Enam Khalifah Pada Masa Kejayaan Islam

Enam Khalifah Pada Masa Kejayaan Islam

Di antara puluhan khalifah yang pernah memimpin, hanya beberapa orang saja yang berhasil membawa kejayaan, siapa saja mereka?

Enam Khalifah Pada Masa Kejayaan Islam

Terbunuhnya Ali di tangan Khawarij dan naiknya Mu’awiyah menjadi khalifah merupakan akhir era yang disebut Khulfaur Rasyidin dan menandai babak baru kepemimpinan kaum Muslim.

Masa pemerintahan Daulah Umayyah sendiri berlangsung selama 91 tahun (41-132 H/661-750 M), dan diperintah oleh empat belas khalifah. Seiring runtuhnya kendali Umayyah di seluruh dunia Islam, pada awal tahun 750 M dalam perang Zab di Mesopotamia tengah, kekuatan Abbasiyah berhasil memukul mundur penuh pasukan Umayyah. Sejak saat itu, tak ada lagi penghalang antara Abbasiyah dan Ibu kota Umayyah, Damaskus.

Di masa Dinasti Abbasiyah, tepatnya pada abad kesembilan sampai ketiga belas,  dunia Islam ditandai dengan era perkembangan ilmiah, religius, filsafat, dan kebudayaan dalam skala kedalaman yang tak tertandingi sejarah, baik sebelum maupun sesudah era tersebut.

Cendikiawan terkenal, Muslim dan non-Muslim, dari seluruh dunia berkumpul di Baghdad sebagai bagian proyek Al-Makmun, Baitul Hikmah. Para khalifah dinasti Abbasiyah sendiri tercatat dalam sejarah berjumlah 37 khalifah, bermula dari Abul Abbas Assafah (1320136 H/750-754 M) sampai pada Al-Mu’tashim (640-656 H-1243-1258 M).

Meski demikian, hanya beberapa khalifah saja yang mampu mencatatkan namanya sebagai tokoh yang berpengaruh besar dalam sejarah dan kebudayaan Islam. Tiga di antaranya adalah Al-Mansur, Harun Al-Rasyid, dan Al-Makmun.

Nama Al-Mansur dikenal tidak saja karena ekspansi wilayah, melainkan ia juga dikenal sebagai arsitek, pembangun dan pengembang Daulah. Di masa kepemimpinanya ia mulai dengan memulai pembangunan besar-besaran. Ia membangun kanal-kanal dan saluran irigasi sehingga Lembah Irak menjadi lahan pertanian dan perkebunan yang subur dan makmur.

Selain itu, proyek besar yang dikerjakan Al-Mansur adalah pembangunan kota Baghdad. Pembangunan kota tersebut memakan waktu kurang lebih empat tahun, yakni sejak tahun 144H/762 M sampai 148 H/166 M. Ia membangun istana di tengah-tengahnya dan masjid Agung di samping Istana. Konon dinding temboknya diperkuat dengan kira-kira sebanyak 160 menara.

Sama seperti Al-Mansur, nama Harun Al-Rasyid juga mempunyai reputasi serta  mengukir prestasi dan kontribusi bagi rakyat dan negaranya. Gerakan penerjemahan dari lietarur Persia, India, Yunani Klasik, dan Siryani, ke dalam bahasa Arab yang telah dimulai pada masa Al-Mansur, diteruskan oleh khalifah dengan mendirikan lembaga yang disebut Baitul Hikmah. Lembaga yang pada akhirnya nanti akan banyak melahirkan ilmuan besar seperti Al-Razi dan Al-Haitami.

Masa keemasan Islam terus berlanjut ketika Abdullah bin Harun Al-Rasyid atau yang lebih dikenal dengan Al-Makmun diangkat sebagai khalifah ketujuh Daulah Abbasiyah.

