Dakwah Radikal dan Intoleransi Bahayakan Negara

Dakwah Radikal dan Intoleransi Bahayakan Negara

Dakwah Radikal dan Intoleransi Bahayakan Negara

Dakwah dengan mengumbar kebencian membahayakan sistem negara.dakwah itu seharusnya dengan dasar lemah lembut. Sebab Islam adalah agama Rahmatan lil alamin” yang artinya agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta.

Hal ini disampaikan oleh KH Abdullah Kafabihi Mahrus, pengasuh Pondok Pesantren, Lirboyo Jawa Timur dalam acara Semifinal Musabaqoh Kitab Kuning Zona I Jatim di Pesantren Lirboyo Jumat (95/5/2017). Ia menambahkan bahwa dakwah yang dilakukan dengan sistem radikal justru bisa membahayakan negara serta jauh dari ajaran Islam.Ia mengaku prihatin dengan maraknya beragam kelompok radikal. Namun, ia mengakui setiap agama pasti ada kelompok radikal, termasuk yang nasionalis pun ada kelompok radikal, hingga komunis pun ada kelompok radikal. Ia meminta agar masyarakat menjauhi dakwah yang ekstrem, suka mengkafirkan orang lain, sebab dakwah seperti itu justru menyebabkan bahaya bagi kehidupan bernegara.

Sementara itu mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Syafi Maarif menilai fenomena sikap intoleransi saat ini sudah melebihi ambang batas. Hal ini dikatakan oleh Syafii dalam diskusi kebinekaan di Rumah Dinas BupatI Sleman, Jumat kemarin. “Menyikapi masalah ini maka negara tegas akan sikap yang mengarah pada intoleransi ini,” kata Syafii. Ia menambahkan bahwa sikap tersebut tergolong dapat mengancam ke-Bhinneka-an Indonesia kedepannya.

“Pokok permasalahan ada pada implementasi sila kelima Pancasila. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia masih melayang-layang tinggi. Inilah yang menjadi celah paham radikalisme yang memicu sikap intoleransi. Ibaratnya rumput kering bagi munculnya fenomena-fenomena belakangan ini. Ditambah dengan sikap arabisme yang salah jalan dan diimpor ke Indonesia,” tambahnya.

Syafii menambahkan bahwa implementasi dan pemahaman salah tentang Islam menjadi pemicunya. Salah satunya diantaranya adalah menganggap apapun yang berbau Arab adalah Islam. Cara pandang inilah yang sedang menjadi tren ditambah dengan golongan yang tidak sepaham adalah insan berbeda golongan.

“Sikap-sikap seperti ini tidak dikenal dalam Islam. Bahkan dalam Quran juga tidak ada pemaknaan seperti ini. Lalu muncul anggapan Syiah, Sunni dan kelompok lainnya. Sikap seperti ini di Quran tidak ada, tidak mengenal kelompok. Lalu orang muslim yang bukan Arab percaya semua yang dari Arab itu Islam, ini tidak tepat,” katanya.

Selanjutnya Syafii meminta pemerintah untuk kompak, mulai dari golongan tertinggi hingga pemerintah golongan bawah mengawasi dan membatasi gerak organisasi-organisasi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. “ Saya kira masyarakat juga harus lebih kritis dalam berpikir. Membentengi diri atas informasi dan ajakan intoleran. Salah satunya dengan perbanyak membaca dan melakukan tabayun atas informasi yang beredar,” tambahnya. (sumber antara)