang itu. Tapi, saya masih berharap twit itu tidak benar dan akun itu bukan sosok Ustadz Tengku Zul, nyebarin Hoax itu dosa loh. Semoga ya.