Sosok Gus Dur yang begitu kharismatik dan memiliki kedalaman ilmu membuat sebagian orang meyakini bahwa beliau adalah seorang wali. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Yahya Cholil Staquf, adalah termasuk orang yang meyakini hal itu.
Saat berbicara dalam Haul ke-13 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, beliau mengaku bahwa dirinya meyakini bahwa Gus Dur adalah seorang wali.
“Saya pribadi, haqqul yaqin, bahwa Gus Dur itu waliyullah,” tuturnya.
Gus Yahya mengatakan demikian bukan tanpa alasan. Beliau yang pernah menjadi juru bicara Gus Dur menjelaskan dua alasan yang melatarbelakangi keyakinannya tersebut.
“Pertama, karena alasan pribadi. Kedua, karena alasan sosiologis,” terangnya.
Gus Yahya kemudian mengisahkan sebuah peristiwa yang dialaminya ketika bersama Gus Dur, tepatnya pada tahun 2000 ketika berstatus sebagai presiden ke-4 RI. Saat itu, Gus Dur pergi dari istana untuk berobat ke salah satu rumah sakit di Boston, Amerika Serikat. Setelah berobat, beliau langsung kembali ke Indonesia dan tiba di Jakarta saat pagi buta.
Gus Yahya sendiri telah menantikan kedatangan Gus Dur di kediamannya yang berada di Ciganjur. Karena waktu masih sangat pagi, hanya ada Gus Yahya dan Gus Dur di ruang tamu rumah. Setelah mengobrol beberapa saat, Gus Dur lalu mengajak Gus Yahya masuk ke kamarnya untuk membantu beliau mengganti pakaian.
“Gus (Yahya), mari masuk kamar, tolong bantu saya ganti pakaian,” ungkap Gus Yahya menirukan perkataan Gus Dur.
Saat momen di kamar itulah, Gus Yahya mengatakan kepada Gus Dur bahwa setelah ini mungkin beliau menjadi wali.
“Pak Dur, mungkin setelah ini panjenengan menjadi wali nomor sepuluh,” ucap Gus Yahya kepada Gus Dur.
Gus Dur yang mendengarnya langsung bertanya-tanya kepada Gus Yahya, bagaimana bisa dirinya menjadi seorang wali?
Gus Yahya menjawab, “Orang-orang yang ziarah Wali Songo itu tentunya ingin mampir ke panjenengan. Sehingga, panjenengan menjadi wali nomor sepuluh.”
Mendengar jawaban itu, Gus Dur tertawa. Lalu, beliau merespon, “Iya, mungkin.”
Setelah mengisahkan peristiwa di tahun 2000 tersebut, Gus Yahya mengatakan bahwa ucapannya tersebut saat ini telah menjadi kenyataan. Menurutnya, saat ini makam Gus Dur benar-benar telah menjadi salah satu destinasi para peziarah Wali Songo.
“Sekarang ini, (makam) Gus Dur sungguh masuk dalam rangkaian resmi biro-biro travel ziarah Wali Songo, untuk mampir ke Tebuireng, ziarah kepada wali ke-10, yaitu ‘Sunan Abdurrahman Wahid,” bebernya, diikuti tawaan kecil para hadirin.
Fakta itulah yang membuatnya yakin bahwa Gus Dur adalah seorang wali. “Sebab kalau sampai Gus Dur bukan wali, masa saya yang wali?” candanya. Dan itulah yang disebut alasan pribadi.
Adapun alasan sosiologis yang dimaksud adalah terkait dengan pembaharuan yang dilakukan oleh Gus Dur untuk Nahdlatul Ulama. Menurut Gus Yahya, Gus Dur mampu mentransformasi pola pikir hampir seluruh warga Nahdliyyin. Beliau juga merasakan perubahan pola pikirnya karena mengenal Gus Dur.
“Saya berubah karena mengenal Gus Dur. Dan, saya lihat teman-teman dari generasi saya semuanya adalah orang-orang yang dirubah pola pikirnya oleh Gus Dur,” ungkapnya.
Generasi saat itu, dalam hal ini generasi Islam, berada di bawah tekanan yang cukup masif, baik dalam skala nasional maupun global. Dalam skala nasional, generasi saat itu menghadapi tekanan dari penguasa, dan dalam skala global mendapat tekanan dari Barat. Tak ayal, berbagai perlawanan coba mereka lakukan untuk keluar dari tekanan tersebut.
Ketika generasi itu memilih untuk melakukan perlawanan dengan cara yang “keras”, Gus Dur justru memiliki tawaran yang berbeda.
“Yaitu, bahwa nasib Islam ini, tidak ada cara yang lebih baik untuk menolong nasib Islam selain dengan cara menolong kemanusiaan seluruhnya,” jelas Gus Yahya. [NH]