Darul Arqam: Basecamp dan Tempat Dakwah Rasulullah SAW di Mekah

Darul Arqam: Basecamp dan Tempat Dakwah Rasulullah SAW di Mekah

Darul Arqam merupakan tempat pertemuan dan tempat muslim belajar kepada Nabi Muhammad tentang Al-Quran dan sunnah.

Darul Arqam: Basecamp dan Tempat Dakwah Rasulullah SAW di Mekah

Darul Arqam ialah tempat tinggal al-Arqam bin Abdul-Arqam al-Makhzumi yang berada di atas bukit Shafa dan terpencil dari pengintaian mata-mata kaum Quraisy. Darul Arqam menjadi markas dakwah Nabi Muhammad dan sekaligus menjadi tempat pertemuan orang-orang Muslim sejak tahun kelima dari kenabian.

Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi di Mekah selama tiga tahun dan memproklamirkan dakwah secara terang-terangan pada tahun ke empat. Beliau pun berdakwah (secara terang-terangan) kepada masyarakat selama sepuluh tahun. Pada musim haji setiap tahunnya Rasulullah mendatangi orang-orang di tempat persinggahan mereka, di Ukazh, Mijanah dan Dzilmajaz, mengajak mereka untuk melindungi beliau agar bisa menyampaikan risalah Tuhannya dan sebagai ganjarannya mereka akan mendapatkan surga.

Sampai-sampai bertanya tentang kabilah-kabilah, tempat persinggahan mereka, dari satu kabilah ke kabilah yang lain. Beliau mengatakan, “Wahai manusia, ucapkan ‘Lā ilāha illallah’, niscaya kalian beruntung dan menguasai bangsa Arab dengan kalimat itu, orang-orang non-Arab pun akan tunduk kepada kalian! Jika kalian mati, maka kalian akan menjadi raja-raja di surga!”

Saat itu, Abu Lahab berada di belakang beliau seraya berkata, “Janganlah kalian mengikutinya, karena dia lah orang yang telah keluar dari agama kaumnya dan seorang pendusta!” Maka, orang-orang menolak Rasulullah dengan penolakan yang sangat buruk serta menyakiti beliau. Mereka mengatakan, “Keluargamu lebih mengerti tentang dirimu ketika mereka tidak mau mengikutimu.”

Cacian demi cacian Nabi Muhammad lalui, tetapi tidak menjadikan beliau pesimis untuk mengajak menyembah kepada Allah semata. Tatkala orang-orang Quraisy tahu bahwa Nabi Muhammad sama sekali tidak meghentikan dakwahnya, mereka memeras pikirannya sekali lagi. Mereka mencoba untuk memupus dakwah Rasulullah dengan cara mengejek, menghina, menertawakan orang-orang muslim, menghembuskan keraguan-keraguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau.

Mereka tiada henti melakukannya dan tidak memberi kesempatan kepada manusia untuk menelaah dakwah beliau. Bahkan kaum Quraisy menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran mereka itu mereka berusaha untuk mempertemukan Islam dan Jahiliyah sebagai jalan tengah.

Tatkala orang-orang musyrik tahu bahwa cara-cara tersebut sama sekali tidak efektif dalam menghentikan dakwah Islam, maka mereka berkumpul lagi dan bahkan membentuk sebuah panitia khusus yang beranggotakan 25 orang yang terdiri dari pemuka Quraisy, dipimpin Abu Lahab, paman Rasulullah. Mereka bermusyawarah untuk menghadapi Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya. Mereka tidak akan mengendurkan usaha dalam memerangi Islam, mengganggu beliau, serta menyiksa orang-orang yang masuk islam, menghadang mereka dengan berbagai siasat dan cara.

