Habib Husein Ja’far Al-Hadar Ceritakan Kemuliaan Sayyidina Utsman bin Affan

Habib Husein Ja’far Al-Hadar Ceritakan Kemuliaan Sayyidina Utsman bin Affan

Habib Husein Ja’far Al-Hadar Ceritakan Kemuliaan Sayyidina Utsman bin Affan
Utsman bin Affan

Dalam program Kisah Sahabat Nabi dan Rasul yang ditayangkan salah satu televisi swasta, Habib Husein Ja’far Al-Hadar menceritakan keistimewaan Sayyidina Utsman bin Affan, seorang sahabat yang dikenal karena kekayaannya, namun hatinya tidak pernah terikat dengan harta dan dunia sedikit pun.

Sayyidah Aisyah pernah bercerita bahwa ketika Nabi sedang berbaring santai di rumahnya dalam keadaan bahkan bagian bawah penutup kaki Nabi terangkat hingga terlihat betisnya, datanglah tiga orang tamu. Tamu pertama adalah Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq, dan ketika beliau datang, Nabi menyambut dengan suara yang hangat namun tetap dalam posisi yang sama.

Tamu kedua adalah Sayyidina Umar bin Khattab, Nabi pun menyambut dengan suara yang hangat, namun tetap di posisinya. Tamu ketiga, ketika sahabat ini datang, Nabi Muhammad memperlakukan dengan perlakuan yang berbeda. Nabi bergegas duduk dan menutup area betisnya yang sebelumnya terbuka.

Kemudian Sayyidah Aisyah bertanya, “Wahai Nabi, kenapa engkau berbeda terhadap sahabatmu yang ketiga itu?” Nabi menjawab, “Aku tidak bermaksud membeda-bedakan, namun sahabat yang ketiga ini memang berbeda. Dia adalah seorang pemalu yang bahkan kepada malaikat pun ia malu, sehingga malaikat pun malu kepadanya. Maka bagaimana mungkin aku tidak malu kepadanya?”

Malu itu adalah sebagian dari iman dalam Islam. Memang banyak orang yang malu di depan manusia, tapi kadang tidak di depan malaikat, sehingga banyak kemaksiatan yang dilakukan dalam kesendirian, namun ditutupi dalam keramaian.

Sahabat itu adalah Sayyidina Utsman bin Affan, seorang sahabat yang luar biasa, karena beliau termasuk di antara orang-orang pertama yang masuk Islam. Sayyidina Utsman bin Affan memiliki peran penting sebagai Khalifah umat Islam, di antaranya adalah menyelesaikan kodifikasi atau pengumpulan Mushaf Al-Quran menjadi satu mushaf sebagaimana kita baca sekarang, yang dikenal dengan nama Mushaf Utsmani.

Hal ini adalah sebagai bagian dari janji Allah dalam Al-Quran: “Inna nahnu nazalnalkirā wa inna lahu lfidun” (Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran dan Kami juga yang menjaganya). Allah menjaga Al-Quran melalui perantara-perantara, salah satunya adalah Sayidina Utsman bin Affan. Beliau juga dikenal karena kedermawanan hartanya yang sangat besar dalam mendukung dakwah Nabi Muhammad dan seluruh nilai-nilai kemanusiaan yang diusung oleh Nabi Muhammad.

Suatu hari, Nabi meminta umat Islam untuk membeli air yang ada di Madinah yang dimiliki oleh orang Yahudi. Nabi meminta itu karena orang Yahudi tersebut menjual air dari sumurnya dengan harga yang sangat mahal, sehingga memberatkan bagi umat Islam dan warga Madinah. Ketika Nabi menawarkan hal itu, Sayyidina Utsman bin Affan adalah satu-satunya sahabat yang meminta izin untuk membeli sumur tersebut. Beliau membeli sumur itu dan menggratiskannya untuk seluruh umat Islam serta siapa saja yang membutuhkan air untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Karena keberkahan harta dan kedermawanan Sayyidina Utsman bin Affan, wakaf yang beliau lakukan terus terjaga hingga kini. Setelah beliau wafat, wakafnya berupa tanah dan sumur itu menghasilkan pohon-pohon kurma yang sangat banyak, jumlahnya ribuan. Kebun kurma tersebut menghasilkan banyak manfaat, dan penghasilannya diwakafkan kepada bank yang dulunya berada di bawah kekhalifahan Utsmani, yang kemudian dilanjutkan oleh kerajaan Arab Saudi hingga sekarang. Wakaf tersebut terus mengalir dan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin, yatim piatu, dan semua orang yang membutuhkan kedermawanan.

Semua itu adalah amal jariyah dari Sayyidina Utsman bin Affan yang terus mengalir hingga kini, 1400 tahun setelah wafatnya beliau. Itulah Sayidina Utsman bin Affan, seorang sahabat Nabi yang kaya, namun tidak pernah terikat hartanya kepada hatinya, melainkan menjadikannya sebagai pribadi yang paling dermawan.