Siang itu (Senin 3/2) tampak ibu-ibu dengan hijab warna hitamnya mengadakan aksi di depan balai kota Bandung. Mereka menamakan diri Forum Umat Islam (Formasi) dan berdemo menuntut untuk dibatalkannya acara Parade lintas budaya yang akan dilaksanakan pada tanggal 15 Februari. Acara tersebut dianggap mengandung unsur Pluralisme yang berbahaya dan dapat mendangkalkan iman umat Muslim.
Nah, tak ada yang salah sebenarnya dengan aksi yang mereka lakukan, aksi untuk menyatakan pendapat dijamin oleh UUD 19945 pasal 28E ayat (3) UUD 1945 ‘Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat’ dan sekali lagi adalah hak mereka untuk bersuara atas apa yang mereka gelisahkan. Namun yang menjadi sangat miris adalah, ketika ada satu peserta aksi berorasi dengan sangat lantang dan mengatakan,“Saya tidak mengerti dengan pola pikir dengan pemerintahan teruntuk Menteri Agama, Pluralisme itu bahaya!”
Pluralisme itu bahaya? Saya jadi berpikir. Entah apa yang ada di pikiran Ibu tersebut tentang Pluralisme. Kok ya bisa-bisanya mengatakan bahwa Pluralisme berbahaya. Mari kita bahas sedikit tentang pengertian Pluralisme. Kita akan ajukan beberapa definisi tentang Pluralisme dari beberapa ahli sosiologi. Menurut Syamsul Maa’rif, pluralisme merupakan suatu sikap saling memahami, dan menghormati adanya perbedaan demi tercapainya kerukunan antar umat beragama. Sedangkan menurut Webster, Pluralisme adalah keadaan sosial yang hadir dalam beragam etnis, agama, ras dan etnis yang mempertahankan tradisi berpartisipasi dalam masyarakat.
Keadaan seperti ini kemudian menciptakan sebuah pola masyarakat yang hidup saling berdampingan dalam keberagaman yang ada. Sederhananya, Pluralisme adalah pandangan filosofis yang dilakukan oleh seseorang/kelompok dengan tidak mendiskriminasi sesuatu pada prinsip dan menerima keberagaman yang menyangkut pada berbagai bidang. Bidang itu seperti kebudayaan, agama, dan politik.
Pluralisme adalah sebuah keniscayaan di Indonesia. Keberagaman etnis, agama, budaya adalah hal yang tak bisa dinafikan dari kehidupan bermasyarakat kita. Seandainya Ibu tersebut mau memaknai sejenak apa itu pluralisme dan pentingnya bagi tata kehidupan bernegara di Indonesia.
Jika kemudian dianggap berbahaya dan mendangkalkan iman kaum muslim, ini kok saya tidak bisa menalar logikanya. Bahkan pernyataan tersebut bisa terbalik, kita tidak akan bisa hidup rukun dan damai di tengah ragam perbedaan tampa memaknai pluralitas sebagai sebuah semangat yang harus dijaga bersama.
Bayangkan jika masing-masing umat beragama tak saling toleran? ditengah berbagai macam agama dan budaya yang ada di Indonesia, apa yang akan terjadi? Jika sudah tak ada lagi saling menghormati, menghargai dan toleransi yang dijaga, maka yang terjadi adalah perang dan kehancuran.
Saya kira, Pemkot Bandung sudah benar. Parade lintas budaya diselenggarakan untuk menyemai plurarisme di tengah perbedaan. Apalagi intoleransi juga kian meningkat.
Sekali lagi, kita tidak boleh diam atas kelompok-kelompok kecil yang membajak Islam dengan pikiran sempit. Jika dibiarkan, maka mereka akan menjadi dan mencederai damai dan nyamannya Indonesia.
Untuk para pendemo, mari bersama fahami firman Tuhan berikut ini “Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S Al-Hujurat : 13).