Salah satu sunnah Nabi Muhammad yang kerap dilakukan saat prosesi pernikahan adalah mencium kening istri. Di mana hal ini dilakukan sembari mengucapkan doa. Ada beberapa bentuk bacaan doa yang dianjurkan oleh para ulama’.
Dasar dari anjuran ini salah satunya adalah hadis yang diriwatkan Imam Malik dalam Kitab al-Muwatha’ yang berbunyi:
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمْ الْمَرْأَةَ أَوْ اشْتَرَى الْجَارِيَةَ فَلْيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا وَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ
“Yahya bercerita padaku dari Malik, dari Zaid ibn Aslam, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Ketika salah seorang kalian menikahi perempuan atau membeli budak perempuan, maka peganglah ubun-ubunnya dan berdoalah meminta berkah (kebaikan).’”
Imam Abdurrahman Ba’alawi dalam Kitab Bughyatul Mustarsyidin, Bab Nikah, mendokumentasikan beberapa redaksi doa, yang dapat dibaca saat mencium ubun-ubun istri.
Pertama, riwayat Imam at-Thabarani dengan sedikit tambahan:
اَللّٰهُمَّ بَارٍكْ لِي فِيَّ أَهْلِي وَبَارِكْ لِأَهْلِي فِيَّ وَارْزُقْهُمْ مِنِّي وَارْزُقْنِي مِنْهُمْ ، وَاجْمَعْ بَيْنَنا مَا جَمَعْتَ فِي خَيْرٍ ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا مَا فَرَّقْتَ فِي خَيْرٍ ، بَارَكَ اللهُ لِكُلٍ مِنَّا فِي صَاحِبِهِ
“Ya Allah, berkahilah aku dalam permasalahan keluargaku. Berkahilah keluargaku dalam permasalahanku. Berilah mereka rizki dariku, dan berilah aku rizki dari mereka. Satukan kami selama dalam kebaikan, dan pisahkan kami selama dalam kebaikan. Berilah masing-masing dari kami kebaikan dalam permasalahan pasangan.”
Kedua, riwayat Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah:
اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِك مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتهَا عَلَيْهِ
“Ya Allah, aku meminta kepada-Mu kebaikan istriku dan kebaikan apa yang ia munculkan pada pernikahan. Dan aku berlindung padamu dari keburukan istriku dan keburukan apa yang ia munculkan pada perrnikahan.”
Ketiga, doa yang memadukan dari beberapa riwayat dan berbunyi:
اَللّٰهُمَّ إِنِّى أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu terkait ia (Istri) dan keturunannya dari setan yang dilaknat.”
Sedang dalam beberapa redaksi kitab fikih seperti Tuhfatul Muhtaj karya Imam Ibn Hajar al-Haitami dan Nihayatul Muhtaj karya Imam ar-Ramli, dianjurkan mencium ubun-ubun istri sembari berdoa:
بَارَكَ اللَّهُ لِكُلٍّ مِنَّا فِي صَاحِبِهِ
“Semoga Allah memberi keberkahan masing-masing dari kita dalam permasalahan pasangannya.”
Bermacam-macam doa di atas tidaklah kesemuanya secara lafadz berasal dari Nabi Muhammad. Ulama yang mendalam pengetahuan agamanya sebagian hanya mengamalkan anjuran Nabi berupa meminta kebaikan, dengan menyusun doa berisi meminta kebaikan. Adapula yang mengamalkan anjuran Nabi berupa meminta perlindungan dari setan, dengan memakai doa meminta perlindungan dari setan berdasar riwayat lain dengan konteks yang agak berbeda.