Dunia Islam Pekan Ini (7-15 Des): Trump, Yerussalem dan Perlawanan Dunia Islam

Dunia Islam Pekan Ini (7-15 Des): Trump, Yerussalem dan Perlawanan Dunia Islam

Trump begitu pongah dan membuat gaduh dunia islam, Yerussalem adalah ibukota Palestina

Dunia Islam Pekan Ini (7-15 Des): Trump, Yerussalem dan Perlawanan Dunia Islam
Protes anti-Trump terjadi di mana-mana setelah keputusan mengakui Yerussalem sebagai ibukota baru Israel. Pict by Hazem Bader / AFP/Getty Images

Tidak ada yang lebih menyedihkan ketika melihat bangsa Palestina yang sudah puluhan tahun menderita dan terjajah akan menjadi lebih sengsara lagi karena Yerussalem, ibukota sekaligus kota suci mereka bakal diambil alih secara paksa oleh Israel. Salah satu orang yang paling bertanggung jawab terkait penderitaan bangsa Israel itu bernama Donald Trump.

Ya, Anda tidak salah baca. Donald Trump merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas kisruh yang terjadi beberapa hari ini di dunia islam. Keputusannya sebagai presiden negara adidaya Amerika Serikat yang mengakui Yerussalem sebagai ibukota baru Israel menjadi perbincangan khalayak.

“Yerusalem adalah ibu kota Israel. Tidak lebih dan juga tidak kurang,” tutur Trump.

Kata-kata ini jelas menohok sekali dan meruntuhkan bangunan perdamaian yang coba dibangun antara Israel-Palestina. Apalagi, ia berkata bahwa keputusan untuk mengakui Yerussalem untuk mewujudkan perdamaian kedua negara yang berkonflik.

Bagaimana bisa berdamai, jika rumahmu diambil paksa oleh orang? Ditambah orang yang dianggap menjadi juru damai malah membela salah satu yang bertikai dan menyuruh yang lainnya pergi dari rumah yang ia miliki?

“Kami mengakui sesuatu yang pasti: Yerusalem adalah ibu kota Israel. Tidak lebih dan juga tidak kurang, hal ini adalah sebuah pengakuan atas sebuah realitas, yang harus benar-benar untuk dilakukan. Sekali lagi, harus dilakukan,” tambahnya.

Sikap arogan Trump dan rezim Amerika Serikat ini ditengarai akan menimbulkan gejolak dan bisa jadi mengakibatkan peperangan besar nantinya jika eskalasi terus meningkat. Dunia internasional pun mengecam Trump yang sepihak ini seraya mengingatkan perjanjian damai yang pernah disepakati oleh PBB terkait Palestina-Israel.

Para pemimpin dunia pun beramai-ramai mengutuk aksi Trump ini. Tak terkecuali dari Indonesia. Bahkan, secara tegas Presiden Jokowi pun mengecam Trump dan mengajak dunia muslim untuk melawan kepongahan Amerika ini.

“Indonesia mengecam keras pengakuan sepihak Amerika serikat terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” kata Presiden Joko Widodo.

Keseriusan pemerintah Indonesia pun dilakukan dalam Forum Kerjasama Organisasi Islam (OKI). Bahkan, mereka pun melakukan pertemuan khusus terkait sikap Amerika terhadap Palestina ini di Istanbul, Turki.

Kami menyatakan dengan pasti mengakui negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota. Kami menyerukan kepada dunia agar mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina, sebuah negara yang (Sedang) yang terjajah,” demikian bunyi Deklarasi Istanbul seperti yang dilansir Aljazeera Rabu (13/12).

Deklarasi tersebut juga menyatakan ketidakpercayaan negara-negara Oki terhadap Amerika Serikat sebagai mediator damai antara Palestina dan Israel.

Pertemuan itu diikuti 57 negara dan diikuti oleh pemimpin tertinggi negara-negara itu seperti halnya Turki, Mesir, Iran, Lebanon dan tentu saja Indonesia. Tapi, sayang, dalam pertemuan sepenting itu, Arab Saudi sebagai representasi kota suci Islam justru tidak mengirimkan pemimpin tertinggi mereka Raja Salman maupun menteri luar negeri Saed Al Juder dalam konferensi luar biasa itu. Saudi hanya mengirimkan setingkat Direktur Jenderal sebagai representasi mereka.

Meskipun begitu, pertemuan antar negara muslim dunia itu membuat keputusan penting, yakni ‘Deklarasi Istanbul’ untuk pembebasan Palestina.

“Kami menyatakan dengan pasti mengakui negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota. Kami menyerukan kepada dunia agar mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina, sebuah negara yang (Sedang) yang terjajah,” demikian bunyi Deklarasi Istanbul seperti yang dilansir Aljazeera Rabu (13/12).

Deklarasi tersebut juga menyatakan ketidakpercayaan negara-negara Oki terhadap Amerika Serikat sebagai mediator damai antara Palestina dan Israel.

“Jadi, keputusan terkait Yerussaalem tidak berdasar pada sejarah, hukum dan hati nurani. Kami minta PBB, Uni Eropa dan masyarakat dunia internasional untuk tetap menjaga Resolusi PBB terkait status Yerussalem (ibukota Palestina),” tambah bunyi deklarasi tersebut.

Pernyataan ini menjadi penting di tengah begitu kuatnya pengaruh Israel dan Amerika serikat dalam mencengkeram Palestina, juga dalam hal ini dunia islam secara keseluruhan.

Apakah hal ini akan terus-terusan terjadi? Kita lihat saja langkah Trump selanjutnya.