Gerakan Indonesia Sholat Subuh untuk Pemenangan Capres 02, Kok Bisa?

Gerakan Indonesia Sholat Subuh untuk Pemenangan Capres 02, Kok Bisa?

Bagaimana bisa, Sholat Subuh malah digunakan gerakan politik?

Gerakan Indonesia Sholat Subuh untuk Pemenangan Capres 02, Kok Bisa?
Masjid atau musholla adalah rumah umat Islam (Andir Erik/ISLAMIDOTCO)

Hal ini membuat saya resah, betapa tidak, Sholat Subuh malah dijadikan pemenangan Capres tertentu. Padahal, harusnya tidak demikian. “Kami akan sebarkan teks deklarasi ini ke media-media. Silakan kalian cetak dan tempelkan di dinding kamar tidur anda. Baca dan bertekad untuk Shalat Subuh berjamaah sebelum kalian tidur,” Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khaththat di Republika

Tapi, lambat laun, malah jadi ajang politis. Memang, sejak jaman Rasulullah, solat subuh memperoleh perhatian lebih ketimbang solat selainnya. Itu tersebabkan, solat subuh memiliki keutamaan dan keistimewaan tersendiri. Bukhari Muslim meriwayatkan, Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّة “Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh dan ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635)

Lebih dari itu, Imam Muslim diriwayat yang lain menuturkan مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ ثُمَّ يَكُبَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ “Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no. 163)

Kedua riwayat hadis tersebut cukup kuat memberi semangat bagi umat muslim untuk senantiasa melaksanakan solat subuh berjamaah. Alih-alih, rasullah setiap selesai solat subuh kerap kali memberi pengajian dan nasehat-nasehat kepada para pengikutnya. Hingga para sahabat yang ingin lebih dekat dengan Rasullah, niscaya ia datang dan bergabung di jamaah solat subuhnya, sekalipun dari daerah yang cukup jauh.

Tradisi sholat subuh berjamaah dan pengajaran ilmu agama setelahnya, terus dirawat dan dipraktekkan oleh sahabat, tabian dan ulama secara ulum. Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111 M.) memulai pengajarannya di Madrasah Nidzamiyah sejak dini hari usai subuh berjamaah. Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1803-1863), Syaikh Nawawi al-Bantani (1813-1897) meyampaikan kuliahnya setiap hari usai Jamaah Subuh di Masjidil Haram, 1884-1885 M. Sungguh momentum subuh memiliki peranan penting dalam sejarah  Islam.

Tidak hanya itu, momentum subuh ini terus dimanfaatkan semaksimal mungkin, hingga pada puncaknya mencipta gerakan sosial nasionalis. KH. Kholil Madura, KH. Asnawi Kudus, KH. Tubagus Bakri, KH. Arsyad Thawil dari Banten, dan KH. Hasyim Asy’ari dari Jombang, berhasil melawan penjajan Belanda, diawali dengan musyawarah kecil antara mereka setiap usai jamaah subuh di serambi utara Masjidil Haram. Strategi yang mereka susun bersama, selanjutnya menjadi gerakan sosial nasionalis di Nusantara. Hingga penjajahan benar-benar terusir di tangan mereka.

Bertitik tolak dari itu semua, dewasa ini, gerakan Solat Subuh berjamaan kembali menemukan momentum masifnya. Di penghujung 2017, tepatnya Sabtu, 16 Desember, Sandiaga Uno menjadi tuan rumah sejumlah ulama deklarasikan Gerakan Indonesia Solat Subuh (GISS) di Masjid At-Taqwah, Jakarta Selatan. Selang beberapa bulan selanjutnya, Selasa, 27 Februari 2018 tuan rumah itu, Sandi kembali deklarasikan GISS di Masjid Al-Makmuriyah, Pulau Pramuka, Kepulawan Seribu. Hingga pada 1 April 2018 Capres Sandi temani mayarakat Kuningan laksanakan solat subuh berjamaan dan deklarasi GISS di Masjid RNI, Mega Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan.

Realitas ini menunjukkan suatu fakta bahwa Cawapres 02 mulai meramba kemasjid-masjid dan memulai suatu gerakan melalui solat subuh berjamaah. Bahkan lebih terang, Pinpinan Nasional Komando Ulama Pemenangan Sandiaga Uno yang diketuai KH. Abdul Rasyid AS, pada tanggal 18 Februari 2019 mengelurkan intruksi (berkas berbentuk PDF sejumlah 3 halaman dan tersebar di grup-grup wasap) kepada seluruh relawannya, mengordinir masyarakat untuk memenangkan Cawapres Sandi melalui gerakan solat subuh berjamaah ini.

Poin nomor 2 dalam Implementasi Strategi Pemenangan Prabowo Sandi, ISP 1 Subuh Akbar Indonesia menyerukan “Optimalisasi seluruh gerakan pemenangan PS untuk sukseskan Subuh Akbar Indonesia di bawah komando Ulama.” Dan poin 6 sub poin 8 “Bersama sama mendatangi TPS” dan sub poin 9 mengabadikan ISP sejak persiapan di setiap masjid/mushalla dengan foto, video, yang diapload di IG FB, dan Youtube dan diviralkan” adalah jelas-jelas gerakan politisasi solat subuh untuk memenangkan cawapres 02.

Gerakan ini tentu akan membari pengaruh besar dalam pilpres mendatang. Bagi kalangan muslim yang taat, dan terutama bagi masyarakat awam, gerakan jamaah subuh akbar dipandang sebagai sebagai suatu yang suci. Alih-alih, bangsa Indonesia masih terkategorikan pada masyarakat yang tunduk pada kiai dan ulama. Maka, GISS yang diserukan oleh ulama ini, tentu diterima baik oleh masyarakat umu. Padahal dibalik dogma solat subuh berjamaah, tersimpan kepentingan politik electoral, capres 02.

Jika demikian, keutamaan solat subuh yang mulia, visi jamaah subuh sebagai pemersatu dan wadah pendidikan bagi bangsa, telah dikotori dengan kepentingan politik politik capres 02. Tentu GISS yang sarat dnegan kepentingan electoral ini tidak bisa dibiarkan.  Maka, tak salah kemudian seluruh Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) beserta takmirnya yang tergabung dalam Forum Rembuk Masjid Indonesia (Formasi) sepakat untuk menolak gerakan politisasi salat Subuh. Dan, memang harus kita tolak.