Fikih Manajemen Medsos, Agar Prilaku Bermedsos Kita Berpahala (2)

Fikih Manajemen Medsos, Agar Prilaku Bermedsos Kita Berpahala (2)

Setidaknya ada empat syarat agar amalan bermedsos kita bernilai ibadah dan berpahala, sebagaimana dikemukakan para bijak bestari (hukama’).

Fikih Manajemen Medsos, Agar Prilaku Bermedsos Kita Berpahala (2)

Syarat-syarat Diterimanya Sebuah Amalan (Bermedsos)

Sungguhpun demikian, penting diperhatikan bahwa sebagaimana setiap amal ibadah yang diterima oleh Allah Taala harus memenuhi setidaknya empat syarat penerimaan amal manusia sebagaimana dikemukakan para bijak bestari (hukama’).

Syaikh Abû al-Laits al-Samarqandî dalam Tanbîgh al-Ghâfilîn (Peringatan untuk Orang-orang yang Lalai terhadap Ajaran Agama) menyebutkan keempat syarat tersebut: amal tersebut dilandasi ilmu, disertai niat yang benar, dilaksanakan dengan sabar dan disertai dengan rasa ikhlas (keikhlasan) (Abû al-Laits al-Samarqandî, Tanbîgh al-Ghâfilîn, Surabaya: Thaha Putera, t.t. hlm. 6).

Sudahkah amal-amal ibadah kita memenuhi empat syarat tersebut? Sudahkah amal bermedsos kita didasari dengan ilmu, diniati dengan dengan benar, dilaksanakan dengan sabar serta diikhlaskan mengharap ridha, rahmat, dan anugerah Allah Taala?

Sungguhpun demikian, tidak serta merta amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Hujjatul Islam Imam al-Ghazâlî (450-505 H) dalam masterpiecenya, Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn berkata:

اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ هَلْكَىْ إِلَّا الْعَالِمُوْنَ، وَالْعَالِمُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَىْ إِلَّا الْعَامِلُوْنَ، وَالْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَىْ إِلَّا الْمُخْلِصُوْنَ، وَالْمُخْلِصُوْنَ عَلَى خَطَرٍ عَظِيْمٍ.

”Manusia semuanya akan binasa, kecuali orang-orang yang berilmu. Orang-orang yang berilmu pun semuanya akan binasa, kecuali orang-orang yang beramal (mengamalkan ilmunya). Orang-orang yang beramal pun semuanya akan binasa, kecuali orang-orang yang ikhlas (mengikhlaskan amal). Orang-orang yang ikhlas pun berada dalam kekhawatiran yang besar.” (Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn, Surabaya: Alhidayah, t.t., Juz 4, hlm. 351).

Oleh karena urgensi keikhlasan itu, kita telah diajari oleh kitab suci Al-Quran al-Karîm:

وَمَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاۧءَ وَيُقِيمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَوٰةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ.

”Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah (beribadah), dengan ikhlas mentaatiNya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)” (QS. al-Bayyinah [98]: 5).

Demikian pula kita diajari oleh kitab suci Al-Quran:

وَمَنْ أَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِّٰلهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًاۗ وَاتَّخَذَ اللهُ إِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلًا.

”Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang mengislamkan (ikhlas menyerahkan) dirinya (kemuliaannya) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya” (QS al-Nisâ’ [4]: 125).

Lurus dalam ayat di atas berarti jauh dari syirik dan jauh dari kesesatan.

Sungguhpun begitu, berkat anugerah dan rahmat Tuhanlah yang mengantarkan amal ibadah kita ke dalam surga, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ لَنْ يُنَجِّيَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ ( وَفِيْ رِوَايَةِ مُسْلِمٍ: لَمْ يُدْخِلْ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ). قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللهُ بِرَحْمَةٍ؛ سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاغْدُوا وَرُوحُوا وَشَيْءٌ مِنْ الدُّلْجَةِ وَالْقَصْدَ الْقَصْدَ تَبْلُغُوْا.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: ”Tidaklah menyelamatkan seorang di antara kalian amal perbuatannya (dalam riwayat Muslim: Tidaklah memasukkan seseorang ke dalam surga amal perbuatannya). Mereka bertanya: ’Tidak pula engkau wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ’Tidak pula saya, hanya bahwa Allah telah mencurahkan kepadaku anugerah dan rahmat-Nya. Maka berlaku tepatlah kalian, mendekatlah, beribadahlah di waktu pagi, sore, dan sedikit dari malam, beramallah yang pertengahan, yang pertengahan (tidak ekstrem), kalian pasti akan sampai.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga tulisan Sebelumnya: Fikih Manajemen Medsos, Agar Prilaku Bermedsos Kita Bernilai Ibadah (1)

Dengan demikian, bermedsos yang bernilai ibadah adalah bermedsos yang didasarkan pada ilmu, disertai niat yang benar menyampaikan sesuatu yang positif dan bermanfaat (mashlahah), informatif, edukatif, inspiratif, bahkan inovatif, dilaksanakan dengan kesabaran dan disertai rasa ikhlas untuk mendapatkan ridha, anugerah dan rahmat Allah Taala. Dengan begitu, aktifitas bermedsos kita diharapkan mendapat curahan anugerah dan rahmat (kasih sayang) Allah Taala Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, yang mengantarkan kita masuk ke dalam surga, âmîn. Bukan justeru menjadi sebab yang menjerumuskan kita ke dalam jurang neraka, na‘ûdzubillâh mindzâlik.

 Wallahu a’lam.

———

Tulisan ini sebelumnya telah dimuat dalam Majalah Risalah Nahdlatul Ulama: Mencerdaskan dan Mencerahkan, diterbitkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Edisi 88/Tahun XII/1440 H/November 2018, dalam Rubrik Syuro, hlm. 62-65,