Dunia Islam Pekan Ini (10-17 Nov): Saudi Jadi Moderat Hingga Sikap Jokowi atas Rohingnya

Dunia Islam Pekan Ini (10-17 Nov): Saudi Jadi Moderat Hingga Sikap Jokowi atas Rohingnya

Arab Saudi perlahan menjauhi konservatisme, sedangkan Jokowi terus mengajak dunia internasional menyelesaikan Rohingnya.

Dunia Islam Pekan Ini (10-17 Nov): Saudi Jadi Moderat Hingga Sikap Jokowi atas Rohingnya
Arab Saudi tampaknya serius dalam upaya menghapusme stigma konservatisme dan wahabisme di negaranya dan menjadikan islam moderat sebagai platform utama untuk menggaet simpati publik internasional. Reformasi ini dilakukan Pangeran Mohammed bin Waled

Pemerintah Indonesia menempatkan penyelesaian konflik di Rakhine sebagai prioritas, diplomasi luar negeri terus digalakkan. Hal itu dilakukan Jokowi di forum Internasional KTT ke-31 ASEAN di Manila Filipina.

“Kita harus bergerak bersama. Myanmar tidak boleh tinggal. ASEAN juga tidak boleh tinggal diam,” kata Presiden.

Ajakan Presiden ini pun seolah menjadi cambuk negara-negara lain untuk terus memerhatikan nasib etnis Rohingnya yang mengalami genosida. Tidak tanggung-tanggung, Jokowi mengatakan hal itu juga kepada Aung San Suu Kyi, pemimpin ‘de facto’ Myanmar. Sekaligus untuk mendesak militer Myanmar untuk berhenti mendesak Rohingnya untuk pergi dari daerah Rakhine.

Apalagi nasib para pengungsi Rohingya di Bangladesh juga belum ada membaik meskipun bantuan datang silih berganti. Pihak PBB juga sedang melakukan serangkaian pertemuan dan konsolidasi internasional untuk mendesak Myanmar segera konflik di Rakhine.

Pihak Indonesia sendiri juga mengirim banyak tenaga relawan dan bantuan di sana. Selain itu, mengajak bangsa ASEAN untuk menyelesaikan permasalahan di wilayah mereka guna stabilitas kawasan.

Dunia islam pekan ini juga dihangatkan dengan reposisi dan citra Saudi sebagai negara konservatif. Selain bersih-bersih dari korupsi, mereka juga menggandeng negara-negara yang dianggap moderat untuk menyebarkan islam yang kompatibel dengan zaman–sesuatu yang dicitrakan jauh dari Saudi.

Hal itu ternyata bukanlah isapan jempol belaka. Duta Besar Kerajaan Saudi Arabi untuk Indonesia, Usamah bin Muhammad, pun menggandeng Nahldatul Ulama untuk mengembangkan corak keislaman yang lebih moderat ini. Mereka menemui Prof. Said Aqil Siradj.

Tentu saja ini hal ini angin segar mengingat selama ini hubungan antara kedutaan Saudi dengan PBNU di masa kepimpinan Prof. Said Aqil terlihat tidak akur. Kritik ketum PBNU tentang konservatisme dan kebijakan keagamaan Arab selama ini ditengarai membuat otoritas Saudi panas. Bahkan, konon, Prof. Said masuk dalam daftar hitam pihak Saudi.

“Yang lalu biarlah berlalu. Mari kita bekerja sama mengembangkan Islam moderat,” tutur Usamah bin Muhammad.

Kini, setelah Pangeran Muhammad bin Salman mulai berbicara di dunia internasional terkait perubahan reformasi Arab Saudi dan upayanya membuat Arab Saudi lebih moderat, segalanya mulai berubah. Melalui Dubes mereka, kebijakan itu mulai digalakkan dan dimulai dari Indonesia (Baca: Cara Arab Saudi belajar islam Moderat).

Selain itu, angin segar pun datang kepada para muslim mengingat gencarnya islamophobia di barat.
Atlet anggar perempuan Amerika Serikat, Ibtihaj Mohammad mendapatkan penghormatan khusus dari perusahaan Mattel. Perusaahan ini meluncurkan boneka Barbie yang pertama kali mengenakan jilbab pada hari Senin.

Menurut perusahan itu, boneka yang barbie berjilbab itu adalah bentuk menghormati terhadap Ibtihaj Mohammad yang pada 2016 menjadi atlet Amerika pertama yang mengenakan jilbab saat berkompetisi.Tentu hal ini menjadi sesuatu yang menarik mengingat secara perlahan, eksitensi muslim diakui dan didukung khalayak di tengah geliat ultra konservatisme yang melanda dunia barat.