Ada pepatah yang mengatakan “Al-Qur’an diturunkan di Makkah dan Madinah, ditulis di Turki dan ditafsirkan di Mesir”. Faktanya memang penulisan mushaf berkembang pesat di Turki. Khaṭṭāt (penulis khat) terkenal Usman Thaha juga pernah belajar seni kaligrafi Arab kepada guru asal Turki, tapi tulisan ini tidak membahas tentang ragam khaṭṭ melainkan membahas doa Khatmil Quran dalam mushaf Turki dan Mushaf Indonesia.
Doa khatmil Quran biasanya berada di akhir lampiran dari sebuah mushaf cetakan, dan jarang ditemukan pada mushaf-mushaf digital, baik versi web, maupun aplikasi di gadget. Mushaf Turki memainkan peranan penting dalam perkembangan mushaf cetak di Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah dalam Mushaf Standard Bahriyah, menurut K.H Zarkasi Afif dalam Video Halaqah Mushaf Bareng Gus Baha’, Bahriyah adalah salah satu Penerbit dari Istanbul Turki.
Mushaf Bahriyah sering digunakan oleh para penghafal Al-Qur’an di Indonesia. Dikarenakan yang mencetak mushaf ini adalah Penerbit Menara Kudus, sehingga pada perkembangannya kita lebih mengenal dengan Mushaf Kudus/ Bahriyah Kudus. Eksistensi Mushaf Bahriyah semakin terkikis di era sekarang. Mushaf ayat pojok yang beredar sekarang adalah adaptasi dari Mushaf Madinah, kemudian distandardkan dengan rasm ‘uṣmānī Mushaf Standard Indonesia (MSI).
Mushaf Turki memiliki doa Khatmil Quran yang cukup lengkap dan padat. Doa dalam Mushaf Turki juga digunakan dalam Mushaf Kudus. Untuk melihat kesamaan doa antara dua mushaf ini, pembaca bisa melihat postingan dari Facebook Hakim Njb Syukrie. Garis besar isi doa dalam kedua mushaf mencakup permintaan ampunan, permintaan rahmat kepada umat Nabi Muhammad, permintaan kebaikan-kebaikan seperti rizki, syafa‘at, keberkahan al-Qur’an untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Menariknya, isi doa dari mushaf Turki dan Kudus sama-sama mencantumkan permohonan agar Allah menolong para pemimpin, menteri, dan militer, “Allahumma unṣur sulṭānanā sulṭān al-muslimīn…”. Menghadiahkan pahala bacaan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW., Istri-istri Nabi, keluarga Nabi, dan kepada keluarga pembaca doa Khatmil Qur’an, seperti yang tertulis pada lafal “Allahumma ballig ṡawāba mā qara’nāhu wa nūra mā talaunāhu li rūḥi Nabiyyina Muḥammad…”
Berdoa ketika mengkhatamkan Al-Qur’an termasuk kesunnahan. Tetapi banyak dari penerbit-penerbit cetakan al-Qur’an di Indonesia tidak lagi mencantumkan doa selengkap dan sepadat Mushaf Turki/ Kudus. Mushaf yang banyak beredar sekarang hanya menulis satu halaman bagian doa khatmil Qur’an. Itu memang preferensi percetakan ataupun penerbit untuk mencantumkan doa yang diinginkan dalam mushaf yang akan diedarkan.
Tidak ada lagi doa untuk pemimpin, menghadiahkan pahala kepada Nabi, kepada keluarga pembaca dalam doa Khatmil Quran di mushaf-mushaf cetakan sekarang. Ini mengaburkan fakta bahwa ulama-ulama Al-Qur’an Indonesia sejak zaman dahulu selalu mendoakan pemimpinnya. Ulama kita juga mengamlkan ajaran tentang menghadiahkan pahala untuk orang-orang yang meninggal. Ini menjadi masukan untuk penerbit al-Qur’an di Indonesia agar doa khatmil Quran yang ada di Mushaf bisa diperbanyak isinya.
Sebuah mushaf bisa diklasifikasikan sesuai dengan konten doa khatmil Quran. Mushaf Madinah dan mushaf-mushaf sekarang termasuk ke dalam mushaf dengan doa Khatmil Quran yang pendek. Mushaf Turki dan Mushaf Kudus termasuk ke dalam mushaf dengan doa yang padat dan tidak terlalu panjang. Mushaf cetakan Kemenag RI dan Mushaf-mushaf yang ditulis dengan bentuk huruf Hindi termasuk dalam mushaf dengan doa paling lengkap yang bisa ditemui di Indonesia. (AN)