Dunia islam pekan ini masih dihiasi oleh Palestina dan usaha untuk merebut hak mereka sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Kali ini datang dari lapangan hijau, dari negara asal Lionel Messi, Argentina.
Sejatinya, Argentina akan melawat ke Israel sebagai bagian dari ujicoba sebelum beranjak menuju Rusia untuk bertanding dalam Piala Dunia 2018. Rencananya, pertandingan itu akan digelar pada tanggal 9 juni 2018 nanti, bertepatan dengan ulang tahun ke-70 Israel. Stadion Teddy Yerussalem disebut-sebut akan dijadikan tempat berlangsungnya pertandingan antara timnas Israel bersama Lionel Messi cs.
Fakta pun mencuat, publik menilai hal ini sangat politis dan sangat akan melukai warga Palestina. Apalagi, stadion itu, sebelumnya merupakan sebuah desa yang dibombardir Israel dan dihancurkan pada tahun 1984.
Lebih dari itu, pertandingan ini dianggap kental muatan politis karena diplomasi dan pemindahan ibukota Israel kian memanas. Dan, Argentina bersama Lionel Messi cs merupakkan bintang yang begitu terkenal di Jalur Gaza. Banyak sekali anak kecil yang mengidolakan Lionel Messi dkk.
Bagi pihak Israel, hal ini merupakan kampanye yang strategis. Tapi, akhirnya, tekanan dari publik internasinal dan empati yang mendalam terhadap korban kebengisan Israel di Palestina membuat Argentina dengan keras menolak dan membatalkan kedatangannya Israel.
“Kami akhirnya melakukan hal yang benar,” kata kata stiker Argentina Gonzalo Higuain seperti dikutip dari ESPN.
Striker yang sekarang bermain di Juventus itu menyambut baik usaha ini karena menurutnya, tidak usah Argentina turut menjadi bagian dari Israel, apalagi sepakbola harus bebas dari urusan politik seperti ini.
“Sebagai duta UNICEF, saya tidak bisa bermain sepakbola melawan mereka yang membunuh anak-anak kecil Palestina yang tidak berdosa itu. Kami membatalkan pertandingan ini karena kami adalah manusia, sebelum menjadi pesepakbola,” tutur mega bintang Argentina Lionel Messi di TyC Sport.
Tentu saja hal ini disambut suka cita oleh warga Palestina dan menjadi sedikit kebahagian bagi mereka. Ternyata, apa yang mereka idolakan juga mendukung perjuangan Palestina terbebas dari cengkeraman Israel.
Namun, kisah ini juga harus diikuti berita sedih dari Palestina melalui sosok bernama Razan el-Nazzar, seorang perawat muda berusia 21 tahun yang tertembak oleh Israel ketika berusaha menolong korban. Tentu, sebagai petugas medis di medan perang, menolak orang adalah tugasnya.
Tapi, mengapa israel begitu keji, menembak seorang petugas medis, padahal hal itu dilarang?
Publik pun dibuat marah oleh tindakan Israel yang membabi buta ini. Petugas medis itu netral dan tidak diperkenankan untuk dilukai, bahkan harus dilindungi. Tapi, Israel justru menembaknya.
Dalam foto-foto yang beredar, tampak adegan setelah Najjar kena peluru. Ia dibopong oleh beberapa pria dan releawan dan ia masih memakai baju putih. Beberapa saksi mengatakan, ia ditembak di dada.
Pemakaman Najjar pun diikuti oleh ribuan orang. Mereka berkumpul di Gaza untuk menghadiri pemakaman sosok yang terkenal gemar mengulurkan tangan bagi para warga, tak terkecuali Israel dan Yahudi. Ia seolah memberi pesan penting bagi kita, bahwa perang hanyalah menimbulkan kematian dan kesengsaraan.
Razan gugur sebagai seorang mujahidah. Dan namanya akan senantiasa dikenang. Alfatihah…