Gelombang dialog perdamaian terjadi di beberapa belahan dunia. Setelah event R20 yang mempertemukan berbagai tokoh agama di seluruh dunia di Bali dan Yogyakarta; Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Thayyeb, Paus Fransiskus, dan beberapa tokoh agama lain juga hadir dalam sebuah forum bernama Multaqa Bahrain lil Hiwar (Bahrain Dialogue Forum).
Bahrain Dialogue Forum adalah sebuah forum pertemuan yang melibatkan ratusan tokoh agama di berbagai belahan dunia. Di antara masalah yang dibahas dalam event dunia ini adalah kemanusiaan, perdamaian, perubahan iklim, krisis pangan, dan beberapa masalah lain.
Ahmad Thayyeb dalam forum tersebut juga berkesempatan menyampaikan beberapa gagasannya terkait perdamaian, persaudaraan, sertah mencegah berbagai konflik keagamaan. Menurut Thayyeb, ia juga bersedia mengundang muslim Syiah untuk berdialog dalam satu meja demi mencegah peperangan dan konflik.
“Dan undangan ini, saya sampaikan juga kepada sesama Muslim Syiah, saya siap, bersama para ulama besar dan senior, mengadakan pertemuan dengan hati dan tangan terbuka untuk duduk bersama dalam satu meja,” ujar Ahmad Thayyeb, dikutip dari akun resmi Majelis Hukama al-Muslimin.
Salah satu ulama senior al-Azhar ini juga menghimbau kepada seluruh kelompok muslim di seluruh dunia, terlepas apapun sekte dan golongannya, untuk berdialog dengan serius. Hal ini perlu dilakukan demi membangun persatuan, persaudaraan, dan saling mengenal. Khususnya, menurutnya, untuk mencegah fitnah, perselisihan, dan konflik.
“Himbauan kepada para cendekiawan muslim di penjuru dunia, terlepas apapun sektenya, kelompoknya, maupun almamaternya, untuk segera mengadakan dialog (Islam) yang serius, demi membangun persatuan, kedekatan, dan saling mengenal. Dialog demi agama, kemanusiaan, dan persaudaraan. Khususnya untuk mencegah perselisihan, fitnah, dan konflik,” jelas Ahmad Thayyeb.
Ahmad Thayyeb berharap dari dialog-dialog tersebut muncul komitmen bersama untuk saling memaafkan atas perbedaan yang ada, menghentikan segala ujaran kebencian dan provokasi. Imam besar al-Azhar ini juga meminta dialog-dialog tersebut dapat merumuskan solusi atas masalah-masalah yang lalu dan saat ini.
“Saya harap dalam keputusan (dialog-dialog itu) muncul sebuah kaedah berharga bahwa: kami saling memaafkan atas perbedaan-perbedaan kami. Perlu juga diputuskan (dalam dialog tersebut) untuk menghentikan segala ujaran kebencian, provokasi, serta merumuskan solusi atas masalah-masalah yang lalu dan saat ini,” terangnya.
Selain Grand Syekh al-Azhar dan Paus Fransiscus, forum ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh agama selain Islam dan Katolik, seperti komunitas Yahudi, Aliansi Evangelis Protestan, dan beberapa kelompok keagamaan lain.
Forum yang bertajuk “Timur dan Barat untuk Koeksistensi Manusia” ini diselenggarakan bersamaan dengan forum R20 di Bali, yaitu pada tanggal 3 November 2022. (AN)