George bin Todzira, Panglima Bizantium yang Mendapat Hidayah Di Medan Perang

George bin Todzira, Panglima Bizantium yang Mendapat Hidayah Di Medan Perang

George bin Todzira, Panglima Bizantium yang Mendapat Hidayah Di Medan Perang

Tak semua orang bisa mendapatkan hidayah dari Allah secara begitu saja. Pasalnya, hanya orang-orang tertentu saja yang dikehendaki oleh Allah yang bisa mendapatkan hidayah. Terlebih, hidayah memang sangat istimewa dan mahal harganya. Salah satu orang yang sangat beruntung mendapatkan hidayah dari Allah adalah seorang panglima perang bernama George bin Todzira.

George bin Todzira bukanlah seorang panglima muslim. Justru, George bin Todzira merupakan panglima pasukan Bizantium yang memimpin pasukan Roma dalam Perang Yarmuk. Dalam perang tersebut, George bin Todzira harus berhadapan dengan Panglima Khalid bin al-Walid RA yang memimpin pasukan Islam. Ajaibnya, George bin Todzira justru mendapatkan hidayah saat ia tengah berada di medan perang.

Sebelum peperangan, George bin Todzira sempat melakukan dialog dengan Panglima Khalid bin al-Walid RA. Saat itu, George bin Todzira memanggil Khalid bin al-Walid RA sang pedang Allah untuk keluar dari pasukan yang kemudian digantikan sementara oleh Abu Ubaidah. Mereka berdua pun berdiri berhadap-hadapan di atas kuda tunggangan mereka masing-masing. George pun bertanya, “Apakah Allah menurunkan pedang dari langit kepada Nabi kalian, lalu ia memberikannya kepadamu? Kemudian tidaklah pedang itu berjumpa dengan suatu kaum kecuali ia berhasil mengalahkannya?” Khalid pun menjawab tidak.

Kemudian George kembali bertanya, “Lalu mengapa Engkau disebut dengan saifullah (Pedang Allah)?” Khalid menjawab, “Sesungguhnya Allah mengutus Nabi-Nya ke tengah-tengah kami. Ia mendakwahi kami, namun kami semua lari tak mengacuhkannya. Lalu sebagian kami ada yang membenarkan dakwahnya dan mengikutinya. Sementara yang lain menjauhi dan mendustakannya. Aku termasuk orang yang menjauhi, mendustakan dan memeranginya. Setelah itu, Allah memberi hidayah kepada kami. Kami pun mengikuti ajarannya. Ia berkata kepadaku, ‘Engkau adalah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ia hunuskan kepada orang-orang musyrik. Ia mendoakanku dengan kemenangan. Lalu melaqobiku dengan saifullah. Dari situlah, aku menjadi orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang musyrik.”

George kembali bertanya, “Apakah orang yang hari ini memeluk Islam –wahai Khalid- sama pahala dan ganjarannya?” Khalid pun menjawab, “Iya, bahkan bisa jadi lebih utama.” Pasca berdialog panjang dengan Khalid, hati George bin Todzira pun terketuk dan cenderung kepada Khalid. Di dalam sanubarinya yang terdalam sempat terbersit untuk memeluk agama Islam.

Di tengah medan perang George bin Todzira kemudian berkata, “Ajarkanlah aku tentang Islam.” Hal tersebut tentu membuat pasukan Roma menjadi sangat terkejut. Khalid kemudian mengajak George bin Todzira menuju tenda, mengajarinya berwudhu dan mengajarinya salat dua rakaat. Setelah memeluk Islam, George bin Todzira diberitahu bahwa berangkat ke medan perang bukanlah semata-mata untuk membunuh namun tujuan utamanya adalah untuk memberi hidayah.

Setelah keluar dari pasukan Bizantium, George bin Todzira pun begitu dimusuhi oleh pasukan Bizantium. George bin Todzira tentu berbalik posisi, ia berdiri di samping Khalid bin al-Walid RA untuk memerangi pasukan Bizantium yang melawan Islam dalam Perang Yarmuk. Ternyata, dalam Perang Yarmuk tersebut George bin Todzira mengalami luka parah dan akhirnya ia pun mati syahid. Meskipun hanya satu kali melakukan salat dua rakaat, namun George bin Todzira berhasil mati syahid di medan jihad.

Demikianlah George bin Todzira yang baru saja memeluk Islam dan kemudian mati syahid. Ternyata orang yang baru memeluk Islam dan sedikit amalnya bisa lebih unggul dibandingkan orang yang sudah terlahir sebagai seorang muslim. Pasalnya, George bin Todzira berhasil mendapatkan kemuliaan dari Allah melalui hidayah dan berjihad di jalan Allah. George bin Todzira pun menjemput kematian sebagai seorang syuhada.