Banyak quote ataupun meme yang bertebaran di sosmed mengkampanyekan betapa mudahnya pernikahan. Apalagi ditambah banyak influencer muda yang rajin pamer kemesraan pasca menikah dengan tagline #relationshipgoal #nikahmuda(h) dan lainnya.
Dari kampanye itu saya melihat jadi banyak orang yang berlomba-lomba dalam pernikahan. Padahal nikah itu bukan perlombaan siapa yang lebih cepat, tapi siapa lebih kuat. Bagaimana caranya bisa kuat? Ya dengan memilih pasangan yang tepat dan menjadi dua orang yang sama-sama kuat.
Beberapa influencer mempromosikan perjalanan pernikahan mereka yang ditempuh dengan waktu yang
bisa dibilang sangat singkat. Yah orang bilang memang jodoh itu jorok, ada yang kenal lama tapi tidak berjodoh, ada yang baru kenal tapi langsung cocok. Dalam hal jodoh itu dinamis saya setuju, setiap orang itu punya jalannya masing-masing. Dan lamanya waktu tidak bisa menjamin bisa berjodoh atau tidak.
Tapi cerita influencer yang kenal di sosmed baru beberapa hari bahkan hanya beberapa jam langsung memutuskan untuk menikah juga menurutku tidak perlu diagung-agungkan sebagai icon relationship goal. Ya mungkin mereka beruntung bisa mendapatkan jodoh yang tepat dalam waktu yang sangat singkat, tapi juga perlu kita ingat ada juga influencer yang memutuskan nikah muda lewat perkenalan singkat justru berakhir dengan perceraian.
Tidak sedikit orang mengalami kegagalan pernikahan karena kesalahan tidak mengenal pasangannya dengan mendalam sebelum menikah, dalam hal ini pihak perempuan yang banyak dirugikan. Bahkan contoh lebih ekstrimnya lagi seperti berita tentang perempuan Indonesia yang menikah dengan orang Pakistan yang dikenal lewat sosmed. Akhir cerita ternyata si suami menipunya dan membawa semua harta istrinya, sehingga istrinya sekarang terlantar di Pakistan. Tidak semua kisah cinta di sosial media seindah kisah Natta Reza dan Wardah.
Saya bukan orang yang menentang taaruf ataupun sangat mendukung pacaran. Setiap orangg punya cara masing-masing untuk menemukan jodohnya selama mengikuti norma yang ada. Yang saya tekankan di sini, bahwa dalam pernikah itu penting untuk pilih pasangan yang tepat. Tentunya yang sesuai anjuran, pertimbangan agama paling utama (tolok ukurnya akhlak). Kalau menurut saya setelah agama yang penting lainnya adalah nasab, sedangkan paras dan harta itu hanya perkara dunia yang bisa diusahakan.
Ya karena selain dapat pasangan yang baik (secara agama, emosional, mental, dan lain-lain), kita juga harus melihat latar belakang keluarga. Bukan harus anak bangsawan, pejabat atau lainnya. Melainkan bisa dipastikan pasangan kita berasal dari keluarga yang baik. Sehingga ke depannya, khususnya dalam mendidik anak, lingkungan baik tersebut bisa menunjang. Dalam hal ini saya masih percaya, kecerdasan dan sifat baik itu tidak hanya diasah tapi diturunkan dari keluarga.
Bayangkan jika kita hanya kenal lewat sosmed beberapa hari, bahkan hanya beberapa jam? Bagaimana kita bisa menilai orang tersebut sebagai orang baik? Sedangkan sosial media adalah tempat pamer dan pencitraan bertengger?
Jadi tidak perlu baper dengan selebgram yang mengkampanyekan nikah mudah hitungan jam langsung sah. Karena nikah itu tidak masalah romantisme saja. Kalau salah pilih pasangan, perkara perbedaan selera antara tim jengkol dam tim pete saja bisa bikin cemberut seminggu.
Jadi buat kamu yang belum bertemu pujaan hati, sabar dan tidak usah buru-buru. Pilihlah orang yang tepat di saat yang tepat. Buat kamu yang suka meledek para jomblo dengan pertanyaan kapan nikah, cukup ya, jangan sampai dia asal pilih pasangan hanya agar bisa jawab pertanyaan kamu itu. Atau lebih baiknya coba dicarikan calon yang baik baginya . Nikah memang mudah dan murah, tapi gak semurahan itu.