Gus Baha atau K.H. Bahauddin Nursalim merupakan kiai yang terkenal dengan rekaman-rekaman pengajiannya di Youtube. Gus Baha’ dikenal dengan penguasaan literaturnya yang cukup luas dan mendalam pada setiap kajiannya. Sebagai kiai, beliau sering mengungkapkan tidak ingin menjadi ulama yang suka mentakut-takuti dengan keberadaan neraka dan sebagainya. Sebaliknya, beliau ingin menjadi ulama yang mengkampanyekan tentang luasnya rahmat Allah. Oleh sebab itu, beliau dikenal memiliki pengajian yang meski serius, tapi tak pernah sepi dari gelak tawa.
Gus Baha menyatakan tindakannya itu bukannya tidak berdasar. Menjadi ulama yang suka bercanda tanpa kehilangan kedekatannya dengan Allah bukannya tidak berdasar. Salah satu hadis yang sering beliau ungkapkan adalah:
إن من خيار أمتي قوماً يضحكون جهراً من سعة رحمة الله ويبكون سراً من خوف عذابه، أبدانهم في الأرض وقلوبهم في السماء، أرواحهم في الدنيا وعقولهم في الآخرة، يتمشون بالسكينة ويتقربون بالوسيلة
“Sesungguhnya sebagian dari orang pilihan umatku, ada sekelompok orang yang tertawa di hadapan orang banyak sebab luasnya rahmat Allah, serta menangis tatkala sendiri sebab takut adzab Allah. Tubuh mereka di bumi dan hati mereka di langit. Ruh mereka di dunia dan akal mereka di akhirat. Mereka berjalan dengan tenang dan mendekatkan diri dengan wasilah”
Hadis tersebut disebutkan di dua tempat dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali. Pertama, dengan redaksi hadis seperti di atas, disebutkan dalam Bab Tanda-Tanda Ulama’ Akhirat Dan Ulama’ Dunia. Kedua, dengan redaksi agak berbeda, disebutkan dalam Bab Keutamaan Zuhud Dalam Kebutuhan-Kebutuhan Utama Hidup. Redaksi kedua sebagai berikut:
” إن من خيار أمتي فيما أنبأني الملأ الأعلى قوماً يضحكون جهراً من سعة رحمه الله تعالى، ويبكون سراً من خوف عذابه، مؤنتهم على الناس خفيفة وعلى أنفسهم ثقيلة، يلبسون الخلقان ويتبعون الرهبان؛ أجسامهم في الأرض وأفئدتهم عند العرش “
“Sesungguhnya sebagian dari orang pilihan umatku, sesuai yang Allah ceritakan pada-Ku, ada sekelompok orang yang tertawa di hadapan orang banyak sebab luasnya rahmat Allah, serta menangis tatkala sendiri sebab takut adzab Allah. Mereka bersikap “mudah” pada orang lain, dan bersikap “sulit” pada diri sendiri. Mereka memakai pakaian usang, serta mengikuti para pertapa. Tubuh mereka di dunia dan hidangan mereka di arsy.”
Berdasar penelitian Imam al-Iraqi, serta Imam az-Zabidi sebagai Pensyarah Kitab Ihya’ Ulumuddin, hadis di atas diriwayatkan antara lain oleh: Abu Thalib al-Makki dalam Quthul Qulub, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Awliyadan al-Hakim dalam al-Mustadrak. Al-Hakim mensahihkan hadis tersebut. Selain itu, al-Baihaqi juga meriwayatkannya dalam Syi’bul Iman dan beliau klaim dhaif. Ibn Najar juga meriwayatkannya.
Berdasar hadis di atas, Nabi menerangkan tentang adanya orang-orang pilihan, yang mereka memiliki prilaku tidak seperti yang orang lain lihat saat mereka di tengah-tengah masyarakat. Orang-orang pilihan ini saat di hadapan orang tampak tertawa seakan terlena dengan rahmat Allah, tapi tatkala sendiri sebenarnya mereka menangis sebab takut adzab Allah. Mereka tampak larut dengan urusan duniawi, padahal sebenarnya kesadaran mereka ada pada permasalahan akhirat.
Hadis ini secara tak langsung ingin mengungkapkan, untuk menjadi hamba Allah yang dekat dengan-Nya, tak harus senantiasa tampak prihatin dengan urusan duniawi. Juga tak harus saat di hadapan orang lain, bersikap membebani orang lain dengan ibadah-ibadah yang masih berat untuk mereka lakukan. Tapi, bisa saja dengan bersikap biasa saja layaknya orang biasa. Namun, senantiasa menjaga kesadaran diri untuk selalu dekat dengan Allah. Tentunya ini dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Tidak dengan sembrono.
Terkait hadis di atas, Imam az-Zabidi mengutip pernyataan Ibn Qayyim al-Jauziyah, bahwa jangan tergesa-gesa bersikap inkar pada pernyataan tubuh di dunia sementara ruh ada di langit. Tubuh memiliki prilaku sendiri, dan ruh juga memiliki prilaku sendiri. Nabi Muhammad salallahu alaihi wasallam sendiri, tubuh-Nya berada di antara para sahabat-sahabat Beliau. Sementara ruh dan hati Beliau ada di sisi Allah.