Ribuan warga Solo memadati toko martabak milik Gibran Rakabumi, Markobar, yang berada di jalan Doktor Moewardi di Solo, Minggu pagi (1/7). Mereka bukan antre ingin membeli martabak toping 8 rasa yang khas dari Markobar itu, melainkan melakukan aksi politik: deklarasi 2019 ganti Presiden.
Tentu saja hal ini membuat kontroversi banyak pihak, baik pro dan kontra. Apalagi, gerakan politik ini menyasar di jantung kota Solo dan berada di Markobar, milik putra Presiden Jokowi. Bahkan, beberapa akun yang memakai tagar #2019 ganti presiden menyebut peristiwa ini sebagai gerakan ‘di jantung pertahanan lawan’.
Akun @dapitdong misalnya, merilis video gerakan ini dan suasana yang ada di dalamnnya. Dalam video yang juga bertuliskan ‘jalan iman islam’ terdapat beberapa warga yang berjalan dengan memakai kaos bertagar #2019GantiPresiden dalam pelbagai warna: ada yang putih dan hitam. Terdengar juga teriakkan lafadz takbir menggema beberapa kali.
Dalam arakan massa yang berjalan dengan kaos putih, masih di video yang sama, juga terdapat sebuah spanduk yang bertuliskan ‘Ingin Indonesia merdeka, 2019 ganti presiden’ atau ‘ingin Indonesia tidak terpuruk, 2019 ganti Presiden’ dan lain-lain. Bahkan, dalam sebuah poster di awal viden terdapat sebuah kalimat bertuliskan ‘Demi Aqidah dan Kehormatan Kami’ maka, tulisnya, 2019 ganti Presiden.
https://twitter.com/dapitdong/status/1013403457712095232
Aksi ini diklaim sebagai aksi warga se-Solo Raya dan diikuti oleh organisasi dan beberapa ormas islam di sana. Menurut laporan Antvklik, ada sekitar 1.500 warga yang datang di aksi ini. Beberapa tokoh juga hadir dan turut dalam aksi 2019 ganti Presiden ini seperti ketua Dewan Syariah Kota Solo KH Muin Dinillah, Ketua Laskar Umat islam Solo Ustadz Edy Lukito, Panglima Hizbullah Sunan Bonang Yani Rusmanto dan artis senior Neno Warisman.
Hadir juga John Paul Alang, pencipta lagu #2019 ganti Presiden. Beberapa waktu lalu lagu ini sempat menuai kontroversi karena mantan gitaris Boomerang, John Paul Ivan, dianggap sebagai pencipta dan turut andil dalam lagu ini. Ivan membantah. Alang yang mencipta lagu ini, bukan Ivan. Lagu ini juga akhirnya dirilis dan dinyanyikan oleh para Politisi dan penyanyi yang berada di oposisi seperti Amien Rais, Mustofa Nahrawardaya, Mardani Ali Sera (PKS), Fadli Zon (Gerindra) Fauzi Baadlia (Artis), Ahmad Dhani, Neno Warisman dan lain sebagainya.
Dalam video dan foto yang tersebar di media sosial, Neno Warisman, salah satu yang turut menyanyikan lagu #2019GantiPresiden ini juga turut hadir dan didapuk sebagai pembaca deklarasi dalam aksi 2019 di depan Markobar Solo ini. Berikut cuplikan deklarasi ini:
“….Krisis kepemimpian yang terjadi saat ini, di bumi NKRI. oleh karena itu kami bertekad akan terus berjuang, bersama seluruh rakyat untuk mewujudkan indonesia yang lebih baik, bermartabat, adil, makmur dan berakhlak mulia. dengan memohon ridho Allah swt dan dukungan dari seluruh rakyat, kami siap mengawal proses pemilu yang jujur adil dan bebas dari sgala kecurangan, hingga wujudnya pergantian presiden Republik Indonesia…”
Kata-kata itu pun diiikuti oleh massa yang hadir di deklarasi tersebut, yang berdiri tepat berada di depan toko Markobar yang terpampang jelas berwarna merah, seolah ia menyaksikan para warga yang dipimpin oleh Neno Warisman berupaya untuk memberi pesan kepada Presiden di rumahnya sendiri.
Terkait hal ini, beberapa pun tidak sepakat dan menganggap hal ini sebagai lelucon belaka. Salah satunya adalah jurnalis senior, Goenawan Mohamad. lewat akunnya @gm_gm bahkan, ia menyebut mendemo restoran martabak (hanya karena milik sah Gibran @jokowi) adalah praktek politik yang tak pantas. Yang bagus, kata pendiri Majalah Tempo ini, menanggapinya dengan humor, bukan marah.
Goenawan pun menambahkan sebuah foto beberapa orang berkaoskan #2019GantiPresiden dan di bawahnya terdapat foto Gibran yang tampak keheranan, dibumbui dengan kata: Waduh mas… antrinya kepagian Markobar belum buka tuh…
Mendemo restoran martabak (hanya karena milik sah Gibran @jokowi) adalah praktek politik yang tak pantas. Yang bagus: ditanggapi dgn humor, bukan marah. pic.twitter.com/YBD5ROk2TV
— goenawan mohamad (@gm_gm) July 2, 2018
Akun resmi Markobar @markobar1996 pun merespon aksi yang berada di depan tokonya tersebut dengan jenaka.
Hai orasinya merdu sekali! Terima kasih sudah antri untuk menikmati kelezatan Martabak Manis kesukaan kita semua. Ditunggu ordernya lagi ya, mari sebar kebaikan untuk sesama #eatsharehappiness with Markobar 😊☀️ https://t.co/sfafE0L7Xt
— IG: MARKOBAR1996 (@markobar1996) July 2, 2018
Jadi, bagaimana menurut Anda, apakah hal ini etis atau tidak dilakukan? Meskipun hal ini tidak dilarang oleh konstitusi kita, tapi tentu saja kita punya standar etik dan tidak segalanya bisa ditabrak oleh sebuah gerakan politik. Tapi, bagaimana kalau sedikit kita membayangkan, bagaimana jika hal ini terjadi di zaman Orde Baru, ketika Soeharto berkuasa dan berdemo gerakan #GantiPresidenSoeharto di depan perusahaan milik anak-anaknya seperti Timor milik Tommy Soeharto? Itu pun kalau ada berani. Hmm… ada-ada saja.