Sudah sebelas hari berturut-turut pasukan Israel menggempur Gaza. Terakhir rudalnya diklaim telah menghantam pos Hamas. Wilayah ini menanggung beban yang sangat berat terkait peningkatan aksi militer Israel ini. Sudah dua minggu pasukan Israel terus menerus menggempur Gaza sebagai balasan bom balon yang dilakukan Palestina.
Sejak 6 Agustus lalu terjadi krisis listrik. Sejak meningkatnya eskalasi kekerasan di Gaza, hanya empat jam listrik menyala dalam sehari. Pihak militer Israel menghalangi pengiriman bahan bakar untuk pembangkit listrik. Usaha melakukan gencatan senjata sudah dilakukan selalu gagal. Pihak Hamas menuduh Israel telah melanggar perjanjian dengan meningkatkan konflik sporadis di perbatasan.
Laman middleeye.net menyebut, pihak Hamas mengharapkan “kembali tenang” sebelum mempertimbangkan penerapan ketentuan gencatan senjata. Dilaporkan bahwa pesawat tempur menembakkan tiga rudal di timur laut Khan Younis yang menyebabkan lubang yang dalam. Namun dalam pengeboman itu tidak ada korban jiwa.
Hal serupa terjadi di Rafah. Pasukan artileri Israel menembakkan senjatanya dan menghancurkan beberapa tempat. Serangan daerah, darat dan laut Israel yang terputus-putus selama dua minggu.
Pihak Israel telah melakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza sejak 2007. Apa yang dilakukan israel ini oleh kritikus dianggap sebagai hukuman kolektif terhadap penduduk Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah lama memperingatkan bahwa Gaza akan menjadi tidak dapat ditinggali pada tahun 2020 jika pengepungan tidak dicabut.
Israel melarang masuknya segala jenis barang, terutama bahan bakar, yang mengganggu kehidupan sehari-hari.