Sekitar dua minggu lalu, sebuah channel youtube Gus Miftah Official menayangkan video dakwah Gus Miftah yang kembali berceramah di klub malam. Judul videonya: Viral! Gus Miftah Kembali Dakwah di Klub Malam. Video itu menampilkan ceramah Gus Miftah di Liquid, sebuah tempat hiburan malam.
Saat membaca judul videonya, mengingatkan kembali pada momen di mana awal-awal viralnya dakwah Gus Miftah di dunia malam.
Sekitar 2 tahun lalu, video Gus Miftah ceramah sambil mengajak pengunjung klub malam melantunkan sholawat secara bersama-sama di Boshe Bali menjadi viral. Waktu itu, banyak kalangan baik dari pihak ulama, ustadz beneran, hingga yang ustadz dadakan, ikut berkomentar menanggapi dakwah di klub malam itu. Ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Mencemooh pun ada. Namun ini hal yang wajar dalam setiap gerakan yang dinamis.
Mereka yang menolak, terlalu lekat dengan pandangan kalau dakwah umumnya dilakukan di masjid atau majelis-majelis yang memang lazim sebagai tempat untuk ceramah. Sholawatan hendaknya dilantunkan dengan pakaian yang sopan, bukannya dengan jamaah yang pakai rok mini. Dan banyak lagi alasan penolakan lainnya.
Sementara mereka yang mendukung mengatakan, sebab dakwah itu dilakukan tak mengenal untuk siapa dan di mana. Selagi di tempat itu ada hati manusia, maka dakwah pun bisa dilakukan. Sebagai sesama manusia, kita harus senantiasa saling mengajak dalam kebaikan. Manusia di dunia malam tetaplah manusia. Hari ini belum kenal Tuhan, moga-moga esok lusa akan kenal baik dengan Tuhannya.
Bahkan secara logika, mereka yang masih terlelap di dunia yang jauh dari cahaya Islam-lah yang seharusnya diberi dakwah. Tentu, dengan cara-cara baik, yang bisa memikat (menyenangkan) hati agar mereka mencintai Islam, bukan dengan kata-kata pahit di hati atau cara-cara lainnya yang terlampau keras untuk merangkul mereka dalam cahaya Islam.
Sebagaimana Gus Miftah dalam wawancara di channel iNews pada 2 tahun lalu, mengutip pesan di makam Sunan Drajat yang juga menjadi motivasinya dalam dakwah di dunia malam: “Berikanlah pakaian kepada orang yang telanjang. Dan berikanlah tongkat kepada mereka orang buta.”
Ini bisa dipahami, secara sederhana, ajaklah mereka yang masih jauh dari cahaya Islam pada cahaya Islam. Bagaimana kita mau mengajak orang naik bus, kalau sudah ada di dalamnya? Kurang lebih ilustrasinya begitu.
Zainut Tauhid Sa’adi juga mengatakan, “Dakwah di tempat seperti itu lebih mulia, daripada dakwah, tapi isi dakwahnya penuh dengan ujaran kebencian.”
Berbeda adalah hal yang lumrah dalam setiap gerakan. Namun, yang amat disayangkan banyak dari mereka yang kontra dengan dakwah di dunia malam, malah menyerang Gus Miftah. Tak jarang, sampai dijelek-jelekkan. Padahal, dakwah di dunia malam atau tempat “remang-remang” itu tak mudah loh. Butuh keimanan dan tekad yang kuat. Sebab, ancaman fisik pun acapkali datang.
Sebagaimana cerita dari Gus Miftah sendiri di berbagai kesempatan, waktu awal-awal dakwah di lokalisasi Pasar Kembang (Sarkem), dia bahkan sempat diancam dibunuh oleh preman setempat. Namun, karena keteguhannya, dia bisa terus berdakwah di dunia malam hingga saat ini.
Sebenarnya, ada banyak ustadz-ustadz yang juga sering melakukan dakwah di dunia malam. Semisal, Derry Sulaiman yang juga sering dakwah di klub malam tempat dia dulu sering manggung sebelum hijrah.
Dakwah di tempat demikian tak mudah. Butuh tekad yang kuat dan niat yang lurus. Pasalnya, berbagai godaan kenikmatan yang mengguncang keimanan berkumpul di tempat semacam itu. Hiburan, minuman keras, dan godaan yang amat mengguncang hati lelaki: perempuan.
Tekad dan niat yang sekuat Nabi Yusuf ketika keimanannya digoda Zulaikha:
“Kesalehanku tak lebih besar dari kesalehanmu! Kaumalu dilihat oleh benda mati, sementara aku berdiri di hadapan Dia Yang Maha Melihat, Tuhan Yang Mahakekal lagi Mahakuasa.” Demikian kata Nabi Yusuf as pada Zulaikha yang menutup berhalanya dengan tirai.
Keimanan yang kuat bahwa Allah SWT Maha Melihat, adalah modal utama dakwah di dunia malam seperti demikian. Sama sekali tidak mudah dan sayang sekali jika banyak yang memandang usaha dakwah ini dengan sebelah mata.
Saya hanya mau menyampaikan, bahwa Gus Miftah, Derry Sulaiman, dan ustadz-ustadz yang berdakwah di dunia malam (tentu dengan cara yang baik), perlu diapresiasi alih-alih dicemooh. Belum tentu semua pendakwah mampu melakukannya. Bahkan, kalau pun mampu, belum tentu bisa diterima dengan baik oleh para pekerja dunia malam.
Sebagai sesama muslim, kita harus senantiasa saling mengapresiasi upaya dakwah apa saja. Gerakan dakwah bisa jadi beda, objek dakwahnya juga bisa beda. Namun, lebih dari itu, tujuan utamanya adalah mengajak manusia pada cahaya Islam. Dan itu yang paling penting atas semuanya.