Dunia Islam Pekan Ini (1-6 April): Pemiskinan Palestina Hingga Blunder Puisi Sukmawati

Dunia Islam Pekan Ini (1-6 April): Pemiskinan Palestina Hingga Blunder Puisi Sukmawati

Dunia islam pekan ini, Palestina kian miskin karena Israel dan puisi Sukmawati bukanlah pelecehan islam

Dunia Islam Pekan Ini (1-6 April): Pemiskinan Palestina Hingga Blunder Puisi Sukmawati
Studi terkini yang dilakukan PBB menyebut bahwa Palestina miskin karena pendudukan PBB. Pict By Reuters

Dunia islam pekan ini dihiasai dengan kisah pilu dari Palestina. Betapa tidak, dalam sebuah studi terkini yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebutkan bahwa Palestina menjadi kian miskin justru oleh pembangunan yang dilakukan oleh Israel.

Kondisi Palestina belakangan lebih memprihatinkan, bunyi tesis atas studi terkini tersebut. Ditambah, berdasarkan studi itu, pendudukan yang dilakukan Israel selama lebih dari setengah abad itu membuat rakyat Palestina miskin dan kehilangan hak atas pembangunan di negeri mereka.

Untuk itulah, studi tentang perdagangan dan pembangunan (United Nations Conference on Trade on Development/UNCTAD) ini memberi pengertian lebih dan pernyataan bahwa israel dan publik internasional selayaknya bertanggung jawab atas pemenuhan hak warga palestina berdasarkan hukum internasional. Kenapa? Karena, hal itu guna menghindari tindakan untuk menghambat pembangunan di Palestina

“Masyarakat internasional mesti memikul tanggung jawab guna mendorong pembangunan wilayah palestina yang diduduki Israel,” tutur Mahmoud ElKhafif, kordinator pendampingan Rakyat Palestina UNCTAD seperti dikutip Antara.

Israel dan publik internasional, tambahnya, harus memastikan bahwa pendudukan tidak terjadi lagi dan menjadikan pendudukan itu berbahaya bagi warga. Ujungnya tentu saja kesejahteraan bagi warga.

Studi yang dilakukan itu bertajuk The Economic Cost of The Israeli Occupation for the Palestinian People and their human Right to development: Legal Demention. Sederhananya, studi ini coba mengulik relasi antara beban ekonomi dan efeknya pada pendudukan yang dilakukan Israel di wilayah palestina.

Data yang ditemukan dalam studi tersebut menyebutkan, di bawah pendudukan Israel, rakyat Palestina kehilangan hak-hak mereka, baik dalam ekonomi, sosial maupun kesempatan lainnya.

Tentu saja studi ini kian meneguhkan posisi Palestina yang memang harus merdeka, tidak bisa tidak. Apalagi, disebutkan bahwa Israel telah mendapatkan bnegitu banyak keuntungan dan menihilkan peranan warga Palestina, termasuk keberadaan tembok pemisah di Tepi Barat Jordan yang kian memojokkkan Palestina.

Dalam studi tersebut juga dinyatakan bahwa publik internasional juga wajib mendukung pembangunan yang merata bagi warga palestina dan memastikan Israel mematuhi hukum internasional terkait ini. Harusnya tidak ada lagi pendudukan di tanah Palestina.

Selain itu, setelah dunia islam sempat dibuat jengkel dengan pernyataan Muhammad bin Salman tentang pengakuan kedekatannya dengan Israel dan hal tersebut membuat upaya dunia islam merebut kembali Palestina, dukungan justru muncul dari Raja Arab Saudi, Raja Salman.

Raja Salman menegaskan dukungannya atas Palestiana yang merdeka.

“Raja menegaskan kembali posisi teguh kerajaan terhadap masalah Palestina dan hak dasar dari warga Palestina untuk mendapatkan sebuah negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya,” bunyi siaran Badan Pers Saudi sebagaimana dikutip dari CNN News.

Raja Salman tentu saja tidak hanya bicara saja ke media. Baru-baru ini ia juga menelpon secara langsung Donald Trump via telepon. Ia meminta pemimpin negara adidaya untuk segera menyelesaikan masalah di Timur Tengah.

Saudi juga menegaskan kembali bahwa normalisasi hubungan Amerika dengan Timur Tengah ini sejatinya dengan mudah bisa diselesaikan. Salah satunya tentunya dengan Israel yang harus angkat kaki dari bumi Palestina atau paling tidak mempercepat perundingan terkait batas negara. Meskipun harus diakui hal tentu sangat sulit dilakukan.

Dunia islam pekan ini juga dihebohkan oleh putri Bapak Proklamator RI, Sukmawati Soekarno Putri. Sukmawati membawakan puisi berjudul ‘ibu Indonesia’ dan dianggap melecehkan islam. Dalam puisinya ia  memang menyebut syariat islam, cadar dan juga adzan. Tapi, benarkah itu pelecehan terhadap islam?

Bait puisi yang dibacakan oleh Sukmawati di acara 29 tahun Anne Avantie Berkaya di gelaran Indonesian Fashion Week 2018 Senin (2/4) itu sebenarnya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Coba kita perhatikan larik puisi yang ia bacakan itu dan dianggap menghina islam oleh sebagian kalangan ini.

Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah

Dari situ memang tampak ada indikasi ketidaktahuan terhadap syariat islam. Kalau toh pun penulis tahu akan konsekwensi ini, tentu saja tidak serta merta dihakimi dan dianggap menghina atau melecehkan islam.

Larik kedua yang dianggap memicu kontroversi adalah perkara adzan. Dalam puisi tersebut, Sukmawati tampak membandingkan lantunan adzan dengan suara kidung ibu Indonesia.

Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu

Kalau ditelisik, belum jelas apa yang dimaksud dengan kidung Indonesia seperti yang diutarakan Sukmawati. Bisa jadi, kidung itu bermakna lantunan lagu-lagu lokal maupun suara yang kerap ia dengar yang berbeda dengan adzan.

Lalu jika dibandingkan dengan adzan yang tidak merdu, bukankah itu hanya subjektivitas ia belaka?

Ribut-ribut ini akhirnya berhenti setelah Sukmawati secara terbuka minta maaf kepada publik yang marah. Tapi, terlepas dari itu, kita patut bertanya, kenapa sih umat islam kok gampang sekali marah? Apakah semudah itu menuduh menista islam?

Terlepas dari itu, sebagai umat islam kita jangan mudah terpancing atau reaksioner, apalagi berlebihan dalam menyikapi perkara ini. Mendekati musim politik seperti hari-hari ini, umat islam harus lebih jernih dan arif dalam memandang segala hal, terlebih yang beririsan dengan islam.