Festival Film Madani 2019: Kampanyekan Perdamaian Melalui Film

Festival Film Madani 2019: Kampanyekan Perdamaian Melalui Film

Festival Film Madani 2019: Kampanyekan Perdamaian Melalui Film
Kickykirana/FFM

Antrian pengunjung memenuhi loket bioskop XXI Epicentrum Kuningan sejak pukul 18.00 WIB, Senin, 21/10/2019. Kali ini para pengunjung bukan hendak membeli tiket bioskop, melainkan sedang melakukan registrasi untuk menghadiri opening Festival Film Internasional Madani 2019.

Festival film Internasional Madani 2019 diselenggarakan atas inisiasi grup penerbitan Mizan dan Pabrikultur. Melalui festival ini, para inisiator bermaksud merayakan keragaman dunia Islam, serta menyebarluaskan toleransi dan perdamaian melalui film.

Festival film Internasional Madani kali ini dibuka secara resmi oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan. Juga dimeriahkan oleh penampilan puisi monolog berjudul “Pertanyaan Malaikat” dari Inayah Wahid, serta penampilan dari Marsha Chikita Fawzi yang membawakan lagu “Belukar dunia.”

Acara dilanjutkan dengan pemutaran film dari Mesir berjudul Yomeddine (يوم الدين) karya Abu Bakr Shawky. Karyanya terpilih menjadi nominasi utama Palme d’Or kompetisi Cannes Film Festival 2018 dan memenangi Francoise Calais Prize.

Festival Film Internasional Madani diselenggarakan selama seminggu, terhitung sejak Senin, 21 Oktober 2019 hingga Senin, 27 Oktober 2019.  Ini merupakan kali kedua festival film madani diselenggarakan. Festival pertama diselenggarakan pada Oktober 2018 dan menghadirkan Aida Begic, sutradara kelahiran Bosnia yang turut berkontribusi dalam sinema Eropa.

Tahun ini, Madani Film Festival mendatangkan Akram Shibly, film maker asal Amerika Serikat yang telah berkecimpung di dunia perfilman sejak usia 17 tahun. Akram Shibly selalu bergulat dengan ketegangan kultural latar budayanya sebagai seorang keturunan Syria dengan kenyataan hidup di Amerika yang sangat beragam. Akram tidak hanya menampilkan suara generasi muda muslim Syria, tetapi juga suara generasi muda Amerika.

Festival Film Internasional Madani kali ini mengangkat tema “Reconcile.” Kata ini berasal dari gabungan dua kata Latin “re” yang berarti “kembali” dan “conciliare” yang berarti “menyatukan.” Dalam bahasa Arab, kata yang dekat dengan “reconcile” adalah “ishlah.” Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata ini sering dipadankan dengan kata “perdamaian” atau “penyatuan kembali.”

Adapun program-program Madani yang disajikan pada tahun ini, diantaranya Layar Nusa, a Tribute to BJ Habibie, East Cinema, Madani Short: Rekonsiliasai Singkat, Mahakarya, Stories from Tunisia, Madani Family, dan forum-forum diskusi, public lecture dan juga peluncuran buku Mencari Film Madani: Sinema dan Dunia Islam oleh Ekky Imanjaya.

Adapun film-film yang diputar dalam Festival Film Madani kali ini yaitu Yomeddine (2018), Waiting at the Door (2015), In Their Footsteps (2018), From a Distances (2019), What We Left Unfinished (2019), He Named Me Malala (2015), Venice of The East (2017), Mary Mother (2016), Reporter Suspended (2019), Papua Calling (2012), Arrival (2018). Beauty and the Dogs (2017), Le Challat de Tunis (2013), The Tower/Wardi (2018), Uang Panai (2016), Kantata Takwa (2008), Pomegrate is the Fruit of Paradise (2015), Rong (2018), Oleh-oleh (2017), Kilau Kerikil (2018), Langit Budak Biru (2016), Born in the USA: Muslim Americans (2003), Jack (2018), Bilal, A New Breed of Hero (2015), Para Perintis Kemerdekaan (1977), Kaddish For A Friend (2012), Rudy Habibie (2016), Habibie Ainun (2012) dan 3 Faces (2018).