Kadar keilmuan atau kealiman seseorang tidak bisa diukur dari penampilannya. Kealiman seseorang harus benar-benar didasarkan pada kapasitas kelimuan seseorang yang bisa diketahui dari rekam jejaknya.
Dalam pengajian rutin kitab Tafsir Jalalain di Yogyakarta tanggal 30 Desember 2019, Gus Baha memperingkatan kepada jemaah terkait bahayanya orang yang berpura-pura atau berpenampilan khusyu’ atau ahli ibadah tapi nihil ilmu.
“Orang bodoh yang ahli ibadah itu banyak loh fatwanya (yang dikeluarkan), (yang secara) diam-diam menciptakan tradisi yang bilaa ‘ilmin (tanpa ilmu),” ujar Gus Baha.
Beliau tidak mengkritik perilaku saleh, tetapi beliau mengkritik seseorang yang gemar menampilkan ibadahnya atu penampilannya kepada khalayak, hingga banyak orang yang menganggapnya sebagai ulama, padahal sebenarnya dia tidak berilmu. Akhirnya, banyak orang yang meminta fatwa kepadanya, fatwa pun dikeluarkan dengan asal, tetapi tidak didasarkan pada ilmu.
“Makanya orang khusyu’ (tanpa ilmu) sering dikritik di bab ilmu loh ya, bukan berarti kamu jangan khusyu’, khusyu’ di bab ilmu itu sering dikritik termasuk oleh Sayyidina Ali,” tutur pengasuh salah satu pesantren di daerah Rembang, Jawa Tengah ini.
Gus Baha mengutip salah satu perkataan Sayyidina Ali ketika menjadi amirul mukminin (khalifah keempat) yang mengkritik orang bodoh tapi ahli ibadah,
قصم ظهري رجلان عالم متهتك وجاهل متنسك
“Orang yang mengacaukan saya itu ada dua, yaitu orang yang berilmu tapi fasik (gemar maksiat) dan orang bodoh ahli ibadah.”
Kemudian perkataan Sayyidina Ali sering digubah oleh para ulama dalam sebuah nazam (syair) yang dikenal di kalangan pesantren sebagai syair Alala,
فَسَــادٌ كَبِيْرٌ عَــــالِمٌ مُـتَهَتِّــــكٌ # وَ اَكْبَرُ مِنْهُ جَاهِلٌ مُتَنَسِّكُ
“Kerusakan besar yaitu orang yang berilmu tapi fasik (gemar maksiat), dan kerusakan lain yang lebih besar adalah orang yang bodoh namun tetap bersikukuh menjalankan ibadah dalam kebodohannya“.
“(Misalnya) ada orang khusyu’ bawa tasbih kesana-kemari. Kemudian ditanya (orang) tentang faraid, ada pria dan wanita ditinggal mati oleh ayahnya, (hukum) warisannya bagaimanya ya?,” kata Gus Baha dalam mencotohkan orang bodoh ahli ibadah yang dimintai fatwa.
“Sama-sama anak ya (bagian warisannya) sama saja,” ucap Gus Baha menirukan orang bodoh tadi yang disambut gelak tawa jemaah.
Gus Baha juga menuturkan bahwa pada zaman Rasulullah SAW sudah terdapat fenomena orang yang terlihat saleh tapi ketika ada peristiwa nasakh mansukh mengenai arah kiblat orang islam banyak yang terprovokasi.
Ketika ada perintah dari Allah SWT yang memerintahkan Rasulullah SAW untuk menghadap Kakbah yang sebelumnya menghadap Baitul Maqdis banyak orang kafir Mekah yang memprovokasi umat islam.
“Lihatlah orang yang kalian ikuti, Muhammad, yang agamanya bingung. Setelah menghadap Ka’bah, menghadap Baitul Maqdis, (kemudian) menghadap Kakbah lagi,” tutur Gus Baha menirukan ucapan kafir Mekah.
Mendengar ucapan tersebut terdapat beberapa orang yang awalnya mukmin menjadi kafir karena memercayai ucapan orang kafir Mekah tersebut. Hal ini tentu berbeda dengan orang berilmu yang mengikuti perintah Rasulullah SAW, karena dia berkeyakinan bahwa apa yang dilakukan Rasulullah SAW pastinya berasal dari perintah Allah SWT.
Gus Baha bukan berarti melarang kita untuk bernampilan khusyu’ atau saleh. Akan tetapi, beliau melarang kita menjadi ahli ibadah tapi tanpa didasari ilmu, yang hanya membuat orang lain menganggap kita sebagai orang alim, lalu dimintai fatwa dan menjawabnya dengan sembarangan. Sehingga apa yang difatwakan malah bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya. (AN)
Wallahu a’lam.