William L. Langer, sejarawan kelas dunia mengatakan bahwa masa pemerintahan Al-Makmun boleh jadi merupakan masa paling gemilang sepanjang serjarah khilafah. Kesenian dan sains dibantu pengembangannya dengan dana yang melimpah. Dua observatorium dibangun, satu di Damaskus, satu lagi dekat Baghdad. Baitul Hikmah dilengkapi dengan perpustakaan yang kaya koleksi buku-buku. Karya-karya sastra, ilmiah, dan filsafat diterjemahkan dari bahasa Yunani Siryani, Persia, dan Sanskerta.

Selain tiga nama khalifah tersebut, salah seorang Umayyah muda yang berhasil lolos ketika Dinasti Abbasiyah berhasil menggulingkan kekuasaannnya, Abdul Ar-Rahman berhasil membangun peradaban Islam di tanah Andalusi. Selalu selangkah di depan tentara Abbasiyah, Abdul Ar-Rahman berhasil meenginjakkan kakinya di Andalusia pada tahun 755 M.

Di sana ia menobatkan diri sebagai penguasa negara Umayyah, dengan Kordoba sebagai ibu kota, yang secara politis terpisah dari Abbasiyah di Baghdad. Emirat Umayyah berhasil didirikannya dan menjadi kawah percampuran budaya selama berabad-abad setelah kekuasaannya.

Muslim Arab, Berber, dan Hispatik bergabung menciptakan budaya Andalusia unik yang menyajikan latar belakang dan tradisi beragam di bawah bendera Islam. Bahkan, orang Kristen yang tinggal di Andausia mengadopsi budaya Islam dan mengembangkan bahasa, seni, dan adat Arab.

Puncak Daulah Umayyah di Spanyol sendiri terjadi selama masa pemerintahan Abdul Rahman III yang berkuasa dari 912  hingga 961 M, nama yang kiranya tidak bisa dikesampingkan begitu saja selain Al-Mansur, Al-Rasyid, dan Al-Makmun. Dalam hampir setengah abad kekuasaannya, ia menyatakan diri sebagai khalifah dunia Islam.

Konon Abdul Rahman III mencintai seni dan ilmu pengetahuan dalam kadar yang sama dengan Al-Makmun. Lebih dari 600 perpustakaan berada di ibu kota Kordoba dengan koleksi perpustakaan terbesarnya pada saat itu berisi lebih dari 400 ribu buku dalam berbagai bahasa.

Ada sangat banyak toko di kota, menghasilkan barang-barang yang berharga di seluruh Eropa. Kulit, sutra, kertas, wol, dan kristal, semuanya diproduksi di Kordoba dan diperdagangkan ke seluruh Eropa dan dunia Islam.

Konon, jika ingin menjadi terpelajar, seorang Eropa akan berpergian ke Andalusia. Bahkan, pemimpin Gereja Katolik abad ke sepuluh, Paus Sylvester II pun belajar di Andalusia semasa muda dan terpikat dengan prestasi ilmiah peradaban Islam.

Buku terjemahan karya-karya di perpustakan Kordoba dalam bahasa Latin, pada abad berikutnya, saat universtas pertama dibuka di Italia, Prancis, dan Inggris juga turut menghiasi perpustakan-perpustakaan mereka.

Sejarah perjalanan Islam sejak masa Nabi Saw. sampai pada detik ini telah banyak melahirkan khalifah. Mereka adalah tokoh-tokoh penting yang berperan dalam keberlangsungan terjaganya agama yang dibawa Muhammad Saw.

Selain nama-nama di atas, tercatat juga misalnya nama Mehmet II yang pada 29 Mei 1453 berhasil menaklukan kota legendaris Konstantinopel.

Wallahu A’lam.

 

Sumber:

Alkhateeb, Firas. 2014 Sejarah Islam Yang Hilang: Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim Pada Masa Lalu terj. Mursyid Wijanarko. Yogyakarta: Bentang.

Donner, Fred M. 2015 Muhammad Dan Umat Beriman: Asal-Usul Islam terj. Syafaatun Al-Mirzanah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ismail, Faisal. 2017 Sejarah Dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M).Yogyakarta: IRCiSoD.