Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 Indonesia pernah berseloroh,”Saya jadi presiden tidak membawa modal apa-apa, hanya modal dengkul, itupun dengkulnya Amien Rais.”
Kala itu, dalam posisi sebagai ketua MPR, Amien Rais melakukan manuver luar biasa melalui apa yang disebut poros tengah, menjadikan Gus Dur sebagai Presiden. Padahal, hasil PEMILU legislatif, PDI-P pemenangnya, yang dalam kalkulasi politik seharusnya Megawati-lah Presiden Indonesia saat itu. Beberapa kalangan tertentu, tidak ridho Megawati menjadi Presiden, saat itu.
Terjadilah duet kompromis Gus Dur-Megawati. Namun, kepemimpinan Gus Dur belum seumur jagung, Amien Rais kembali melakukan manuver politik menjatuhkan Gus Dur melalui Sidang Istimewa. Pun, Gus Dur lengser dan digantikan oleh duet Megawati-Hamzah Haz.
Dengkul Amien Rais tidak hanya telah menjadikan Gus Dur sebagai Presiden, tetapi sekaligus juga menjatuhkannya.
Cerita tidak berhenti disini. Pada Pilpres 2004, Amien Rais maju menjadi capres berpasangan dengan Siswono Yudhohusodo. Namun, Amien Rais gagal di putaran pertama. Pun, pada putaran kedua, PAN, kendaraan politik Amien Rais lebih memilih merapat pada pasangan SBY-JK. Seterusnya, PAN adalah sekutu paling setia SBY selama 10 tahun pemerintahan.
Pada Pilres 2014, Amien Rais menjadi salah-satu motor utama “perkawinan politik” Prabowo-Hatta Radjasa Vis a Vis dengan pasangan Jokowi-JK. Dalam pilpres itu, Amien Rais memberi istilah “Perang Badar”.
Tentu saja, kubu Prabowo-Hatta Radjasa dianalogikan sebagai pasukan Rasulullah dan kubu Jokowi-JK dianalogikan sebagai pasukan Quraisy.
Pilpres 2014 begitu menguras emosi dan mengubah struktur sosial-politik Bangsa Indonesia. Terjadi pembelahan cukup tajam antara kubu militan pro Jokowi, yang kemudian bermemorfosis menjadi “cebong” dengan kubu militan pendukung Prabowo yang belakangan disebut “Kampret”.
Pertarungan antara cebong versus Kampret ini begitu keras, miskin dialog, dan saling serang, terutama di media sosial. Selama Lima tahun masa pemerintahan JOKOWI-JK, kubu Cebong Dan Kampret tidak lelah merawat perseteruan. Dan, tentu saja, Amien Rais berada di kubu Kampret.
Jelang pilpres 2019 lalu, tersiar kabar Amien Rais akan maju sebagai kandidat calon presiden. Belakangan, ia dianggap tokoh sentral dalam Prabowo-Sandiaga dan sama kayak 5 tahun lalu, ia pun mengeluarkan istilah-istilah ajaib seperti Partai Setan, mengajak Malaikat dan semacamnya.
Kita tunggu seberapa sakti dengkul Amien Rais? Seberapa kuat dengkul Amien Rais mengkonsolidasikan para Kampret? Sehat selalu ya…