Dahulu kala para Qabilah dari Jazirah Arab tidak berperang kecuali mendapatkan kemenangan dari Allah Subhanahuwata’ala.
Maka salah satu anggota dari Qabilah tersebut ada yang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kemudian Rasulullah bertanya, “Apa sebab kalian bisa menang terus di setiap peperangan ?”.
Anggota Qabilah itu menjawab, “Ya Rasulullah, kami selalu menang karena kami tidak pernah memulai berbuat dzholim terlebih dahulu kepada orang lain.”
Dan yang menjadi pemimpin kami adalah orang yang tertua dari kami serta orang yang paling sholeh diantara kami. Dan kami selalu bersatu padu tidak bercerai berai.”
Maka Nabi menetapkan bahwasannya inilah pertolongan dari Allah Subhanahuwata’ala. Pertama mereka tidak memulai mendzholimi orang lain, Kedua apapun masalahnya mereka kembalikan kepada orang yang lebih tua dan yang paling sholeh diantara mereka, Ketiga hati mereka selalu bersatu padu dan tidak bercerai berai.
Allah Subhanahuwata’ala berfirman :
وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Janganlah kalian saling berselisih niscaya kalian akan gagal dan akan hilang pertolongan Allah kepada kalian” (QS. Al Anfal : 46 )
Sesungguhnya di dalam berdzikir kepada Allah Subhanahuwata’ala, membaca Al Qur’an dan beramal Sholeh, inilah penyebab yang paling kuat dalam pertolongan dari Allah.
Allah Subhanahuwata’ala berfirman :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
“Tatkala kalian memohon pertolongan dari Allah, maka Allahh akan kabulkan”. (QS Al Anfal : 9)
Tadi kami menyaksikan ketika kami masuk ke tempat ini, disambut dengan Dzikir kepada Allah Subhanahuwata’ala dan Sholawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kami sangat senang karena ini merupakan syiar yang dulu juga dilakukan oleh Bala Tentaranya Nabi Muhammad dahulu. Permisalan Bala Tentara dahulu adalah Kaum Muhajirin dan Anshor yang mempunyai pimpinan masing-masing.
Sesungguhnya pimpinan Kaum Anshor mereka adalah yang berbai’at kepada Nabi melalui Bai’at Aqobah dahulu di Makkah.
Dan pemimpin dari Kaum Muhajirin berasal dari keluarga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang bersama-sama Hijrah dengan Nabi Muhammad.
Dan setiap orang dari para sahabat dan bala tentaranya yang cinta sahabat baik dari Kaum Muhajirin maupun Kaum Anshor, mereka mencintai keluarga Nabi Muhammad, maka mereka pasti akan diberi pertolongan dan hajat mereka akan dikabulkan.
Sifat yang seperti ini yang Allah lihat dari hati sanubari kalian, ini sifat-sifat yang dahulu sudah dilakukan oleh kakek moyang kita dari Para Ulama yang dahulu membawa ajaran Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dan sifat ini adalah sifat dari ayah-ayah kalian terdahulu yang merupakan metode Ahlussunnah Wal Jama’ah, Tugas mereka adalah :
1. Menyatukan orang, bukan mencerai-beraikan manusia.
2. Menyebarkan kecintaan dan saling maaf-memaaf diantara manusia.
3. Mengadili orang-orang yang berbuat dzholim sehiingga mereka tidak berbuat dzholim lagi.
4. Mengikat hati mereka dengan keimanan dan mahabbah (kecintaan).
Dengan itulah kesempurnaan kesuksesan bisa dicapai.
Tidak dikenal di dalam sejarah Islam di Republik Indonesia ini keadaan perpecahan dan permusuhan pada zaman dahulu kecuali mungkin di waktu-waktu terakhir saja.
Dan orang-orang terdahulu dari Para Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah kita dari Asy’ariyyah dan Syafi’iyyah sangat memperhatikan Tazkiyatun Nafs (membersihkan Jiwa) dan Tasawuf. Atas dasar inilah berlalu berabad-abad di Indonesia ini. Barulah kali ini muncul pemikiran-pemikiran yang ingin memecah belah diantara umat manusia.
