Dialog Khalifah Makmun dengan Aristoteles Tentang Masa Depan Islam

Dialog Khalifah Makmun dengan Aristoteles Tentang Masa Depan Islam

Bagaimana dialog Khalifah Al-Ma’mun ini bersama Aristoteles mengubah wajah islam

Dialog Khalifah Makmun dengan Aristoteles Tentang Masa Depan Islam

Kemarin aku bertemu teman lama. Dalam obrolan panjang yang menyenangkan dia meminta aku bercerita lagi tentang dialog antara Khalifah Makmun bin Harun al-Rasyid dengan Aristo. Aku memang pernah bercerita tentang itu kepadanya beberapa tahun lalu. Lalu dia bertanya dari mana aku mendapatkan informasi ini. Aku bilang, kalau tidak salah ingat, aku membacanya di buku “Falsafah Ibn Rusyd” dialog Mohammad Abduh dan Farah Anton. Inilah cerita itu :

ذكر ابن النديم في الفهرست أن الخليفة العباسي المأمون رأى في منامه كأن رجلا أبيض اللون، مُشرب بحمرة، واسع الجبهة، مقرون الحاجبين، أجلح الرأس، أشهل العينين، حسن الشمائل، جالس على سريره، وكأني بين يديه قد ملئت له هيبة، فقلت: من أنت ؟ قال: أنا أرسطاطاليس (أرسطو). فسررت به، وقلت: أيها الحكيم أسألك ؟ قال: سل. قلت: ما الحُسن؟ قال: ما حسُن في العقل. قلت: ثم ماذا ؟ قال: ما حسُن في الشرع. قلت: ثم ماذا ؟ قال ما حسُن عند الجمهور قلت ثم ماذا ؟ قال ثم لا.

Ibn Nadim dalam karyanya ” “Al-Fihrasat”, menyebutkan : Khalifah Abasiah Makmun bin Harun al-Rasyid bermimpi bertemu seseorang berkulit putih, berambut merah, berdahi lebar, alisnya tebal menyatu, berkepala botak, bermata biru dan perangainya bagus. Dia sedang duduk di atas permadani, di hadapanku dia sangat berwibawa. Aku bertanya : “Siapakah anda?” Dia menjawab : “Aku Aristo (Aristoteles).

Aku senang. Lalu aku berkata:”Wahai sang bijak bestari; “Apakah aku boleh bertany? Dia menjawab : “Silakan”. Apakah baik itu?”.Dia menjawab : “Apa yang dipandang baik oleh akal”. Lalu? “Apa yang dipandang baik oleh aturan agama.” Lalu? “Apa yang dipandang baik oleh mayoritas”  Lalu? “Tidak ada lagi dan tidak ada lagi”.

Di tempat lain aku membaca :

وفي رواية أخرى، قلت: زدني. قال: وعليك بالتوحيد.

Dalam riwayat lain disebutkan : “Tolong tambahi”. Aristo menjawab : “Hendaklah engkau bertauhid (Meng-Esa-kan Tuhan).”

Konon setelah pertemuan dalam mimpi itu, Khalifah segera mengumpulkan para ilmuwan, intelektual dan ahli bahasa Yunani dan memerintahkan mereka menerjemahkan karya-karya Aristo dan para filsuf Yunani lainnya. Lalu mengembangka perpustakaan bernama “Baitul Hikmah”(Rumah Kebijaksanaan) yang didirikan oleh ayahnya Khalifah Harun al-Rasyid. Sejak saat itu dunia Islam menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia dan mengalami “the Golden Age”, zaman keemasan.