Berita tentang Arab Saudi yang mulai bersih-bersih negaranya terus menjadi santapan yang lezat dunia internasional. Hal itu belum ditambah pernyataan pewaris tahta Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman bin Abdulaziz, yang menyatakan bahwa mereka akan mulai menjadi negara moderat.
Saudi ingin menghilangkan imej buruk sebagai negara pengimpor ideologi konservatif islam (wahabisme-red) dan mulai membuka diri terhadap segala hal, termasuk memberikan akses sepenuhnya kepada perempuan. Ini terkait visi mereka tahun 2030 dan nasib investasi jangka panjang selepas mereka kehabisan cadangan minyak sebagai sumber negara. Sebab, bisa dipastikan, jika mereka terus dianggap sebagai pemasok ekstrimisme, maka investor bakal lari.
Hal itu sudah mulai tampak belakangan ini. Mulai dari pemecatan besar-besaran anggota parlemen yang korupis hingga penangkapan para kerajaan yang kerap melakukan penggelapan. Tercatat ada lebih dari 10 orang pangeran yang terciduk. Termasuk salah satu orang terkuat di Arab Saudi yang juga seorang miliuner papan atas, pangeran Alwaleed bin Talal.
Upaya ini disebut-sebut sebagai upaya konsolidasi dan peneguhan kekuatan dari Pangeran Mohammad bin Salman bin Abdul Aziz guna memuluskan jalan jadi pemimpin Arab, menggantikan ayahnya Raja Salman.
Selain soal Arab, dunia islam juga dihangatkan lagi oleh perjuangan Rayouf el Humaedhi tahun lalu terkait emoji Jilbab dalam Apple. Berkat sosoknya, emoji tersebut menarik perhatian dunia internasional dan dianggap sebagai representasi perjuangan islam.
Berkat jasanya itulah, tidak tanggung-tanggung, Time memasukkan dirinya ke dalam dalam 30 gadis paling berpengaruh di dunia.
I can't believe it!!! https://t.co/7FSI8iuBTq
— Rayouf Alhumedhi (@rayoufalh) November 2, 2017
Cerita ini bermula dari kegelisahan Rayouf. Laiknya gadis lain, ia pun menggunakan aplikasi dan tentu saja emoji sebagai fitur penting obrolan. Tapi, ia tidak pernah bisa menemukan representasi dirinya sebagai muslimah yang berhijab. Ia pun gelisah dan tidak tahu bagaimana menyalurkan kegelisahannya ini.
Lalu, sebagai pengguna Apple, ia pun mengirim surat kepada mereka. Singkat cerita, dirinya pun menjadi perbincangan di media sosial dan menyedot perhatian internasional. Banyak yang mendukungnya, ia dianggap sebagai ikon penting dunia sebagai upaya perlawanan terhadap islamophobia dan konservatisme yang sedang melanda barat.
Dari Indonesia, ada berita bagus. Yakni mulai sedikit terbukanya pamahaman lain atas stigm yang kerap dialamatkan kepada jemaah Ahmadiyah. Hal ini diutarakan oleh Dr. Najib Burhani, di hadapan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait uji materi Undang-undang tentang penodaan agama.
Bisa dikatakan, baru kali ada yang secara terbuka mengatakan secara terbuka tentang keyakinan yang kerap disalahpahami masyarakat ini. Bahkan dengan lantang membicarakanya di depan mahkamah konstitusi. Persoalan yang terjadi merupakan perkara tafsiran belaka.
Menurut Najib, masyarakat kita banyak sekali keliru tentang Ahmadiyah. Kebanyakan bahkan menilai itu berbeda dari mayoritas, padahal sejatinya tidak. Misal, seperti halnya kitab suci mereka yang sama dengan mayoritas. Termasuk juga nabi mereka. Mirza Ghulam Ahmad, menurut Najib, kedudukannya tidak lebih tinggi dari Nabi Muhammad. Serupa dengan mayoritas umat muslim di Indonesia.
Untuk itulah, tidak bisa dikatakan bahwa Ahmadiyah ajaran sesat. Apalagi, dalam konteks hukum seperti Indonesia, tentu saja mereka tidak boleh didiskriminasi.