Perpecahan diantara barisan kaum Muslimin adalah sebab utama kekalahan dan kebinasaan.
Penyebabnya karena mereka di dalam masjid, memasukkan pemikiran-pemikiran mereka yang di dalamnya terdapat hawa nafsu untuk kepentingan politik tertentu dan kepentingan kelompok tertentu, bukan untuk kepentingan umat manusia.
Sesungguhnya masjid itu dibangun untuk menghubungkan manusia dengan ajaran Allah Subhanahuwata’ala serta membersihkan hati mereka dari kotoran-kotoran hawa nafsu.
Sebagaimana orang yang masuk ke dalam masjid adalah orang-orang yang beragam, dari berbagai latar belakang, mereka masuk ke dalam masjid untuk bersujud dan patuh kepada Allah Subhanahuwata’ala. Dan mereka tidak membawa omongan-omongan yang berkaitan dengan kesibukan duniawi mereka, tetapi hanya karena Allah Subhanahuwata’ala.
Yang berkumpul di dalam masjid beragam orang, ada pengusaha, ada pegawai, dan berbagai pekerjaan lainnya yang seharusnya diberikan kepada mereka hal-hal yang dibutuhkan mereka yang ada di dalam masjid.
Masing-masing dari mereka tidak berbicara kepentingan pribadi mereka, apabila ada pedagang datang ke masjid untuk berjualan maka kita mengatakan, “Semoga Allah membuat daganganmu tidak laku di dalam masjid, bukan disini tempatnya untuk berjualan”.
Kalau ada orang yang bekerja sebagai seorang tukang jahit membawa peralatannya ke dalam masjid kita akan mengatakan, “Bukan disini tempatnya untuk mengerjakan pekerjaan kalian.
Dan begitu juga tidak dibenarkan untuk membawa orang-orang yang berpolitik ke dalam masjid, kita katakan kepada mereka, “Bukan disini tempatnya untuk berpolitik, bawalah ke tempat-tempat kalian sendiri, karena Masjid adalah tempat yang Agung”.
Sesungguhnya Rumah Allah Ta’ala adalah rumah yang kita ambil cahaya di dalam masjid untuk dibawa ke lingkungan kita.
Kita harus mengabarkan kepada orang tentang keagungan dan kemuliaan masjid.
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Sesungguhnya hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar Ra’du : 28)
Di masjid-masijd diizinkan oleh Allah untuk mengangkat dan mengagungkan Nama Allah Subhanahuwata’ala.
Ketahuilah dengan kalian membawa ajaran Islam dengan benar, di tempat kalian ini, maka hendaknya kalian menjadi pionir dalam menjaga keamanan Umat Islam dan menjaga keamanan Umat lainnya, jangan sampai membuat bahaya kepada mereka, buat mereka merasa aman, dan tidak ada gangguan yang bersumber dari kita.
Dan kami akan mengajarkan kalian sebuah ayat dari Al Qur’an yang bisa dijadikan Doa ketika dalam peperangan :
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا
وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Rabbanaghfirlana dzunuubanaa wa israafana fii amrina watsabbit aqdamana wan shurna ‘alal qaumil kafirin”
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kufur kepada engkau.” (QS. Al Baqarah : 147)
Doa ini adalah doa yang dibaca Rasulullah dan Para Sahabat Nabi ketika malam menuju Perang Badar.
Kemudian perbanyak Dzikir يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ
“Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum”
Dibaca sebanyak-banyaknya.
Kita menjaga sholat berjamaah, perbanyak baca Al Qur’an, Perbanyak Dzikir, dan Perbanyak Bersholawat kepada Rasulullah.
Semoga Allah memperkuat hubungan kalian dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Aamiin… []
Diterjemahkan oleh Habib Jindan bin Novel dan Syaikh Ridwan Al Amri, ‘Dalam Acara Tasyakuran HUT ke-72 TNI di GOR Ahmad Yani, Markas Besar TNI, Cilangkap, JakartaTimur, Rabu, 18 Oktober 2017’