Hati menjadi kunci akan baik buruknya amal manusia, maka dari itu kita harus berhati-hati dalam beramal. Apakah beramal dengan niat ria agar mendapat pujian orang lain, agar disebut alim di mata manusia? Janganlah sampai hal-hal tersebut terjadi pada diri kita.
Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging. Apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk. Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah kalbu, yaitu hati.” (HR. Bukhori).
“Jagalah hati,” begitu kata AA Gym. Menjaga hati sangatlah penting, ketika hati ini marah maka kita sedang memancarkan energi marah kepada alam semesta, maka acapkali kita lihat orang-orang yang berada di sekitar kita jengkel melihat kita karena kondisi hati yang sedang marah. Ketika hati kita sedang bergembira, secara reflek orang di sekitar kita pun ikut merasakan kebahagian. Jadi, jagalah hati jangan sampai rusak.
Ada banyak cara-cara agar hati tidak rusak dan tetap terjaga. Dalam kitab Nashaihul ‘Ibad karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa Hasan Al-Bashri pernah berkata, Rusaknya hati itu disebabkan oleh enam hal:
Pertama, sengaja berbuat dosa dengan harapan kelak tobatnya diterima. Berapa banyak orang-orang dengan senang hati melakukan dosa, karena sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Kalau tidak bermaksiat tidak nikmat, begitu toreh orang-orang yang bermaksiat. Bagi yang senang bermaksiat Allah akan datangkan azab yang dahsyat.
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-Anam: 44)
Kedua, mempunyai ilmu, tapi tidak mengamalkannya. Dari Usamah bin Dzaid dikisahkan ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan ke dalam neraka. Apa yang ia perbuat sampai dilemparkan ke dalam neraka? Karena ia dulunya memerintahkan orang untuk untuk berbuat kebaikan sedangkan dirinya sendiri tidak mengamalkannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga, beramal tapi tidak ikhlas. Hal ini tidaklah baik, karena dalam beramal penting sekali untuk iklas dalam beramal. Amal tidak ikhlas tiada gunanya.
Keempat, memakan rezeki dari Allah SWT, tapi tidak bersyukur. Rezeki yang Allah SWT berikan sudah seharusnya untuk disyukuri, ketahuilah orang yang bersyukur ialah orang yang paling bahagia dalam hidup ini. Allah akan menambahkan nikmat bagi mereka yang bersyukur, sebaliknya Allah akan melaknat orang-orang yang kufur nikmat.
Kelima, tidak ridha dengan pemberian Allah SWT. Menerima pemberian Allah SWT dengan sebenar-benar menerima menjadi perbuatan yang terpuji, sebaliknya hanya akan mendatangkan murka Allah.
Keenam, menguburkan jenazah, tapi tidak mengambil pelajaran darinya. Ambillah hikmah dari setiap kejadian, begitu juga ketika kita menguburkan jenazah. Hal ini menyadarkan kita akan hidup dan mati adalah milik Allah SWT.
Semoga hati kita selalu terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Amiin…