Ulil Amri. Kalimat ini mengingatkan kita pada presiden Soekarno yang pernah dijuluki waliy al-amri dharûri bi al-syaukah, pemegang pemerintahan dalam keadaan darurat dengan kekuasaan penuh. Istilah waliy al-amri kini kurang populer. Para agamawan dan kiai lebih sering menggunakan istilah “ulil amri”, untuk menyebut pemerintah. Asal katanya, [u] [l] [w] artinya yang mempunyai atau pemilik, dan [a] [m] [r] artinya kekuasaan atau otoritas. Jika digabung, berarti yang mempunyai kekuasaan, dalam hal ini adalah pemerintah. “…taatlah kalian semua kepada Allah, Rasul, dan ulil amri…,” ayat 59 surat al-Nisa’.
Jadi, dalam Islam, hukum taat kepada ulil amri itu wajib, selagi tidak menyeru kekufuran dan kezaliman. Selain bermakna kekuasaan, kata [a] [m] [r] disebut lebih dari seratus kali dalam al-Quran dengan pemaknaan yang beragam, antara lain: urusan, keputusan, kepastian, dan tugas atau misi.
Ulil Albab. Artinya yang mempunyai pengertian. Albab adalah bentuk jamak dari kata [l] [b] [b] artinya akal, kadang juga diartikan hati. Berarti, ulil albab yaitu orang yang mempunyai akal berlapis-lapis. Kamus bahasa Arab mengartikannya cerdik dan pandai. Istilah ini sering dijadikan citra diri seorang manusia ideal. Sebab, istilah ini lebih dari lima belas kali digunakan Allah untuk menyapa hamba-hambanya agar tidak hanya melihat peristiwa, tapi dengan analisa mendalam. Misal, …wa ttaqûni yâ uli al-albâb, (bertaqwalah kepadaku hai ulil albab) …la âyât liuli al-albab (merupakan tanda-tanda bagi ulil albab).
Istilah ini mempunyai arti beragam yang menunjukkan keluasan maknanya: orang yang mempunyai pemikiran mendalam, perasaan yang peka, wawasan yang luas, pengertian yang akurat, kebijakan yang mendekari kebenaran. Ulul albab, di Indonesia, sering juga diartikan sederhana, cendekiawan.
Ulil Abshar. Berasal dari kata [b] [sh] [r] artinya melihat, sedang abshâr artinya penglihatan. Ulil abshar berarti orang-orang yang memliki penglihatan. Ada juga yang mengartikan “mata hati”: …la`ibrah liuli al-abshar, menjadi pelajaran bagi mereka yang mempunyai mata hati (al-Nur: 54). Maksudnya? Bagi kebanyakan orang, fakta yang dapat diindra itu tidak berbicara apa-apa. Namun, bagi ulil abshar, suatu peristiwa itu selalu memberikan pelajaran. Jadi, tidak semua orang yang mempunyai mata itu mempunyai “mata hati”.
Orang yang waspada dan mampu mengambil hikmah dari kejadian itulah yang dinamakan ulil abshar. Istilah ini, secara pemaknaan, tidak jauh berbeda dengan ulil albab. Hanya saja, cakupan artinya tak seluas dan sedalam ulil albab. Ulil abshar hanya tertulis tiga kali dalam al-Quran, tak sesering ulil albab. [AUM/ENSIKLOPEDI ALQUR`AN]