Dibanding Dajjal, Sifat Ini Lebih Berbahaya

Dibanding Dajjal, Sifat Ini Lebih Berbahaya

Dibanding Dajjal, Sifat Ini Lebih Berbahaya

Dajjal merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberikan kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Ia akan dikalahkan oleh Nabi Isa AS tatkala turun ke bumi ini. Salah satu cara agar tak terkena fitnahnya adalah dengan mempertebal keimanan kepada Allah SWT dengan meyakini bahwa tak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Tak ada rekayasa, daya apapun atau tak ada  kekuatan yang mampu menolak segala sesuatu kecuali atas izin dari Allah SWT.

Orang yang kuat keimanannya akan mampu menolak bisikan maupun rayuan dari Dajjal, karena orang yang beriman mengetahui bahwa Dajjal merupakan makhluk (ciptaan) yang memiliki kekurangan, kelemahan maka tak pantas disebut sebagai Tuhan.

Imam al-Mundziri dalam at-Targib wat-Tarhib mengutip sebuah hadits yang menjelaskan hal yang lebih menghawatirkan daripada fitnah Dajjal,

عن ربيح بن عبد الرحمن بن أبي سعيد الخدري عن أبيه عن جده قال خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم ونحن نتذاكر المسيح الدجال فقال ألا أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من المسيح الدجال فقلنا بلى يا رسول الله فقال الشرك الخفي أن يقوم الرجل فيصلي فيزين صلاته لما يرى من نظر رجل. رواه ابن ماجه والبيهقي

Diriwayatkan dari Rabih bin Abdurrahman bin Abi Sa’id al-Khudri, dari Ayahnya, dari kakeknya berkata:”Rasulullah menemui kami yang sedang membahas tentang al-Masih Dajjal, lantas beliau bersabda:”Saya akan memberikan kabar kepada kalian tentang hal yang menakutkan daripada fitnah al-Masih Dajjal. Kemudian kami menjawab:”iya wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah menjelaskan:” Syirik yang samar (riya’ atau pamer) yaitu ketika seseorang shalat kemudian memperindah shalatnya karena sedang dilihat oleh orang lain. (HR. Imam Turmudzi dan Imam Baihaqi).

Dari penjelasan ini, orang yang pamer atau riya’ sangat berbahaya dan merugikan karena amalnya tak akan diterima oleh Allah bahkan Nabi lebih menghawatirkan umatnya dari fitnah Dajjal.

Agar amal ibadah kita diterima maka harus beramal perbuatan dengan ikhlas. Untuk mencapai keihklasan harus melalui proses pembelajaran yang terus menerus dengan selalu melatih beramal tatkala sendiri maupun sedang dalam keramaian sehingga orang lain memuji atau menghinanya sudah tak berimbas apapun kepada dirinya.