Enam Makna Doa dalam Al-Qur’an

Enam Makna Doa dalam Al-Qur’an

Enam Makna Doa dalam Al-Qur’an

Hiruk pikuk kehidupan manusia seringkali membuat penat. Tidak hanya kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani pun harus dipenuhi. Kedua kebutuhan tersebut mesti diberi asupan yang seimbang namun berbeda. Di antara salah satu asupan rohani manusia adalah dengan memohon kepada Tuhannya serta mengingat segala keterbatasan diri yang secara sederhana disebut dengan berdoa.

Kata doa secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua akar kata. Pertama berasal dari da’a-yad’u-da’watan berarti menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu. Kedua, berasal dari da’a-yad’u-du’aan/da’wa berarti memanggil, mendoa dan memohon.

Doa secara istilah dalam pandangan al-Qadhi Iyadh adalah ibadah yang hakiki karena menunjukkan kepasrahan diri kepada Allah swt dan berpaling dari selain-Nya. Sedangkan dalam pandangan Quraish Shihab, doa adalah permintaan yang ditujukan kepada setiap orang yang mempunyai kedudukan dan kemampuan tinggi yang melebihi kedudukan dan kemampuannya.

Secara keseluruhan, kata doa dalam Al-Qur’an beserta derivasinya terulang sebanyak 213 kali dalam 55 surat. Hal tersebut menandakan bahwa kata doa merupakan kata yang populer dan sering digunakan dalam kehidupan bermasyarakat oleh bangsa Arab. Di dalam Al-Qur’an, paling tidak ada 6 makna doa yang berbeda, yaitu :

Pertama, Doa bermakna Ibadah. Ketika seseorang berdoa maka ia telah mengakui kehambaan dirinya di hadapan Tuhannya. Sebagaimana firman-Nya :

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ عِبَادٌ أَمْثَالُكُمْ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُوا لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (١٩٤)

Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (Q.S Al-A’raf [7]: 194).

Ibnu Manzur sebagaimana dikutip oleh Baiquni berpandangan bahwa doa pada ayat tersebut adalah ibadah. Allah menentang orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah, karena berhala-berhala yang mereka sembah tidak dapat memberi manfaat apapun dan tidak mampu memperkenankan permintaan siapapun.

Kedua, Doa bermakna Seruan. Ketika seseorang berdoa maka ia telah menyeru Tuhannya untuk menyukseskan hajat yang dimilikinya. Sebagaimana firman-Nya:

وَإِنْ تَدْعُوهُمْ إِلَى الْهُدَى لا يَتَّبِعُوكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ أَدَعَوْتُمُوهُمْ أَمْ أَنْتُمْ صَامِتُونَ (١٩٣)

“Dan jika kamu (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala) untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka ataupun kamu herdiam diri.” (Q.S Al-A’raf [7]: 193).

Thahir Ibnu Asyur berpandangan bahwa doa pada ayat tersebut adalah seruan yang ditujukan kepada kaum muslimin, seandainya kaum muslimin mengajak para penyembah berhala itu menuju jalan Allah dan beriman serta beramal saleh, ia yakin bahwa sebagian penyembah berhala itu enggan mengikuti seruan kaum muslim, terlepas dari mengajak ataupun tidak mengajaknya.

Ketiga, Doa bermakna Dakwah. Ketika seseorang berdoa maka ia telah mengajak kepada kebaikan yang dituju dalam doa. Sebagaimana firman-Nya:

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًا (٥) فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلا فِرَارًا (٦) وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا (٧) ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا (٨)

Nuh berkata: “Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan Sesungguhnya Setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian Sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan.” (Q.S Nuh [71]: 5-8)

Hamka berpandangan dalam Tafsir Al-Azhar bahwa doa pada ayat tersebut adalah dakwahnya Nabi Nuh As. Dakwah tersebut dilakukan pada waktu pagi, siang, malam dengan susah payah dan tidak sedikitpun merasa bosan mengajak kaumnya untuk kembali ke jalan yang benar. Walaupun respon kaumnnya sama sekali tidak mengenakkan. Bahkan mereka menutup telinga petanda enggan mendengarkan. Mereka juga menutup mata petanda tidak mau melihat. Akan tetapi dakwah yang dilakukan Nabi Nuh dilakukan dengan cara terang-terangan.

