Felix Siauw, Peristiwa Anjing Masuk Masjid dan Jualan Khilafah

Felix Siauw, Peristiwa Anjing Masuk Masjid dan Jualan Khilafah

Felix Siauw ikut komentar atas peristiwa anjing masuk masjid dan tanggapan warganet. Namun komentarnya memiliki maksud terselubung.

Felix Siauw, Peristiwa Anjing Masuk Masjid dan Jualan Khilafah

Video viral tentang seorang ibu yang memasuki masjid dengan marah-marah memang cukup menggemparkan dunia maya. Selain marah-marah, dalam video tersebut terlihat bahwa ibu paruh baya itu memasuki masjid tanpa melepas alas kaki sekaligus membawa anjing peliharaannya. Mungkin faktor inilah yang menyebabkan sebagian kalangan geram atas kejadian ini.

Apapun alasannya, jelas kita semua menyayangkan atas kejadian yang viral tersebut. Aksi yang dilakukan oleh ibu yang belakangan diketahui beragama Katolik dan diketahui memiliki gangguan mental itu dapat memicu ketegangan dari berbagai pihak. Khususnya umat Islam, selaku pihak yang terkait atas kejadian ini.

Yang menarik dari beredarnya video viral tersebut adalah munculnya berbagai macam respon/komentar yang berbedar di media sosial. Termasuk respon dari Felix Siauw.

Respon tersebut ia tuangkan pada salah satu video dalam channel youtubenya “Felix Siauw”. Video yang berdurasi sekitar 8 menit tersebut berisikan beberapa hal. Secara sederhana, Felix Siauw memberikan tanggapan terkait video viral tersebut. Termasuk ragam komentar dari para netizen yang beredar. Ia memberikan highlight terhadap komentar netizen yang menyamakan kasus ini dengan kasus di zamannya Nabi.

Kasus tersebut bercerita tentang seorang Badui yang datang ke masjid kemudian mengencingi masjid. Kemudian para sahabat yang ingin menghardik, menghukum, dan mencaci-maki orang itu dihalangi oleh Rasulullah. Lalu, Nabi menasihati orang tersebut dan memerintahkan sahabat untuk mengguyur air kencingnya.

Felix mengatakan bahwa situasi yang terjadi saat ini tidak benar-benar sama dengan masa itu. Ia berdalih bahwa orang Badui yang mengencingi masjid tersebut murni dilandasi karena ketidaktahuannya tentang Islam. Maka, ketidaktahuan ini menjadi alasan yang kuat bagi Rasul untuk tidak menghukumnya.

Sampai sini, apa yang disampaikan oleh Felix memang sekilas tidak ada masalah (walaupun sebenarnya jika ditelisik secara dalam masih banyak rancaunya dan hanya menang retorika). Tetapi, pembahasan yang diungkapkan setelahnya secara tersirat terdapat sentilan-sentilan suara lama yang muncul kembali. Suara lama tersebut adalah ideologi khilafah yang dimunculkan secara halus.

Suara lama ini mulai ia munculkan ketika membahas tentang video viral di atas yang dikaitkan dengan sikap-sikap sejenisnya yang akhirnya bermuara kepada rasa “ketidakadilan”. Ia memberikan contoh seperti, meremehkan ajaran Islam, toleransi yang berlebihan, dakwah yang dianggap mengganggu ketertiban, ide-ide Islam  yang dianggap makar, dan lain sebagainya. Menurutnya, sikap-sikap tersebut jika dibiarkan terus-menerus akan mengusik rasa keadilan.

Ideologi khilafah sangat jelas muncul pada saat Felix memberikan shock argumentation.  Yaitu apa saja yang ada di masa Rasul dapat kita terapkan kembali di masa sekarang. Seperti, kepemimpinan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Ia berusaha untuk membenturkan argumentasi tentang kepemimpinan Khilafah yang berdasarkan hadis nabi dengan argumentasi orang-orang yang “sok bijak” yang menganalogikan kejadian viral tersebut yang harus disikapi seperti zaman nabi berdasarkan kasus di atas.

Lalu, ia juga memberikan shock question dengan mengatakan, “Kenapa anda mengambil sebagian perilaku Nabi SAW tapi tidak mengambil perilaku Nabi secara keseluruhan?” Yaitu ketika Nabi mengurus politik, ekonomi, dan keluarga, serta pandangan-pandangan tentang hukum yang beliau terapkan di Madinah.

Sebenarnya, suara lama tersebut adalah barang usang yang selalu didengungkan di tengah-tengah masyarakat. Felix terkenal dengan karya-karyanya yang mampu mempengaruhi para generasi milenial Muslim Indonesia.

Kemampuannya dalam mengemas pesan-pesan ideologis dari tahriri ia hadirkan dalam ambivalensi, inkonsistensi, dan paradoks melalui novel, komik, dan motivasi. Dua bukunya yang terkenal dengan judul Beyond the Inspiration dan Muhammad Al-Fatih 1453 mampu menyihir kalangan milenial. (Kailani, 2015:145)

Buku Beyond the Inspiration berisikan tentang wacana kebangkitan Islam melalui bahasa pengembangan diri (self-help, personal development). Hal yang ditekankan dalam buku ini adalah pentingnya menerapkan hukum Allah di dalam sistem politik dan pemerintahan.

Sedangkan buku Muhammad Al-Fatih 1453 ingin mengajak anak muda untuk meneladani warisan Al-Fatih yang saleh, memiliki komitmen tinggi, penuh impian, dan berpengetahuan luas. Warisan Al-Fatih diharapkan menjadi tipe ideal anak muda Muslim masa kini.

Selain itu, ia juga memunculkan literatur-literatur yang menyoroti ihwal “kepanikan moral” di kalangan muda Muslim. Siapa yang tidak familiar dengan buku Yuk Berhijab dan Udah Putusin Aja!. Buku ini sangat populer di kalangan muda Muslim. Pengaruh dari buku ini sangat terlihat jelas sehingga memunculkan fenomena milenial yang disebut dengan “Hijrah”.

Rasanya terdapat sebuah relasi yang cukup konsisten antara karya-karya yang telah ditelurkan oleh Felix Siauw dengan tanggapan yang ia sampaikan dalam channel youtubenya. Maka dari itu, tidak berlebihan jika saya mengatakan komentar Felix atas video yang sedang viral tersebut ibarat suara lama yang muncul kembali, ide khilafah yang “dijual” kembali.

Wallahu a’lam.