Kelompok masyarakat sipil Palestina menyerukan ‘hari protes’ rakyat di bumi Palestina. Hal ini sebagai protes atas ditandatanganinya normalisasi antara Israel dengan UEA dan Bahrain. Kelompok yang disebut Persatuan Kepemimpinan Palestina untuk Perlawanan Rakyat (UPLPR) dibentuk setelah pertemuan antara para pemimpin dari semua faksi politik Palestina di ibu kota Lebanon, Beirut pekan lalu.
Dalam pernyataan pertamanya, kelompok itu menyerukan protes nasional mereka namakan sebagai “hari hitam” di seluruh wilayah Palestina. Aksi protes itu menuntut perjanjian normalisasi. Dengan mengibarkan bendera hitam. Seruan ini menimbulkan gejolak di berbagai wilayah Palestina.
Di Hebron meletus bentrokan antara warga Palestina dan tentara Israel. “Kami menyatakan penolakan kami terhadap normalisasi karena itu terjadi dengan mengorbankan hak dan pengorbanan rakyat Palestina,” kata Shaheen perwakilan dari Pasukan Nasional dan Islam di Hebron kepada laman middleasteye.net
Protes juga terjadi di Ramallah, Tulkarem, Nablus, Jericho, Jenin, Bethlehem dan lain sebagainya. Para pengunjuk rasa meneriakkan dan memegang poster yang mengecam normalisasi dan menyerukan persatuan Arab melawan pendudukan Israel.
Sementara itu, Jamal Zahalka, ketua partai Majelis Demokratik Nasional, menggambarkan penandatanganan perjanjian normalisasi sebagai hadiah berbahaya dari UEA dan Bahrain kepada Trump dan Netanyahu. Siapa pun yang bergabung dengan aliansi dengan Israel tidak akan pernah bisa bersama rakyat Palestina, ” ujar jamal.
Baik Otoritas Palestina (PA) dan gerakan Hamas telah mengutuk perjanjian yang ditengahi AS itu. Mereka menyebutnya sebagai tikaman dari belakang kepada rakyat Palestina.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan kepada Presiden Mahmoud Abbas bahwa semua faksi Palestina bersatu menentang kesepakatan itu. Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menggambarkan kesepakatan itu sebagai “hari hitam” lain bagi dunia Arab.
“Ini akan menjadi tanggal lain untuk menambah kalender penderitaan Palestina,” katanya.
Disebutkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan diplomat top dari UEA dan Bahrain menandatangani perjanjian untuk menormalkan hubungan pada hari Selasa. Bahrain dan UEA tidak berperang melawan Israel. Hal itu berbeda Mesir dan Yordania, yang masing-masing menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 1979 dan 1994.