Diwani Jali, Hafiz Usman dan Tukang Perahu

Diwani Jali, Hafiz Usman dan Tukang Perahu

Diwani Jali,  Hafiz Usman dan Tukang Perahu

Hafiz Usman hendak kembali kerumahnya. Karena tidak mempunyai uang, ia kemudian meminjam uang ke temannya untuk naik perahu. Sejurus kemudian Hafiz sudah sampai di tepi sungai dan naik perahu . Sesampainya di seberang Hafiz mengulurkan tangannya hendak membayar. Namun si tukang sapu tidak menerima ongkos pemberiannya. “Yang Mulia, saya tidak menginginkan uang. Tolong tuliskan saya sebuah kaligrafi Bismillah. Itu cukup”. Mendengar hal itu Hafiz Usman kaget dan berkata, “Lihat di sini, teman! Saya akan menulis bismillah, itu cukup untuk Anda dan tujuh generasi yang datang setelah Anda.”

Apakah kisah ini benar atau tidak. Waallahu A’lam. Namun kisah itu sebagai sebuah indikasi ketenaran dan kemampuan Hafiz Usman menulis kaligrafi. Kaligrafer yang satu ini menjadi pusat dari perhatian dunia dengan karya-karyanya yang indah. Salah satu peninggalanya adalah khat dengan gaya Diwani Jali. Gaya ini merupakan pengembangan dari gaya Diwani yang dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif dan menemukan ketenarannya pada Daulah Turki Usmani akhir abad 15 dan awal abad 16.

Pada dasarnya anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani. Tetapi mempunyai kekhasan sendiri yaitu lebih padat, menumpuk-numpuk dan ornamental. Perbedaannya yang mencolok pada Diwani yang tidak berharakat, sebaliknya dengan Diwani Jali sangat berlimpah harokat sebagai unsur dekoratif dan tidak sepenuhnya berfungsi sebagai tanda baca. Itulah yang menjadikan gaya Diwani Jali sulit dibaca secara selintas.

Gaya Diwani Jali tidak lepas dari nama Hafidz Usman. Kaligrafer jenius kelahiran di Istanbul 1642 adalah penemunya. Sebagai master kaligrafi, Hafiz Usman meninggalkan banyak karya. Diantaranya adalah mushaf Al-Qur’an yang berjumlah 25 buah. Mushaf-mushaf karya Hafiz Usman dicetak pada abad ke-19 dan disebarkan ke seluruh dunia Islam. Kemudian beberapa bagian juz Al Quran serta sejumlah qit’ah atau album kaligrafi. Terdapat juga tulisan Dala’il al-Khairat yang berisi doa dan pepujian kepada Nabi yang ditulis oleh Syaikh Sulaiman al-Jazuli (w. ±1470). Hafidz Usman juga tercatat sebagai kaligrafer pertama yang menulis Ḥilyah asy-Syarīf, suatu penggambaran tentang Nabi dalam bentuk lembaran yang biasanya ditempel di dinding.

Hafidz Usman adalah anak muadzin masjid Haseki di Turki yang bernama Ali Efendi . kecerdasannnya luar biasa. Sejak kecil telah dikenal sebagau penghafal al Quran. Hafidz memulai belajar enam gaya kaligrafi dasar kepada Darwis Ali selama beberapa tahun. Selanjutnya berguru kepada Suyolcuzade Mustafa el-Eyyubi (w. 1686). Dari gurunya ini ia memperoleh ijazah pada umur 18 tahun dan menjadikannya salah satu murid berbakat. Tercatat kemudian hafidz belajar pada Nefeszade Ismail Efendi (w. 1678). Ketika berguru ke Ismail ini, Hafidz diajari metode Syaikh Hamdullah secara detail.

Namun Hafidz rupanya tidak berhenti disitu. Hafiz Usman bahkan meninggalkan metode Syaikh Hamdullah pada 1678 dan mulai menggunakan metodenya sendiri. Meskipun pada awalnya ia dikritik, inovasi tulisan yang ia perkenalkan kemudian diterima. Puncak kemasyhuran Hafiz Usman dalam berkarya antara 1678-1688. ia meninggal pada 3 Desember 1698, dan dimakamkan di Istanbul.