“Zaman sekarang, semakin berjasa, semakin berhak mendapatkan imbalan,” tutur Gus Baha dalam salah satu rekaman pengajiannya yang diunggah oleh akun Santri Gayeng di Twitter.
Gus Baha bercerita bahwa pada zaman dahulu sahabat Anshor adalah sahabat yang sangat sabar. Sabar dalam hal ini adalah sabar saat tidak mendapatkan posisi atau jabatan di pemerintahan.
“Kamu bisa seperti orang Anshor? Orang Anshor itu saat sahabat Muhajirin dapat jabatan masing-masing, orang Anshor tidak ada yang mendapatkan jabatan,” lanjut Gus Baha.
Bahkan, menurut Gus Baha, ketika ada orang Anshor yang ingin protes kepada Rasulullah SAW terkait jabatan yang tidak diberikan sama sekali kepada orang Anshor, malah diprotes oleh para sesepuh Anshor sendiri.
“Jangan, kalian itu beramal karena Allah SWT,” ujar Gus Baha menirukan pembicaraan sesepuh Anshor.
Atas kesabaran dan qanaah karena tidak mendapatkan jabatan, keturunan orang-orang Anshar diberikan keistimewaan oleh Allah SWT. Beberapa ulama besar memiliki darah keturunan Anshor, salah duanya adalah Zakariya al-Anshori dan Imam al-Qurthubi (penulisĀ Tafsir al-Qurthubi). Keduanya adalah ulama hebat di masanya.
Keistimewaan yang dimiliki orang-orang Anshor ini telah “diramalkan” Rasulullah SAW melalui doanya, “Allahummarham al-Anshar, wa Abna’al Anshar, wa Abna’a abna’il Anshor.”
Gus Baha mengajak kita untuk selalu ikhlas atas perbuatan yang kita berikan kepada orang lain. Jangan sampai kata “ikhlas” hanya bisa kita ucapkan namun tidak bisa kita amalkan.
Wallahu a’lam.