Mendekati peringatan Maulid Nabi Saw yang biasanya dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal, beberapa macam kitab maulid tentu disenandungkan di sana.
Umumnya, kitab maulid adalah kitab yang menceritakan perjalanan hidup Rasulullah Saw dari lahir hingga wafatnya, bahkan terdapat sebagian cerita jauh hari sebelum masa kelahirannya, yaitu ketika beliau masih menjadi Nur Muhammad.
Bentuknya pun beragam, dari yang berbentuk narasi hingga bait-bait syair. Semuanya layak dinikmati dan dibaca. Di dalamnya, juga diceritakan beberapa hal terkait sifat-sifat beliau dan karakternya.
Sebenarnya banyak sekali kitab maulid yang telah dikarang oleh para ulama di seantero dunia, namun yang mashur hanya beberapa saja, khususnya di Nusantara. Kitab maulid yang sering digunakan di Indonesia tidaklah banyak, hanya sekitar enam. Berikut kitab-kitab Maulid yang sering digunakan beserta profil penulisnya:
1. Maulid Barjanzi
Kitab ini merupakan kitab yang paling tenar di Indonesia. Mayoritas orang Indonesia menggunakan kitab ini dalam pembacaan maulid. Pengarangnya adalah Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji. Maulid Barjanzi sendiri memiliki nama asli ‘Iqd Al-Jauhar Fi Mawlid An-Nabiy Al-Azhar.
Syaikh Al-Barjanzi yang berasal dari Barjanza, sebuah nama kota di Kurdistan sempat memimpin pemberontakan bangsa Kurdi terhadap kolonial Inggris, dan saat itulah karangannya populer karena dibacakan pada saat perang, sebagaimana Sholahuddin Al-Ayyubi yang membangkitkan semangat tentara Islam ketika perang salib, dengan menyenandungkan maulid nabi.
Maulid Barzanji ini pun telah disyarahi (diberi penjelasan) oleh beberapa ulama, di antaranya: Madarijus Shu`ud ila Iktisa` al-Burud karya al-Allamah asy-Syaikh Nawawi al-Bantani, Maulidin Nabiyi‘ala nasijil Barzanji yang dikarang oleh Asy-Syaikh Abdul Hamid bin Syaikh Muhammad ‘Ali Kudus, kemudian al-Allaamah al-Faqih asy-Syaikh Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Ilyisy al-Azhari juga dengan kitabnya yang diberi judul Al-Qawl Al-Munji ala Mawlid al-Barzanji, ada lagi Al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Mawlidin Nabiyil Azhar yang dikarang oleh Sayyid Ja’far bin Sayyid Ismail bin Sayyid Zainal Abidin.
2. Maulid Syaroful Anam
Kitab maulid yang satu ini tidak kalah terkenalnya dengan Al-Barjanzi, namun pengarangnya belum dapat ditemukan kecuali kitab ini sering dinisbatkan pada pengarang maulid Ad-Dibai. Sebagaimana sering kita temukan dalam kitab maulid Ad-Dibai, setelahnya pasti dicantumkan juga maulid Ad-Dibai dan maulid Syaroful Anam. Intinya, kitab ini begitu mashur dan sering digunakan dalam pembacaan maulid di Nusantara.
3. Maulid Diba’
Sebagaimana yang telah disebutkan, kitab ini sering dicetak dan dibukukan bersamaan dengan dua kitab maulid di atas, Syaroful Anam dan Al-Barjanzi. Pengarangnya adalah Imam Wajihuddin Abdu Ar-Rahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Dibai (866H-944H), beliau berasal Zabid, salah satu kota di Yaman. Selain ulama yang produktif mengarang kitab, beliau juga dikenal sebagai ahli hadits, bahkan mencapai derajat Al-Hafiz, yaitu hafal 100.000 hadits dengan sanadnya.
4. Simthud Duror
Kitab ini dikarang oleh al-Imam al-Arifbillah al-Qutb al-Habib ‘Ali Bin Muhammad Bin Husein Al-Habsyi, beliau adalah kakek dari Habib Anis bin Alwi Al-Habsi Solo.
Beliau menulis kitab ini, dengan mendiktekannya kepada muridnya. Dimulai dari tanggal 26 Shafar 1327H hingga awal bulan Rabiul Awal di tahun yang sama. Bukankah hal ini sangat menakjubkan? Beliau dapat menyelesaikan kitabnya hanya dalam beberapa hari saja.
Hal tersebeut tidak lepas dari pertolongan Allah Swt dan derajat beliau di sisiNya. Sejak kecil, perangai dan budi pekertinya sangat terpuji, bahkan beliau sangat patuh terhadap ibunya.
Ketika sang ibu mengatakan bahwa ia tidak akan menganggap Ali kecil sebagai anaknya jika belum bertemu dengan Rasulullah Saw secara yaqdzoh (dalam keadaan sadar), awalnya beliau hanya dapat bertemu dengan Nabi dalam mimpi, namun karena kesungguhannya sekaligus rasa bakti kepada ibunya, beliau pun dapat bertemu dengan Rasulullah Saw.
5. Qasidah Burdah
Qasidah ini sangatlah terkenal di kalangan warga muslim Indonesia. Ia dikarang oleh Imam Al-Bushiri (610-695H) dan terdiri dari 160 bait syair.
Latar belakang pengkarangan kitab ini adalah rasa empati beliau terhadap kemerosotan ahlak manusia pada masa itu, yaitu pada masa dinasti Ayyubiah. Beliau mengajak manusia untuk mengikuti ahlak Rasulullah Saw dengan mengarang Qasidah ini.
6. Dhiyau Al-Lami’
Kitab maulid ini adalah kitab maulid terbaru di masa ini. Pengarangnya tak asing lagi, yaitu al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Syaikh Abubakar bin Salim, ulama besar dari Hadramaut, Yaman. Beliau juga hampir setiap tahun berkunjung ke Indonesia.
Istimewanya, beliau menyelesaikan kitab ini dalam sepertiga malam. Habib Umar bin Hafidh pada suatu malam memanggil seorang muridnya kemudian beliau memerintahkannya untuk membawa pulpen dan kertas, kemudian berkata: “Tulis”, beliau pun mengucapkan maulid Dhiya’ullami’ itu mulai sepertiga malam, dan telah selesai sebelum waktu subuh.
Itulah beberapa kitab yang popular di Indonesia. Mudah-mudahan kita dapat mengambil faedah dan manfaat dengan membacanya. Amiin.
Wallahu A’lam.