Dikutip dalam kitab Ibnu Hisyam bahwa setiap kali Abu Jahal mendengar seseorang masuk Islam, dia memperingatkan, menakuti-nakuti, menjanjikannya sejumlah uang dan kedudukan jika orang tersebut dari kalangan orang yang terpandang. Adapun terhadap orang yang masuk Islam dari kalangan orang awam dan lemah, dia akan melancarkan pukulan dan siksaan.

Khabbab bin Al-Aratt, budak milik Ummu Ammar binti Siba’ al-Khuza’iyah yang pernah dijambak rambutnya lalu ditarik kuat-kuat oleh orang-orang musyrik. Mereka juga membelitkan tali dilehernya lalu menelentangkannya ke tanah hingga beberapa kali di atas pasir yang menyengat, kemudian mereka meletakkan sebuah batu di atas tubuhnya, hingga dia tidak mampu berdiri lagi.

Orang-orang musyrik biasa mengikat sebagian sahabat di tempat gembalaan unta dan sapi, lalu melemparkannya di atas padang pasir yang panas menyengat. Daftar orang-orang yang disiksa oleh kaum Quraisy masih banyak dan mengerikan.

Langkah bijaksana yang diambil Rasulullah dalam menghadapi berbagai tekanan itu, beliau melarang orang-orang Muslim menampakkan ke-Islamannya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Beliau tidak menemui mereka kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebab, jika sampai diketahui beliau bertemu dengan mereka, tentu orang-orang musyrik berusaha menghalangi usaha beliau untuk menyucikan jiwa orang-orang Muslim. Bahkan bentrokan fisik pun terjadi antar orang-orang Muslim dengan orang Quraisy.

Maka langkah yang paling bijaksana ialah dengan menyembunyikan keislaman mereka. Logikanya, bila bentrokan fisik ini terjadi berulang-ulang, tentu dapat menghancurkan orang-orang muslim sendiri. Maka begitulah, para sahabat menyembunyikan keislaman, ibadah, dakwah dan pertemuannya. Tetapi Rasulullah tetap menampakkan dakwah dan ibadah di tengah-tengah orang-orang musyrik. Sekalipun begitu, orang-orang muslim tetap mengadakan pertemuan secara sembunyi-sembunyi di Darul Arqam, demi kemaslahatan diri mereka dan kepentingan Islam.

Darul Arqam lah tempat para sahabat berkumpul bersama Rasulullah untuk belajar mengkaji Al-Qur’an dan Sunnah. Bahkan tidak hanya itu para sahabat pun belajar cara mengambil teladan dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam.

Menilik dari sejarah Nabi Muhammad dan para sahabatnya dalam berdakwah dan tekanan-tekanan hebat yang mereka hadapi, banyak yang bisa kita ambil hikmahnya. Sebagai muslim yang baik, sudah sepantasnya kita bersyukur atas nikmat iman dan Islam. Berbagai penyiksaan dan penghinaan yang banyak dipikul oleh Nabi Muhammad dan para sahabat terdahulu demi membela ajaran-ajaran Allah seharusnya tidak menjadikan kita terlena di dunia saat ini.

Perjuangan Rasulullah dan para sahabat harus kita apresiasi dengan baik. Bukan menjadikan kita bermusuhan dengan sesama muslim lainnya. Hanya karena berbeda pendapat dengan mudahnya kita mengkafirkan orang lain dan saling hujat-menghujat dengan menyalahkan satu sama lain karena merasa paling benar.

Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari kebijakan Rasulullah dalam mengumpulkan para sahabat di Darul Arqam ialah pentingnya sebuah ikatan dan hubungan terus menerus antar sesama muslim, dan  akan menjadi sangat penting ketika berada di negeri asing yang mayoritas masyarakatnya bukan muslim. Pentingnya berkumpul dengan orang-orang saleh karena dapat saling nasihat-menasihati dalam kebaikan.

Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu dalam kitab hadis Bukhari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang salih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu, engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapati baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2120). (AN)

Wallahu ‘alam.

 

Baca juga artikel lain tentang Sirah Nabawiyah di sini.