Fenomena Konten Bagi-bagi Duit dan Larangan Rasulullah SAW untuk Meminta-minta

Fenomena Konten Bagi-bagi Duit dan Larangan Rasulullah SAW untuk Meminta-minta

Rasul mengajarkan kita untuk tidak menjadi orang yang mudah meminta-minta

Fenomena Konten Bagi-bagi Duit dan Larangan Rasulullah SAW untuk Meminta-minta

Suatu hari Rasulullah SAW didatangi beberapa orang untuk berbaiat. Salah satu pesan penting yang disampaikan Rasul kepada orang-orang yang datang kepadanya untuk berbaiat adalah untuk tidak mudah meminta-minta kepada manusia.

على أن تعبدوا الله ولا تشركوا به شيئًا، والصّلوات الخمس، وتطيعوا – وأَسَرَّ كلمةً خفية –ولا تسألوا النّاس شيئًا

“Wajib bagi kalian untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya, melakukan shalat lima waktu, dan taatlah, (lalu mengucapkan kalimat dengan lirih), dan jangan meminta-minta kepada manusia.” (H.R Muslim)

Dalam Sahih Muslim, hadis ini memang dimasukkan dalam bab Baiat, namun dalam kitab hadis yang lain, hadis ini dimasukkan dalam bab larangan meminta-minta (karāhiyatul mus’alah).

Di tengah konten bagi-bagi duit yang dilakukan oleh para influencer dan artis, maka perlu untuk kembali membaca hadis-hadis terkait larangan meminta-minta ini. Pasalnya, dengan banyaknya konten bagi-bagi duit, baik give away, ikoy-ikoyandan lain sebagainya, kita dengan tanpa sadar menormalkan orang yang meminta-minta. Bahkan ditemukan banyak orang yang berpura-pura menjadi miskin untuk meyakinkan orang (influencer atau artis) agar mau memberinya sesuatu.

Dalam kasus seperti ini, Rasul malah melarang. Bagi Rasul, bersedekah atau memberi sesuatu bukan kepada orang yang mengharapkannya tetapi kepada orang yang layak menerimanya.

Umar bin Khattab pernah diberikan sesuatu oleh Nabi Muhammad SAW. Namun Umar menolaknya. Ia meminta agar barang yang diberikan kepadanya dialihkan kepada orang lain. Rasul malah menolak saran Umar dan tetap memberikan benda itu kepadanya. Saat terjadi penolakan itu lah Rasul SAW bersabda:

خُذْهُ يا عُمَرُ، فَإمّا إنْ تَتَمَوَّلَهُ، وإمّا أنْ تَصَدَّقَ بِهِ، وما آتاكَ اللَّهُ مِن هَذا المالِ وأنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ، ولا سائِلٍ فَخُذْهُ، وما لا فَلا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ

“Terimalah wahai Umar, entah nanti kamu gunakan untuk dirimu sendiri atau kamu sedekahkan. Setiap harta yang Allah berikan kepadamu lalu kamu tidak memintanya, maka terimalah. Namun jika sebaliknya, maka jangan ikuti nafsumu.”

Dalam kisah lain yang diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri disebutkan bahwa ada seseorang yang datang kepada Nabi lalu meminta sesuatu, setelah diberi, ia meminta lagi, begitu seterusnya sampai Rasul tidak memiliki apapun lagi untuk diberikan. Namun ia masih meminta lagi. Setelah itu, Rasul pun bersabda:

مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ الله، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ الله، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ الله، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

“Saat aku masih memiliki sesuatu yang baik, aku tidak akan menyimpannya darimu. Setiap orang yang bisa menahan dan menjaga dirinya dari meminta-minta, maka Allah akan menjaganya. Setiap orang yang meminta kecukupan kepada Allah, maka akan diberikan kecukupan. Setiap orang yang meminta kesabaran kepada Allah, maka ِAllah akan memberinya kesabaran. Tidak ada pemberian yang lebih baik dan lebih besar dari pada kesabaran.”

Imam al-Qurthubi memaknai hadis di atas sebagai larangan Rasul untuk meminta-minta. Sehingga saat orang mengalami kesusahan, dianjurkan untuk bersabar. Dengan kesabaran tersebut, ia akan dijauhkan dari perilaku meminta-minta dan diberi rizki.

Islam memang sangat menganjurkan untuk bersedekah dan mencela orang yang meminta-minta. Dalam sebuah hadis riwayat al-Bukhari disebutkan:

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَة

Tangan di atas lebih baik dari pada tangan yang di bawah. Yang dimaksud dengan tangan di atas adalah orang yang memberi, sedangkan tangan di bawah adalah orang yang meminta.”

Walaupun demikian, memberi atau bersedekah dianjurkan secara rahasia. Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan:

عَنْ أبِي هُرَيْرَةَ –  عَنِ النَّبِيِّ – ﷺ – قالَ: «سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إلّا ظِلُّهُ ……«ورَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأخْفاها حَتّى لا تَعْلَمَ شِمالُهُ ما تُنْفِقُ يَمِينُهُ»

“Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: Ada tujuh golongan yang akan menerima naungan Allah SWT di hari tanpa naungan. (salah satunya) Seseorang yang bersedekah dan merahasiakannya, ibarat ia bersedekah dengan tangan kanannya tanpa diketahui tangan kirinya.”

Merahasiakan pemberian dapat mencegah orang berperilaku sombong. Selain itu juga dapat mencegah orang meminta-minta kepadanya, atau mengharap diberi sesuatu olehnya. Namun sebaliknya, menampilkan sedekah kadang juga bisa menimbulkan efek positif jika dimaknai sebagai syiar, bukan untuk keren-kerenan.

Di masa sulit seperti saat ini, bersedekah dan memberi sesuatu kepada orang yang membutuhkan adalah perbuatan mulia, namun jangan sampai niat yang mulia ini malah mengajarkan kepada orang lain untuk menjadi orang yang hobi meminta-minta.