Empat Nasihat Ali Kepada Umar bin Khatab Saat Menjadi Khalifah

Empat Nasihat Ali Kepada Umar bin Khatab Saat Menjadi Khalifah

Empat Nasihat Ali Kepada Umar bin Khatab Saat Menjadi Khalifah

’Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabat yang paling jenius. Semenjak masuk Islam di usia kanak-kanak, ia mulai dibesarkan oleh Nabi Muhammad Saw.. Dalam perjalanan dakwah rasulullah Saw selama 30 tahun, Ali bin Abi Thalib sering berada di samping beliau. Ali juga merupakan  salah satu intelektual terbesar di antara para sahabat Nabi dan dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan Islam.

Karena kejeniusannya, ’Ali juga dikenal sebagai seorang mujtahid dan pakar hukum pada zamannya. Ia mampu menyelesaikan hal-hal yang pelik dan yang paling sulit sekalipun. Bahkan ’Umar bin Khattab dan ummul mukminin Aisyah menyampaikan berbagai kesulitan yang mereka hadapi kepada beliau. Tidak salah jika nabi Muhammad Saw menyebut Ali sebagai kunci ilmu pengetahuan.

Tak jarang, Umar bin Khattab selalu meminta nasehat kepada beliau saat menjabat sebagai khalifah. Nasehatnya selalu mencerahkan. Dalam sebuh cerita yang diriwayatkan oleh Ibnu A’sakir dari Ibnu Abbas, suatu ketika Umar bin Khattab datang mengunjungi Ali bin Abi Thalib dengan tujuan meminta nasehat kepadanya.

“Wahai Abu Hasan, nasihatilah aku!” pinta Umar bin Khattab kepada Ali.

Ali bin Abi Thalib pun tidak terlalu lama berpikir untuk urusan menasehati. Beliau langsung mengeluarkan apa yang ada dalam isi kepalanya berupa nasihat yang begitu berharga untuk seorang pemimpin seperti Umar bin Khattab. Ada empat nasihat yang diberikan Ali kepada Umar.

Pertama, jangan engkau jadikan keyakinanmu sebagai  suatu hal yang meragukan. Karena jika keyakinanan dipenuhi dengan keraguan, maka di situlah jalan setan untuk merasuki manusia agar keluar dari keyakinannya.

Kedua, jangan engkau jadikan ilmu yang engkau dapatkan sebagai suatu hal membuatmu bodoh. Salah satu cara agar seseorang tidak bodoh dengan ilmunya adalah mengamalkannya. Karena semakin banyak seseorang mengamalkan ilmunya maka akan semakin banyak pula ilmu yang akan didapatkannya.

Ketiga, jangan engkau jadikan prasangkamu sebagai suatu kebenaran. Karena tidak ada kebenaran dalam prasangka. Prasangka yang dijadikan sebagai kebenaran justru akan mendatangkan dosa dan menimbulkan malapetaka.

Keempat, ketahuilah bahwa tidak ada yang engkau miliki di dunia ini kecuali apa yang telah engkau berikan, apa yang engkau bagikan, dan apa yang telah engkau pakai. Ketiga hal ini telah engkau lakukan. Engkau telah memberikan hartamu kepada yang membutuhkan, membagi hak-hak rakyatmu secara merata dan memakai apa yang ada dalam bingkai kesederhanaan.

“Wahai Abu Hasan, apa yang engkau katakan itu benar adanya,” tegas Umar.

Demikialah seharusnya sikap seorang pemimpin besikap kepada rakyatnya yang lebih dalam ilmunya. Sikap Umar bin Khattab yang tergambar dalam kisah di atas patut dijadikan sebagai contoh bagi seorang pemimpin jika ingin dicintai oleh rakyatnya.