Gus Baha: Jangan Sampai Anak Kecewa dengan Islam yang Ditanamkan Keluarganya!

Gus Baha: Jangan Sampai Anak Kecewa dengan Islam yang Ditanamkan Keluarganya!

Memanjakan anak terkadang jadi penting, supaya anak tidak kecewa dengan Islam yang ditanamkan keluarganya. Demikian menurut Gus Baha.

Gus Baha: Jangan Sampai Anak Kecewa dengan Islam yang Ditanamkan Keluarganya!

Kalau anda adalah orangtua di keluarga beragama Islam, pendidikan agama Islam untuk anak pasti jadi sesuatu yang penting. Segala cara dilakukan orangtua supaya nilai keislaman bisa tertanam dengan baik ke dalam diri anaknya. Harapannya bagus, supaya si anak menjadi anak yang saleh, berakhlakul karimah, dan menjadi kebanggaan keluarga.

Namun kadang orangtua kelewat semangat dalam menanamkan standarnya kepada anak, sampai mendidik dengan keras dan serba membatasi. Bahkan terlupa kalau mereka adalah anak kecil, yang masih butuh bermain dan dimanjakan oleh orangtua.

KH. Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, memberikan sebuah pandangan seputar memanjakan anak, melalui video pendek yang diunggah oleh akun Santri Gayeng di laman twitter.

“Jadi kalau ada orangtua yang menservis (memanjakan, red.) anak demi mengawal tauhid yang ada pada anak tersebut, adalah ibadah.” demikian tutur Gus Baha.

Gus Baha menukil dasar dari kitab yang sering dikaji di pesantren, yakni kitab Fathul Muin. Dalam redaksi kitab Fathul Muin dijelaskan, bahwa disunnahkan memberi kelonggaran pada anak, yang dalam konteks ini mumpung tahap pertumbuhan mereka belum sampai pada kondisi mukallaf (sudah dikenai hukum).

 

Adapun tujuannya adalah, supaya jangan sampai si anak ini kecewa dengan sistem keluarganya sendiri, yang dikhawatirkan nanti akan berujung pada kecewanya si anak dengan sistem Islam yang ditanamkan dalam keluarganya sendiri.

Maka dari itu, ketika si anak sudah mau beribadah, sudah mau shalat atau membaca Quran, maka pihak keluarga seyogianya mendukung dengan cara yang arif dan tidak perlu memaksakan standar mereka kepada si anak. Bahkan ketika si anak minta dibelikan mainan, keluarga membelikan. Namanya juga anak-anak.

Teladan keluarga dalam memberi kelonggaran atau memanjakan anak sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika memanjakan dua cucu tercintanya, Sayyidina Hasan dan Husein. Suatu ketika Hasan dan Husein pernah bermain-main dengan anak anjing dan dibawa sampai ke dalam kamar Rasulullah SAW. Nabi rupanya tidak melarang atau memarahi. Rasulullah membiarkan mereka bermain-main dengan anak anjing yang sampai masuk rumah beliau.

Kenapa persoalan memanjakan anak jadi penting?

Gus Baha menjelaskan, bahwa nanti yang akan menjaga dan meneruskan nilai tauhid di masa depan adalah anak. Selain itu, salah satu dari tiga amal perbuatan manusia yang tidak akan terputus setelah mati adalah anak yang saleh. Amal dari anak yang saleh, baik itu diniatkan bagi orangtuanya atau tidak, akan secara otomatis mengalirkan pahala kepada orangtuanya.