Dua Belas Amalan di Hari Asyura

Dua Belas Amalan di Hari Asyura

Dua Belas Amalan di Hari Asyura

Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang disebut “bulan Allah yang mulia” (Asyhurillah al-Hurum). Dalam bulan Muharram, disunahkan melakukan puasa, utamanya pada tanggal 9 (hari Tasu’a) dan 10 Muharram (hari ‘Asyura’) yang secara khusus dianjurkan oleh Nabi.

Dalam bulan Muharram terdapat hari bersejarah yaitu hari ‘Asyura.’ Hari yang jatuh pada tanggal 10 Muharram ini merupakan hari bersejarah dalam Islam. Banyak peristiwa besar terjadi di dalamnya. Seperti diterimanya pertaubatan Nabi Adam, selamatnya Nabi Nuh dan umatnya dari banjir bandang dan lain sebagainya. Karena kemuliaan hari ‘Asyura’, ulama’ menyebut terdapat beberapa amalan yang dianjurkan pada hari tersebut. Berikut ini 12 amalan utama pada hari ‘Asyura’:

  1. Menjalankan shalat sunah. Yang dimaksud shalat di sini adalah shalat sunah mutlak, bukan shalat yang diniati secara khusus.
  2. Puasa ‘Asyura’ merupakan puasanya para Nabi. Dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim diterangkan, berpuasa hari ‘Asyura’ dapat menghilangkan dosa tahun yang lalu. Sebagian ulama’ menyatakan pahala puasa ‘Asyura’ seperti layaknya berpuasa selama satu tahun.
  3. Bersilaturahim
  4. Barang siapa bersedekah di hari ‘Asyura’, pahalanya seperti bersedekah kepada siapapun orang yang memintanya tanpa ia tolak.
  5. Keutamaan mandi dan bersuci di hari ‘Asyura’ adalah dibebaskan dari penyakitselama satu tahun, kecuali penyakit yang menghantarkan kematiannya.
  6. Memakai celak. Konon, orang yang mandi dan bercelak pada saat hari ‘Asyura’, tidak akan terkena penyakit mata (jawa: blobo’en).
  7. Berziarah kepada orang alim.
  8. Menyambangi orang sakit. Barang siapa menyambangi satu orang sakit di hari ‘Asyuta’, seakan-akan ia menyambangi seluruh orang sakit dari anak cucu Adam.
  9. Mengusap kepala anak yatim. Barang siapa mengusap atau berbuat baik kepada satu anak yatim pada hari ‘Asyura’, seperti mengasihi seluruh anak yatim dari anak cucu Adam.
  10. Bersedekah kepada keluarga. Sebagaimana petunjuk hadits Nabi, bersedekah kepada keluarga pada hari ‘Asyura’ memiliki keutamaan dilapangkannya rizki selama satu tahun.
  11. Memotong kuku.
  12. Membaca surat al-Ikhlash seribu kali.

Menurut al-Syaikh al-Adawi, dari sekian amalan di atas, yang shahih riwayatnya dari Nabi adalah puasa dan bersedekah untuk keluarga. Sedangkan amalan yang lain tidak terdapat hadits shahih di dalamnya, bahkan beberapa di antara haditsnya tergolong munkar dan maudlu’.

Meskipun demikian, amalan-amalan di atas merupakan perbuatan positif yang sudah terakomodir oleh dalil-dalil dan kaidah umum. Pengkhususan ibadah dalam waktu tertentu, tidak menjadikannya bid’ah dan keluar dari hukum asal kesunahan, sebagaimana yang diterangkan imam al-Nawawi dalam masalah berjabat tangan setelah shalat.

Dari paparan di atas, klaim bahwa amalan yang tidak terdapat hadits shahihnya adalah bid’ah, merupakan anggapan yang tergesa-gesa. Hadits Dla’if sendiri menurut mayoritas ulama’ dapat dipakai dalam fadlail al-a’mal (amalan-amalan utama) dengan catatan didukung oleh dalil dan kaidah yang shahih. Selama tidak meyakini keshahihan hadits yang dinyatakan dla’if menurut pakar hadits atau membenarkan hadits yang dinyatakan maudlu’, tidak ada masalah amalan-amalan yang disebutkan di atas untuk dijalani.

 

*) Sumber bacaan: I’anah al-Thalibin, juz.2, hal.267