KH Ahmad Bahaudin Nursalim atau biasa disapa Gus Baha mengisahkan soal muasal dan sejarah Hari Jumat. Dalam sebuah ceramah, Gus Baha mengisahkan tentang har-hari yang dibuat oleh Allah SWT.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an LP3IA Rembang itu sebenarnya ada lima. Dengan nada bercanda khas seorang kiai pesantren, beliau mengajarkan tentang makna dalam Islam.
“Sebelumnya hari yang dibuat Allah ada lima. Dan finishingnya (akhir) di hari Jumat. Lalu, semua (hari-hari) yang sudah jadi dievaluasi ulang,” kata Gus Baha di akun Youtube Santri Gayeng, ISLAMI.CO sudah dapat izin mengutip.
Lantas beliau menjelaskan, hari-hari itu disempurnakan dan disebut jami’. Jami’ itu menurut ulama yang kini punya banyak santri digital itu bermakna evaluasi total.
“Kata Jami’ lalu disebut menjadi Jumat,” tambahnya.
Lantas beliau menjelaskan, hari-hari itu disempurnakan dan disebut jami’. Jami’ itu, lanjutny, bermakna evaluasi total.
“Kata Jami’ lalu disebut menjadi Jumat,” tuturnya
Baca juga: Ijazah dari Gus Baha Bagi Kamu yang Tengah Kecewa
Hari Jumat maka dari itu, lanjut Gus Baha, menjadi hari keenam dalam hitungan hari.
“Ahad, senin, selasa, rabu, kamis, jumat. Sudah enam kan? Nah, setelah hari keenam Allah tidak membuat lagi sebenarnya. Kata orang Yahudi, Tuhan itu capek lalu istirahat sejenak,” candanya
Lantas, kata mufasir dengan berjilid buku tafsir Alquran itu, menjelaskan, pada hari ketujuh itu disebut hari Sabat (Sabtu), yakni hari istirahat.
“Makanya orang Yahudi itu libur kerjanya di hari Sabtu. Makanya, kalau kalau minta libur Sabtu, ya itu seperti orang Yahudi,” kelakar beliau.
Makanya, dengan guyon beliau mengisahkan, itulah alasan kepada para kiai tidak mau kalau ada libur di Hari Sabtu.
“Jadi, Allah sudah selesai buat hari-hari, tapi hari harus ada tujuh. Padahal hakikatnya yang terpakai hanya enam hari,” kata Gus Baha.
Itulah sejarah hari Jumat menurut Gus Bah. Bagaimana menurutmu?