Salah satu doa Nabi Muhammad Saw yang terdapat di dalam al-Qur’an adalah doa mohon perlindungan. Sebagaimana firman-Nya:
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ (٩٧) وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (٩٨)
“Dan Katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Q.S. Al-Mu’minun[23] : 97-98).”
Konon, suatu ketika Nabi Muhammad Saw sedang melaksanakan shalat. Tiba-tiba beliau berdoa memohon perlindungan kepada Allah dengan menjulurkan tangannya tiga kali, seolah-olah beliau menangkap sesuatu.
Kemudian, setelah beliau selesai shalat, para sahabat pun berkata: “Wahai Rasulullah, tadi kami mendengar engkau mengucapkan sesuatu yang belum pernah kami dengar, kami juga melihat lihat engkau menjulurkan tangan.”
Beliau pun menimpali: “setan, musuh Allah Swt datang dengan membawa bara api dan ingin melemparkan ke wajahku.” Oleh karenanya turunlah ayat ini dan beliau berdoa memohon perlindungan kepada Allah Swt dari setan dengan ayat ini.
Ibnu Jarir At-Thabari berpandangan dalam kitabnya, Tafsir Jami’ al-Bayan ‘an ta’wil ay al-Quran atau yang lebih dikenal dengan tafsir at-Thabari, bahwasanya kata al-hamz bentuk jamaknya adalah al-hamazaat, artinya adalah bisikan-bisikan. Sedangkan bisikan-bisikan yang dimaksud adalah pencekikan mereka (setan-setan) terhadap manusia. Oleh karenanya, Nabi Muhammad saw memohon perlindungan kepada Allah dari kedatangan mereka (setan-setan) dalam urusan yang beliau lakukan. Menurut At-Thabari urusan yang dimaksud adalah segala urusan dalam bentuk apapun, bahkan dalam urusan kecil sekalipun.
Sedangkan Ahmad Mustafa Al-Maraghi berpandangan dalam kitabnya, tafsir al-Qur’an al-Karim atau yang lebih dikenal dengan tafsir al-Maraghi bahwasanya Nabi Muhammad saw memohon perlindungan kepada Allah agar tidak kedatangan setan-setan dalam perbuatan apapun yang beliau kerjakan. Perbuataan yang dimaksud menurut al-Maraghi adalah terbatas pada tiga hal, yaitu ketika mengerjakan shalat, membaca al-Qur’an dan kedatangan ajal.
Disamping itu, agaknya Ibnu Amr juga mengajarkan ayat ini kepada anak-anaknya. Bagi anaknya yang sudah baligh, beliau menyuruh untuk melantunkannya sebelum tidur. Sedangkan bagai anaknya yang masih kecil dan belum bisa mengucapkannya, beliau menuliskan ayat ini kemudian mengalungkan di lehernya.
Demikianlah hendaknya kaum mu’minin berdoa, karena setan tidak akan sampai kepada mereka kecuali dengan salah satu diantara kedua jalan tersebut (bisikan dan kedatangannya). Jika hamba kembali dan berserah diri kepada Tuhannya, serta memohon agar Allah melindungunya dari setan-setan, niscaya hatinya akan selalu tanggap dan ingat kepada Tuhannya dalam segala perbuatan yang dia kerjakan atau tinggalkan, kemudian hal itu akan mendorongnya untuk selalu taat dan meninggalkan maksiat.
Wallahu A’lam