Fitnah Sebelum Fitnah Dajjal

Fitnah Sebelum Fitnah Dajjal

Fitnah Sebelum Fitnah Dajjal

Hadis-hadis tentang akhir zaman belakangan kembali populer. Para penyebarnya adalah para dai yang punya afiliasi politik tertentu. Atau kelompok tertentu yang bertujuan mendirikan negara yang mereka yakini sebagai negara Islam. Untuk mempengaruhi masyarakat, mereka mengutip hadis-hadis Nabi saw. tentang akhir zaman lalu mereka mencocok-cocokkan dengan kondisi sekarang. Di antara hadis akhir zaman yang sering dikutip di antaranya adalah hadis tentang Imam Al-Mahdi dan Dajjal.

Dalam salah satu situs internet, untuk mempromosikan organisasi terornya, seorang penulis mengutip sebuah hadis riwayat Imam Ahmad bin Hanbal. Penulisnya mengutip terjemah hadis bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, fitnah sebagian dari kalian lebih aku takutkan dari fitnahnya Dajjal. Dan tidak ada seseorang pun dapat selamat dari badai fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan pasti selamat pula darinya (fitnah Dajjal) setelahnya.  Dan tidak ada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini baik kecil maupun besar kecuali untuk (menjemput) fitnah Dajjal” (HR. Ahmad).

Menurut penulis di situs tersebut, yang dimaksud fitnah sebelum fitnah Dajjal adalah sistem Dajjal yang diciptakan kaum Zionis seperti sekulerisme dan kapitalisme. Jadi, sekulerisme dan kapitalisme adalah fitnah sebelum fitnah Dajjal. Orang yang tidak selamat dari sekulerisme dan kapitalisme, tidak akan selamat dari fitnah Dajjal. Saat ini, menurutnya, satu-satunya ‘negara’ yang selamat dari sekulerisme dan kapitalisme adalah “Daulah”. “Daulah” adalah nama organisasi teroris yang sedang didukungnya. Benarkah maksud fitnah sebelum fitnah Dajjal dalam hadis adalah “sistem Dajjal” yang meliputi sekulerisme dan kapitalisme?

Berikut ini adalah teks asli hadis yang dikutip:

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ” لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ، وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا، وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتِ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ، إِلَّا تَتَّضِعُ لِفِتْنَةِ الدَّجَّال

Dari Hudzaifah yang berkata, “Diceritakan tentang Dajjal di samping Rasulullah saw. lalu beliau berkata, ‘Niscaya fitnah dari sebagian kalian lebih aku takutkan dibanding fitnah Dajjal. Tidak akan selamat seorang pun dari fitnah sebelum Dajjal kecual akan selamat dari fitnah Dajjal. Tidak diciptakan fitnah sejak dunia ini ada, baik kecil maupun besar, kecuali tunduk pada fitnah Dajjal.” (HR Ahmad).

Hadis ini diriwayatkan seorang sahabat bernama Hudzaifah bin Al-Yaman (w. 36 H.). Sahabat terkemuka yang banyak meriwayatkan hadis-hadis tentang masa depan. Hadis ini disebutkan dalam Musnad Ahmad, Musnad Al-Bazzar, dan Sahih Ibnu Hibban. Menurut Syuaib Al-Arnauth, riwayat Ahmad berstatus sahih.

Dalam kajian sanad, terdapat seorang perawi yang dinilai memiliki cacat yang tidak mempengaruhi kredibilitasnya. Sulaiman bin Mihran Al-A’masy (w. 147 H.) dikenal tsiqah, hafizh, wari’, dan mudallis. Para ulama mempermasalahkan statusnya sebagai mudallis. Al-Ala’i (761 H.) dalam kitab Jami’ Al-Tahshil Fi Ahkam Al-Marasil mengatakan bahwa Al-A’masy adalah seorang imam yang terkenal banyak melakukan tadlis. Mengutip Al-Tirmidzi, Al-Ala’i mengatakan bahwa Al-A’masy meriwayatkan dari seorang sahabat namun tidak pernah mendengar langsung seperti riwayat dari sahabat Anas bin Malik (w. 93 H.) dan Abdullah bin Abi Aufa (w. 87 H.).

Dengan asumsi bahwa hadis tersebut sahih, sebenarnya kandungan hadis tersebut masih samar. Apa yang dimaksud dengan “fitnah dari sebagian kalian” yang lebih ditakutkan Nabi saw. dibanding “fitnah Dajjal” belum jelas. Secara tekstual, “fitnah dari sebagian kalian” berarti sumber fitnah (kekacauan) itu adalah dari internal umat Islam. Artinya, ada sebagian umat Islam yang menyebarkan kekacauan. Siapakah mereka? Siapakah umat Islam yang lebih ditakuti fitnahnya oleh Nabi saw. dibanding fitnahnya Dajjal?

Untuk memahami hadis ini, kita merujuk kepada riwayat lain. Berdasarkan penjelasan dari hadis lain diketahui bahwa ada dua perkara yang lebih ditakuti Nabi saw. dibanding Dajjal. Pertama, para pemimpin sesat yang membuat pengikutnya terlibat peperangan tak berkesudahan. Dasar dari keterangan ini adalah hadis Imam Ahmad, Abu Daud, Al-Tirmidzi dan Ibnu Hibban. Rasulullah saw. bersabda,

وَإِنَّ مِنْ أَخْوَفِ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ، وَإِنَّهُمْ إِذَا وُضِعَ السَّيْفُ فِيهِمْ لَمْ يُرْفَعْ عَنْهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي كَذَّابُونَ دَجَّالُونَ قَرِيبًا مِنْ ثَلَاثِينَ، وَإِنِّي خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ، لَا نَبِيَّ بَعْدِي، وَلَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ مَنْصُورَةٌ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ

“Sungguh, sebagian dari apa yang aku takutkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan. Sungguh, ketika perang telah diletakkan pada umatku, ia tidak akan bisa diangkat hingga kiamat. Akan keluar dari umatku, para Dajjal pembohong mendekati tiga puluh orang. Aku adalah penutup para nabi, tiada nabi setelahku. Akan ada kelompok umatku yang selalu menang di atas kebenaran hingga datang kiamat.” (HR. Ibnu Hibban)

Kedua, riya atau pamer. Hal ini didasarkan kepada keterangan hadis. Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ

“Sungguh, yang paling aku takutkan atas umatku adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya, ‘Apa itu syirik kecil, Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Riya.’” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)

Berdasarkan pembahasan yang komprehensif di atas, jelas sudah bahwa yang dimaksud fitnah sebelum fitnah Dajjal adalah para pemimpin yang menyeret pengikutnya dalam peperangan. Atau perasaan riya ketika seseorang menjalankan sedang menjalankan perintah Allah. Kedua perkara tersebut adalah fitnah yang paling ditakutkan Nabi saw. terjadi pada umatnya. Yang pertama berkaiatan dengan pertumpahan darah. Sedangkan yang kedua berkaitan dengan kemurnian ibadah. Dari sini, kita tahu bahwa telah terjadi penyesatan opini atas nama agama. Para penyebar opini sesat tersebut bertujuan menciptakan perang di kalangan umat Islam. Di sini kita patut bertanya, apakah mereka termasuk para Dajjal pendusta yang diramalkan Nabi saw?