Hati-hati, Ada Entrepeneur Kebencian di Sekitar Kita

Hati-hati, Ada Entrepeneur Kebencian di Sekitar Kita

Ada entrepeneur kebencian dan kita tidak sadar akan hal itu

Hati-hati, Ada Entrepeneur Kebencian di Sekitar Kita
Makhluk penebar kebencian ada di mana-dimana dan ternyata ada namanya: Homo Hasadus. Apakah kita termasuk jenis ini? Pict by Toto Prastowo

Maraknya kasus Ujaran Kebencian belakangan ini di titik tertentu bisa berkembang menjadi bentuk intoleransi dan ekstremisme kekerasan . Kebencian ini ternyata juga disinyalir ada kelompok tertentu yang sengaja untuk memproduksinya. Tapi, sebelum ke sana, kita harus memamahi bagaimana ujaran kebencian ini bekerja dan dampanya bagi publik terkait kekerasan.

“Hipotesis pertama berikut ini. Kebencian menjadi salah satu faktor utama intoleransi dan ekstremisme kekerasan. Mengurangi kebencian dengan begitu salah satu strategi utama menangani keduanya. Ujaran kebencian, dalam tahap yang akut menjadi pemantik orang masuk dalam radikalisasi, lalu mobilisasi, lalu aksi ekstremisme kekerasan. Bisa dalam bentuk kekerasan politik, bahkan terorisme,” tutur peneliti Wahid Foundation, Alamsyah M. Dja’far, dalam diskusi yang digelar Numedia bersama Kominfo (24/11).

Dengan begitu, kata Alam, mereka yang melakukan ujaran kebencian tidak selalu mereka yang mengalami radikalisasi. Ada efek konservatisme beragama yang dihajar politik populisme.

“Karena itu penting sekali memilah-memilah siapa pelaku ujaran kebencian itu. Mana yang wajib dibatasi dengan pemidanaan, mana yang tidak,” tambahnya.

Menurutnya, karena efek ujaran kebencian ini juga berbahaya, terutama yang masuk kategori advokasi kekerasan, maka perlu langkah-langkah strategis. Ia pun menambahkan beberapa hal yang perlu dipikirkan dalam meresponsnya berikut ini.

“Pertama, kerja-kerja masyarakat sipil sebaiknya memokuskan pada upaya menangani pelaku yang rentan agar tidak melakukan ujaran kebencian secara akut atau tetap memastikan mereka yang menolak ujaran kebencian tetap dalam posisinya,” tambahnya.

Pelaku yang sudah akut, menurut peneliti yang juga menulis buku khusus bertajuk Intoleransi (2019) ini juga menekankan bahwa seharusnya pemerintah turut andil dan bertanggung jawab untuk mengatasi kebencian yang kian meruyak di masyarakat kita ini. Melalui apa? Caranya dengan peneggakkan hukum.

Kedua, tambah Alam, kerja-kerja strategis juga perlu diarahkan untuk menyasar para entrepreneur kebencian. Apa yang ia maksud entrepeneur kebencian?

“Mereka ini para entrepeneur yang menernak kebencian,” tutupnya.

Bagaimana caranya? Tapi, ia juga percaya bahwa memang dalam urusan kebencian ini memang tak pernah ada resep tunggal guna menangani persoalan ini. (DP)