Keempat, Doa bermakna Istighasah (Minta Tolong). Ketika seseorang berdoa maka ia meminta pertolongan kepada yang dituju dalam berdoa. Sebagaimana firman-Nya:

وَقِيلَ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَرَأَوُا الْعَذَابَ لَوْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَهْتَدُونَ (٦٤)

“Dikatakan (kepada mereka) “Serulah olehmu sekutu-sekutu kamu”, lalu mereka menyerunya, Maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan (seruan) mereka, dan mereka melihat azab. (mereka ketika itu berkeinginan) kiranya mereka dahulu menerima petunjuk.” (Q.S Al-Qasas[28]: 64).

Ibnu Katsir berpandangan dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim bahwa doa pada ayat tersebut adalah seruan untuk meminta pertolongan. Dalam artian agar sekutu-sekutu tersebut dapat menyelesaikan urusan yang dihadapi, layaknya mereka berharap di kehidupan dunia lalu mereka menyerunya. Namun, mereka enggan memperkenankan seruan dalam hal petunjuk. Baru setelah mereka melihat azab neraka dengan mata kepala sendiri, lalu mereka berteriak dan berseru meminta pertolongan. Andaikata mereka termasuk orang-orang yang menerima petunjuk dikehidupan dunia pastilah seruan pertolongan mereka akan diperkenankan.

Kelima, Doa bermakna Nida (Panggilan). Ketika seseorang berdoa maka ia memanggil yang dituju dalam berdoa. Kebanyakan orang yang berdoa memakai adatun-nida (kata panggilan) seperti Allahumma (ya Allah), Ya Allah (wahai Allah), Ya Rabbi (wahai Tuhanku) dan lain sebagainya. Sebagaimana firman-Nya:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ (٢٥)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).” (Q.S Ar-Rum[30]: 25).

Al-Qurtubi berpandangan dalam tafsir Al-Qurtubi, bahwa doa pada ayat tersebut adalah panggilan. Dalam artian panggilan Tuhan membangkitkan manusia dari kubur. Layaknya seorang atasan memanggil atau bawahannya, maka seketika itu juga bawahan harus menjawab panggilannya. Sebagaimana syair “Aku panggil Nama Kulaib maka seakan-akan aku memanggil sebuah batu yang sedang jatuh atau lebih cepat lagi”.

Keenam, Doa bermakna Permohonan.
Ketika seseorang yang berdoa maka ia memohon kepada dituju dalam berdoa untuk mengabulkan permohonannya. Sebagaimana firman-Nya:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (٦٠)

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”. (Q.S Al-Mu’min[40]: 60).

Ibnu Katsir berpandangan dalam tafsir al-Qur’an al-‘Adzim bahwa doa pada ayat tersebut adalah permohonan. Allah SWT menganjurkan pada para hamba-Nya untuk senantiasa berdoa kepada-Nya. Karena Allah swt menjamin bahwa doa para hamba-Nya akan dikabulkan. Sebagaimana dikatakan Sufyan al-Tsauri, “Wahai Dzat yang mencintai hamba yang banyak memohon kepada-Nya, wahai Dzat yang membenci hamba yang tidak mau memohon kepada-Nya, tidak ada satu pun yang demikian selain-Mu wahai Tuhanku”. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata “Rasulullah saw bersabda, “barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah SWT, maka Allah akan murka kepadanya”.

Setelah melihat beberapa istilah mengenai penggunaan makna doa dalam Al-Qur’an di atas, maka kiranya dapat dikatakan bahwa istilah doa dapat digunakan dalam berbagai macam pengertian. Sedangkan perihal penggunaannya, dapat disesuaikan dengan konteks yang ada. Sehingga dapat diketahui perbedaan antara maksud dan tujuan doa dipanjatkan. Dalam beberapa makna, doa dapat digunakan untuk: ibadah, seruan, dakwah, minta tolong, panggilan, permohonan.

Wallahu A’lam