Festival Duta Santri 2021: Dari Ulumul Qur’an sampai Literasi Digital, 70 Peserta Terpilih Dibekali Berbagai Wawasan

Festival Duta Santri 2021: Dari Ulumul Qur’an sampai Literasi Digital, 70 Peserta Terpilih Dibekali Berbagai Wawasan

Festival Duta Santri 2021: Dari Ulumul Qur’an sampai Literasi Digital, 70 Peserta Terpilih Dibekali Berbagai Wawasan

Peringatan Hari Santri Nasional semakin dekat. Festival perayaannya pun semakin meriah. Salah satunya adalah pemilihan Duta Santri Nasional 2021.

Acara yang digagas oleh PW Fatayat NU DIY ini ternyata sempat kebanjiran peminat. Terdapat sedikitnya 1379 santri yang mendaftar, 129 dinyatakan lolos berkas administrasi sesuai minat klaster masing-masing peserta, dan, terbaru, 70 peserta Duta Santri Nasional 2021 berhasil lolos ke tahap Bootcamp. 70 peserta terpilih itu telah melalui seleksi wawancara yang ketat.

Untuk diketahui, kegiatan Bootcamp ini dilaksanakan secara daring dengan pemateri yang ahli di bidangnya masing-masing. Adapun materi Bootcamp yang berlangsung pada hari Kamis (30/09/2021) hingga hari Sabtu (2/10/2021) ini adalah Public Speaking, Personal Branding, Relasi Gender dalam Islam, Ulumul Qur’an & Hadits, Entrepreneurship Mindset, Socio-preneurship, Inovasi Teknologi, Literasi Digital, dan masih banyak lagi. Harapannya adalah segenap materi tersebut bisa menjadi bekal wawasan bagi Duta Santri Nasional 2021.

Ketua PW Fatayat NU DIY, Khotimatul Husna, memberikan keterangan bahwa di era serba cepat seperti hari ini para santri harus tampil sebagai role model.

“Alasannya karena santri memiliki peran besar sejak pra kemerdekaan, merebut kemerdekaan, dan setelah kemerdekaan berkontribusi dalam memajukan peradaban bangsa. Itu pertama. Kedua, santri adalah calon pemimpin masa depan yang harus selalu menjadi garda depan dan teladan dalam membangun bangsa dan negara. Dan yang ketiga, santri memiliki modalitas spiritual tinggi yg akan mendukung kemampuan keilmuan dalam menggerakkan masyarakat menuju kemaslahatan,” jelas Khotim.

Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa Bootcamp ini merupakan sarana untuk peningkatan kapasitas Duta Santri, sehingga diharapkan menjadi bekal awal untuk melakukan perubahan di masyarakat.

“Gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk menggali pengetahuan dan pengalaman. Kesempatan ini tidak datang setiap saat, keberuntungan ini diniatkan untuk menjadi pribadi yang bernanfaat,” imbuhnya.

Materi Social Impact, umpamanya, disampaikan oleh Kak Henny, Project Associate Platform Usaha Sosial (PLUS). Di sini, para peserta diberikan pemahaman tentang bagaimana menjadi manusia yang berdampak dan bermanfaat, mengapa masing masing harus ikut membantu dan mengambil peran, meskipun berangkat dari lingkup terkecil. Intinya, kita tidak perlu takut untuk memulai sesuatu, karena hal besar datang dari hal-hal kecil yang dilakukan secara konsisten.

Selanjutnya, materi Enterpreneurship Mindset, disampaikan oleh Ulun Nuha, seorang Enterpreneur sekaligus pengurus RMI PBNU. Menurutnya, seorang entrepreneur adalah orang dengan anti-kemapanan. Orang harus punya kegelisahan, harus selalu lapar, dan harus selalu merasa bodoh.

“Seorang entrepreneur, dengan demikian, adalah seseorang dengan kemampuan pengelolaan sumber daya yang cakap. Ditambah, semua orang pada dasarnya memiliki kesempatan yang sama, namun tidak semua bisa memanfaatkan kesempatan secara optimal. Seorang entrepreneur selalu mampu melihat tantangan dan masalah menjadi peluang dan kesempatan. Dan, empat hal yang harus dimiliki seorang entrepreneur yakni: knowledge, attitude, skill, dan habit,” terangnya.

Dr. Nur Rofiah, selaku pemateri kelas keadilan gender dalam Islam, memaparkan bahwa semua kehidupan sosial diatur oleh nilai tertentu, alais tidak ada nilai yang benar-benar netral.

“Selalu ada relasi sistem kekuasan yang melekat dalam konstruksi sosial masyarakat.  Sistem kekuasaan tersebut ada yang berdasarkan ajaran Islam ada yang tidak,” tutur dia.

Menurut penulis buku Nalar Kritis Muslimah ini, manusia tidak saja diciptakan sebagai makhluk jasmani, tapi juga makhluk ruhani yang membutuhkan kasih sayang, dihormati, dan dihargai. Status melekat yang dibawa manusia sejak lahir yaitu sebagai hamba Allah. Konsekuensinya adalah tidak boleh menghamba selain kepada Allah; menghamba popularitas, maupun menghamba kepada harta dan tahta. Tidak boleh juga saling memperhamba satu sama lain.

Misi khalifatul Ardl, lanjutnya, adalah untuk mewujudkan kemaslahatan yang seluas-luasnya di manapun dan kapanpun semampu kita. Sebagi individu, misi kita tidak hanya menjadi sholih atau sholihah, tapi juga muslih dan muslihah (pelopor kemaslahatan), baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Aktif melakukan kebaikan kepada individu yang lain. Keluarga maslahah adalah yang seluruh anggotanya kerjasama meneguhkan komitmen tauhid, dan membuktikannya dengan cara mewujudkan kemaslahatan baik keluarga sendiri maupun keluarga yang lain.

Maka, Islam rahmatan Lil Alamin adalah Islam yang mempunyai komitmen untuk mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya. Menjadi manusia berarti tidak hanya menjadi manusia secara fisik, tapi juga secara intelektual dan spiritual.

“Kemampuan intelektual akan membuat manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemampuan spiritual berdampak pada nurani yang mampu mewujudkan kemaslahatan. Sehingga makna hadis Khoirunnas Anfauhum Linnas adalah manusia yang mampu dan mau mendayagunakan akal budinya untuk mewujudkan kemaslahatan yang seluas-luasnya untuk diri sendiri dan orang lain, dan Manusia yang mau dan mampu untuk mewujudkan versi terbaik dari dirinya sendiri. Aku manfaat, maka aku ada,” tegas Nur Rofiah.

Selamat kepada peserta yang lolos, selamat belajar dan menimba ilmu dari pakar pakar yang tentunya sangat kompeten dengan materi materi yang super keren. Bagi yang belum lolos, tetap semangat dan jangan berhenti belajar, karena kesempatan akan datang saat kita tidak berhenti belajar.

Bravo Sobat Santri!!!