Pada tahun 2020 terhitung mulai akhir bulan Februari Kerajaan Arab Saudi telah memberi himbauan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan ibadah haji dan umroh ditiadakan dalam jangka waktu yang belum ditentukan. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Muhammad Saleh bin Taher Banten dalam sebuah wawancara dengan Al Ekhbariya TV.
Sebab ditundanya pelaksanaan haji dan umroh tahun ini adalah wabah Covid-19 yang sedang melanda Arab Saudi dan negara-negara di dunia lainnya, termasuk Indonesia. Ribuan jemaah umrah (ziarah) dari berbagai belahan dunia, termasuk dari Indonesia yang tiba di Bandara Internasional King Abdul Aziz (Jeddah) dan Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah, Kamis (27/2/2020) tidak bisa melanjutkan perjalanan dan berujung dipulangkan kembali.
Tentu hal ini membuat jamaah sedih, kendati berniat ibadah dari rumah namun harus kembali ke rumah bukanlah hal yang mudah. Tetapi dibalik peristiwa tersebut pasti ada hikmah yang bisa kita ambil. Merenungi dan menjadikannya pelajaran bahwa segala sesuatu semua atas kehendak Allah swt.
Akibat dari himbauan Kerajaan Arab Saudi Mekkah akan terlihat sepi dari para jama’ah. Namun apakah hal itu benar? Tidak sedikit yang mengait-ngaitkan Makkah sepi termasuk tanda-tanda kiamat. Lantas patutkah kita bersedih? Bahkan sempat beredar video Imam Masdjil Haram saat mengimami membaca surah dengan tangisan yang terisak-isak.
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang harus ditempuh oleh setiap muslim (yang mampu). Setiap tahunnya bahkan setiap harinya Mekkah dan Madinah selalu ramai diisi oleh para hamba-hamba-Nya. Bahkan ada satu hadist yang mengatakan bahwa Mekkah akan selalu ramai setiap tahunnya. Paling tidak ada 600 ribu jama’ah yang hadir. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW yang ditulis oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Asraru Al-Haaj.
أن الله عزوجل قد وعد هذا البيت أن يحجه في كل سنة ستمائة ألف , فإن نقصوا أكملهم الله عزوجل من الملائكة , وإن الكعبة تحشر كالعروس المزفوفة , وكل من حجها يتعلق بأستارها يسعون حولها حتى تدخل الجنة فيدخلون معها
Allah azza wa jalla telah berjanji bahwa Makkah setiap tahunnya akan selalu dikunjungi 600 ribu orang, jika kurang maka Allah melengkapinya dengan mengirim malaikat. Sesungguhnya ka’bah itu mempertemukan seperti sepasang mempelai yang diarak. Dan setiap yang berhaji ke ka’bah maka akan terikat dengan tirai-tirainya, mereka mengelilinginya hingga ka’bah masuk surga dan merekapun masuk surga bersamanya.
Dalam hadist di atas Allah telah berjanji bahwa Mekkah (beserta isinya) akan selalu ramai. Kendatipun tidak ramai oleh jama’ah di dunia, akan datang jama’ah dari akhirat yang Allah kirim para malaikat-malaikatnya.
Namun saat Ka’bah benar-benar sepi dari orang-orang apakah termasuk tanda-tanda kiamat? Nabi Muhammad SAW memang pernah mengungkapkan tanda-tanda kiamat saat ditanya oleh
Malaikat Jibril. Kisah ini tertulis dalam hadis sahih dari kitab Al-Arba’in hadist nomor dua karya Imam An-Nawawi yang disyarahi Imam Yahya bin Syarifuddin An-Nawawi di kitabnya Syarah Al- Arbain Hadistan An-Nawawiyah.
Dalam hadist yang diriwayatkan sahabat Umar radhiyallhuanhu hadist tersebut membicarakan tentang islam, iman dan ihsan yang ditanyai Malaikat Jibril pada Nabi Muhammad saw. Dan Nabi Muhammad saw. menjawab semua pertanyaan dengan langsung, berbeda saat Nabi ditanyai tentang hari kiamat dan bertanya balik pada Malaikat Jibril. Lalu Nabi memberikan ciri-ciri tentang hari kiamat.
Pertama jika kelak ada ‘budak melahirkan majikan’, artinya anak yang dilahirkan jadi majikan orang tuanya (berbalik melawan orang tua), kedua jika ada orang miskin penggembala bertelanjang dada tanpa alas kaki tiba-tiba berlomba membangun gedung-gedung bertingkat (orang miskin kaya mendadak. Kedua tanda besar inilah yang menjadi pegangan utama dalam melihat tanda-tanda datangnya kiamat.
Ketua Komisi Hukum Pusat MUI Prof. Dr. Habib Muhammad Baharun menjelaskan saat dikonfirmasi kumparan, Jumat (6/3) tentang fenomena Ka’bah kosong tanda kiamat.
Beliau menuturkan bahwa riwayat-riwayat tentang tanda “Ka’bah yang sepi dari orang bertawaf”, tidak masuk dalam hadis yang masyhur dan mutawatir. Berbeda halnya bila kedua tanda besar itu muncul merata di seluruh dunia. Ditambah dengan tanda-tanda lainnya yang sangat spesifik misalnya turunnya Nabi Isa dan munculnya Imam Mahdi. Hal demikian juga bila sudah terlihat tanda-tanda selain dua tanda utama tadi. Yaitu turunnya Nabi Isa, kemunculan Imam Mahdi, serta keluarnya Ya’juj dan Ma’juj dan lain sebagainya tanda-tanda yang lebih spesifik. Wallahu a’lam.